Setelah pemakaman selesai, Aletha kembali ke rumah Risa. Gadis itu duduk di kasur milik almarhum Risa.
"Aletha ayo kita pulang" ujar Mario sembari mengelus sayang rambut putrinya.
"pergi" Aletha menepis tangan Mario. " kalau seandandainya papa enggak marah marah sama aku kemarin, Mama enggak akan ninggalin Aletha" Aletha kembali histeris.
"Om pulang aja, kalau Aletha udah tenang nanti saya anter Aletha" ujar Aldino.
"saya titip Aletha ya" ujar Mario sembari menepuk nepuk bahu Aldino. " Al, papa pulang dulu ya" Mario mengelus rambut putrinya sebelum akhirnya Mario pergi.
"Aletha" panggil seseorang dari arah pintu, di ambang pintu terlihat Rakha menatap sendu Aletha.
Aldino menghentikan langkahnya mendekati Aletha. Sedangkan Rakha langsung berlari menuju ke arah Aletha. Gadis itu memeluk Rakha dan menumpahkan semua rasa sedihnya. Aletha menangis di dalam dekapan Rakha. Rakha membiarkan bajunya basah karena air mata Aletha.
"Kha,hiks.. hiks.. "
"Aletha, tante Risa udah bahagis di sana. Kalau lo kaya gini, tante Risa bakalan sedih" di elusnya rambut hitam milik Aletha.
"Gue tau dunia Mama lagi hancur, tapi Mama lupa kalau ada gue yang sayang sama dia" ujar Aletha air matanya terus berjatuhan.
Di tempat lain Aldino berusaha menguatkan hatinya. Mencoba untuk tersenyum walau sebenarnya hatinya hancur.
"Jodoh enggak akan kemana, sabar Al" ujar Aldino pada dirinya sendiri.
Beberapa kali ia melempari batu ke danau, dan sesekali berteriak.
❤💙❤
Seminggu lagi ujian kenaikan kelas akan berlangsung, yang berarti siswa siswi akan naik satu tingkat dari pangkat mereka saat ini.
"Al, sore nanti gue kerumah lo ya. Belajar bareng gitu" ujar Aletha sebelum akhirnya memasukkan bakso ke dalam mulutnya.
"Oke. Lo mau ikut gk Kha?" Aldino beralih ke Rakha.
"Sorry ya, gue gk ikut"
"kenapa? Ada urusan?" tanya Aletha pada Rakha yang sibuk dengan ponselnya.
"Sore nanti gue mau jalan sama Amanda" Rakha memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Jalan? Lo udah jadian sama Amanda?" Mata Aletha menyipit, mengintrogasi Rakha.
"Doain aja ya" katanya sambil nyengir kuda. "gak papa kan kalau gue gk ikut belajar bareng?"
"Ya enggak masalah sih. Iya kan, Al?!" yang di tanya malah membuang muka.
"Iya" ujar Aletha ketus. " Al kelas yuk" ajak Aletha.
"Tapi kan bakso lo masih banyak. Lo gk mau habisin dulu?"
"Udah gk selera" Nada suaranya terdengar dingin dengan wajah datar. "ayo" Aletha menarik tangan Aldino yang membuat cowok itu hampir jatuh.
Sepanjang perjalan ke kelas Aletha terus menggerutu, wajahnya terus di tekuk.
"Tadi aja maksa maksa gue ke kantin, katanya laper pengen makan bakso" cibir Aldino.
Aletha tidak memperdulikan cibiran Aldino dan tetap menekuk wajahnya sambil menghentak hentakan kakinya ke lantai.
"Gue tau lo cemburu"
Kalimat itu berhasil membalikkan tubuh Aletha dan membuat Aldino yang berjalan di belakang hampir menabrak Aletha.
Kaduanya saling menatap, angin yang cukup kencang menerbangkan helaian rambut Aletha yang mambuat wajahnya terlihat dengan jelas.Aduh,.. Gue kok deg degan sih di tatap gini sama Aldino. Matanya juga gk kalah indahnya sama mata Rakha. Gue baru sadar kalau lo ganteng.
"Pipi lo kaya kepiting rebus" ledek Aldino dan memutuskan kontak mata dengan Aletha.
"Apaan sih lo" Aletha mengumpat dalam hati, bisa bisanya pipinya merah hanya karna di tatap Aldino.
Tinggalkan Jejak👣
VoMent💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Best/Boy Friend [END√]
Teen FictionSetiap yang jatuh harus siap untuk patah. Coba bangkit dan mulai lagi.