Beberapa hari setelah sadar, akhirnya Aletha di izinkan untuk pulang. Masih duduk di kursi roda, dengan luka yang masih belum sembuh total. Mario mendorong kursi roda Aletha di lorong rumah sakit dengan Klaudy dan Fathur di sebelahnya.
"Al, mau pulang kerumah Papa atau kerumah Almarhumah Mama?" tanya Klaudy
"Aletha mau ke rumah Aldino dulu, baru pulang" jawab Aletha tidak sabar untuk bertemu Aldino.
Mario tiba tiba menghentikan langkahnya yang otomatis juga kursi roda Aletha ikut berhenti.
"Lo mau ketemu Aldino?" tanya Fathur sembari berjongkok di depan Aletha.
"Mau, pake banget!" jawab Aletha antusias.
"Tapi lo harus janji dulu, lo enggak boleh nangis kalau ketemu sama Aldino"
"Iya iya, gue janji. Tunggu apa lagi, ayo!"
❤💙❤
Tibalah Aletha di sebuah pemakaman, hembusan angin yang membuat pohon menari nanri. Suasana hening dengan kuburan berjejer dengan rapi.
"Aldino ada disini,ya?" tanya Aletha sesudah keluar dari dalam mobil.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Aletha. Ketiga orang itu benar benar membuat Aletha kebingungan saat ini.
"Oh, Aldino lagi jiarah ke makam Om Herman. Iyakan?" Pertanyaannya kembali tidak di jawab. "Kok pada diem sih? Kenapa pertanyaan aku gak di jawab?" Aletha tiga orang itu secara bergantian.
"Lo harus inget janji lo ya Al!" ujar Fathur.
"Iya, yaudah ayo. Gue gak sabar buat ketemu Aldino"
Makam yang menyisakan sedikit jarak mengharuskan Aletha untuk di gendong. Fathur yang memiliki tenaga yang lebih besar dari Mario di haruskan untuk menggendong Aletha. Sebenarnya tidak, justru Fathur dengan senang hati menggendong Aletha untuk pertama kalinya.
Suasana hening dengan hembusan angin membuat pepohonan di pemakaman seakan akan sedang menari. Dedaunan pohon yaang gugur jatuh menyentuh tanah lembab.
Fathur menurunkan Aletha tepat di sebuah makam yang terlihat masih baru, di sebelahnya tampak makam yang sepertinya tidak di urus sama sekali. Batu nisan di atas kuburan baru itu membuat Aletha menggerutkan keningnya."Kok? Ini kenapa ada nama Aldino?" tanya Aletha dengan wajah bingung namun berusaha tetap tenang.
"Makam Om Herman di pindahin ke sini? Kok namanya salah? Ini makam Om Herman, kan?"Aletha membaca batu nisan sekali lagi, Aletha pikir mungkin ia salah membaca. Namun tetap tidak merubah tulisan batu nisan itu, di sana tertulis 'Aldino Maheza Bin Herman Zaidan'.
'Lahir : 9 September 1999'
'Wafat : 21 April 2018'Darah Aletha tiba tiba beku, Aletha mematung di tempatnya saat ini. Air mata yang sedari tadi membendung kini harus jatuh, Aletha memeluk nisan Aldino. Ia tidak percaya bahwa Aldino harus pergi dan tidak akan pernah kembali untuk Aletha.
"Aldino,.."
Thank you readers💙
Tinggalkan jejak
VoMent
Follow instagram author @ramadani_pane
Tunggu part selanjutnya ya👌
Udah mau selesai nih...
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Best/Boy Friend [END√]
Fiksi RemajaSetiap yang jatuh harus siap untuk patah. Coba bangkit dan mulai lagi.