Bahagia itu sederhana. Ketika orang yang paling kita cintai bisa tersenyum dengan luwesnya. Bahkan bisa memancarkan rasa senangnya lewat senyumannya. Dan itu sudah cukup bagi Gaara.
Semua rasa bersalahnya perlahan menghilang meski belum sepenuhnya. Dan ia menyadari mengobati rasa sakit itu tidaklah mudah. Terlebih yang membuatnya sakit adalah orang yang paling di sayanginya. Tapi..... ia tak ingin menyerah dengan takdir. Berusaha semampunya sampai batas akhirnya tiba. Setidaknya itu adalah langkah awalnya untuk terus mempertahankan rasa yang di milikinya.
Bolehkan ia egois. Tak peduli dengan hati lain yang merasakan sakit. Tak peduli dengan ujian selanjutnya yang akan sulit dan tak peduli jika semua waktunya akan habis hanya untuk melihat senyumannya.
Yah sebuah senyuman yang selalu ingin ia raih. Meski untuk menggapainya harus tertatih dan mengorbankan segala hal yang ia punya. Termasuk hati dan juga waktu.
Ia tersenyum ketika tawa Hinata mengalun dengan lembutnya. Dan sedikit suara gadis kecil mampu membuatnya melebarkan senyumannya. Menatap mereka seakan dunia mereka berada dalam dunia fantasinya. Hingga suara pelan sang sahabat menyadarakannya.
"Aku tidak mengerti dengan maksudmu yang tiba tiba mempertemukan mereka......"
"Hinata berhak bahagia, meski itu sesaat!" Gumamnya pelan.
"Tapi..... jika paman Hiashi mengetahuinya. Beliau pasti akan marah besar!"
Gaara menyeringai. "Aku tahu. Untuk itu aku mempertemukan mereka disini!"
Naruto menautkan alisnya. Tak mengerti dengan kalimat yang di ucapkan Gaara."apa maksudmu!"
Gaara berbalik menatap Naruto. "Well baik keluarga Hyuga ataupun Uchiha masih belum mengetahui pemilik wilayah ini adalah kau, Dobe! Jadi disini masih aman!" Jelasnya. "Lagipula mereka tidak akan mencarinya selama Itachi tidak membocorkannya!" Lanjutnya.
"Hmmm disini memang aman Gaara. Pelan tapi pasti Sasuke akan segera mengetahuinya!" Ia menghela nafasnya dengan kasar. "Obsesinya sudah akut! Jadi apapun yang ada di dekat Hinata pasti akan segera di ketahui olehnya!"jelasnya.
"Kalau soal itu kau tak usah memikirkannya. Sebelum Sasuke mengetahuinnya aku akan memastikan Hinata pergi dari sini!".
"Bagaimana caranya?"
"Aku akan menikahinya!" Gumannya pelan.
"Memangnya Hinata mau...."
"Harus mau!"
"Ck! Kau sama saja dengan Teme!".
"Beda lah!" Geram Gaara. "Kau tidak lihat bagaimana caraku mendekatinya! Setidaknya aku jauh lebih halus dari Sasuke!".
"Ah! Bukannya halus tapi licik!"
Gaara mendelik tak suka pada Naruto. "Aku tidak tahu masalahmu apa! Tapi kenapa kau masih saja tidak percaya dengan apa yang kulakukan pada Hinata! Kau masih saja menyebutnya licik! Coba jelaskan dimana letak liciknya!" Jelas Gaara.
"Ck! Kenapa aku harus menjelaskannya kalau kamu saja tidak tahu letak kelemahanmu sendiri!" Naruto menyilangkan kedua lengannya. "Dari pada itu kau lebih baik waspada pada hal lain!"
"Aku tidak mengerti dengan arah pembicaraanmu, Naruto!"
"Dia mencoba memasuki keluargamu lagi!" Desis Naruto.
Gaara tanpak bingung dengan pembicaraan Naruto. Bukannya ia baru saja menyudutkannya dan sekarang ia mengalihkan pembicaraan dengan hal yang tidak mengerti olehnya. "Siapa Dia yang kau maksud!"
"Shion dekat dengan Kankuro!" Desisnya. Ia pun berbalik meninggalkan Gaara yang menatapnya.
Gaara menghela nafasnya dengan berat. Alasan di balik sikap kasar Naruto mulai ia pahami. Bagaimana pemuda itu masih menyimpan rasa terhadap mantan kekasihnya yang jelas wanita yang sudah berselingkuh dengannya. 'Mungkin kau masih sakit hati padaku, Naruto' fikirnya. "Apa yang harus kulakukan padamu. Wanita itu jelas tidak baik untukmu, Naruto!" Gumanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CDH Season 2
RomanceTerimakasih atas segala rasa yang telah kau beri. Karena rasa ini membuatku mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Seperti sebuah lirik lagu yang selalu kudengar. Jika kau ingin cinta, kau harus lalui rasa sakit. Jika kau ingin cinta, kau harus bela...