Kicauan burung mengalun dengan indahnya. Sementara angin berhembus pelan namun cukup terasa di kulit Hinata. Ia memandang pemandangan sore yang mampu menyejukkan matanya, menyegarkan hatinya serta merileksasikan fikirannya menjadi lebih tenang. Setidaknya rumah kecil di bawah lereng gunung bukanlah hal yang buruk. Jika di bandingkan dengan langit Konoha sangatlah jauh. Ame begitu sejuk dengan pemandangan alamnya yang rimbun. Bahkan berbagai binatang liar masih mudah di temukan. Sangat jauh dengan pemandangan Konoha yang sudah di penuhi gedung pencakar langit serta bisingnya kendaraan yang sudah mulai padat. "Yah, aku bersyukur di tugaskan disini!" Gumam pelan Hinata. "Meski disini aku mengalami hal buruk di masa lalu!" Lanjutnya dengan sendu.
Jika mengingatnya saja mampu membuatnya kehilangan rasa. Bukan hanya rasa yang ada di lidahnya tapi juga rasa yang ada di hatinya. Sebuah pengalaman yang tak bisa di bandingkan dengan apapun. Terlalu buruk hingga ia membenci pada dirinya sendiri. Dan semua kegiatan padatnya yang bertujuan untuk melupakan kejadian itu tak membuahkan hasil. Ada jeda waktu yang cukup mampu membuatnya mengingat kembali masa lalunya. Dan itu terus terjadi pada hidupnya. Bahkan sekarang pun sama, masih mengingatnya. Langit jingga yang indah pun takkan mampu mengobati hatinya yang sakit.
Semua pemamdangan indah di depan matannya takkan mampu mengubah ekspresi sedihnya. Bagaimanapun ia bukan malaikat. Ia manusia biasa yang bisa sakit dan susah untuk mengobatinya. Meski ada orang yang mampu menggetarkan hatinya mencoba mengobati rasa sakit yang ada di hatinya, namun tetap saja ia merasa sedih. Yah ia merasakannya ketika orang itu tak ada di sisinya. Dan ia tak ingin mengakuinya begitu saja. Meski faktanya ia menginginkan waktu kebersamaan yang lebih lama lagi pada seorang pria yang mempunyai kesibukan tinggi, Sabaku Gaara. "Aku tidak bisa bergantung padanya, meski aku menginginkannya!" Gumannya pelan.
Matanya masih memandang sang jingga yang hampir terbenam. Dan angin mengusik rambutnya dengan lembut.
Sementara dari jauh Gaara berjalan mendekati sang gadis. Hingga sampai pada Hinata. Ia pun berjongkok. Memeriksa keadaan kaki Hinata yang di dibalut perban. "Bagaimana dengan kakimu, Hime? Apa masih nyeri?". Ucapnya dengan mendongak menatap wajah Hinata. Sementara tangannya mengusap pelan kaki Hinata.
"Ah Gaara - kun!" Ia pun tersentak dengan perlakuan tiba tiba Gaara. Matanya beralih pada sebuah penutup luka di tengkuk Gaara. "Kenapa dengan kepala, Gaara - Kun!"
Gaara memahami arah pandang Hinata. Ia pun mengusap tengkuknya. "Ah ini! Bukan apa apa. Hanya luka kecil akibat kelalaianku!"
"Kenapa bisa seperti itu!"
"Hmmmm dari pada itu kenapa kamu juga bisa jatuh dari kuda?"
"Ah...... sepertinya kuda yang aku naiki menabrak batu kecil jadi tidak sengaja aku pun terjatuh!" Jelas Hinata. "Kalau Gaara - kun?"
"Sudah kubilang kan tadi. Ini karena kelalaianku!"
"Ya apa?"
"Bukan apa apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CDH Season 2
RomanceTerimakasih atas segala rasa yang telah kau beri. Karena rasa ini membuatku mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Seperti sebuah lirik lagu yang selalu kudengar. Jika kau ingin cinta, kau harus lalui rasa sakit. Jika kau ingin cinta, kau harus bela...