Leonel membawa Louis pergi ke kediaman Ruthven dengan tujuan agar Louis tak terlibat dalam urusannya. Ia tak ingin Louis dalam bahaya ditambah, anak itu masih dalam masa pemulihan. Dalam hati, ia selalu merasa bersalah atas apa yang menimpa keluarganya, ia merasa tidak becus melindungi semuanya.
"Caroline, aku datang."
Tak lama pintu terbuka dan menampakkan sosok gadis yang sudah duduk di anak tangga sambil menimang gelasnya.
"Ada perlu apa kau datang kemari?"
"Tolong jaga putraku, kau tidak keberatan kan?"
Caroline menatap pemuda dalam gendongan ayahnya, kemudian meminta Leonel untuk membaringkannya di sofa. Leonel sengaja membuat putranya tak sadarkan diri beberapa saat agar tak menyusulnya ke kediaman Barnave. Ia tahu betul karakter Louis yang selalu memaksakan diri agar bisa ikut terlibat.
"Bagaimana situasi keluargamu?" tanya Caroline sambil mengecek kondisi Louis.
"Raynelle dan Loury berhasil mereka tangkap, dan aku berencana menyelamatkan mereka jadi tolong jaga Louis. Kau pasti tahu betul bagaimana dengan sifat anak ini."
"Ya, kadang susah diatur seperti ibunya."
Leonel tersenyum masam. "Nah, kau tahu itu kan?"
"Bawa ini bersamamu." Seeekor kupu-kupu hitam terbang dan hinggap di bahu Leonel. "Jika situasinya mendesak, sebut saja apa yang kau butuhkan. Aku akan membantumu sebisaku."
"Terimakasih banyak Caroline." Leonel melesat sementara Caroline segera memindahkan Louis ke kamar khusus agar tak bisa kabur darinya.
Di tempat lain, Raynelle masih bertahan dengan tubuh menggigil. Tenggorokannya begitu kering dan panas, dan sialnya beberapa cangkir darah Barnave sengaja di letakkan di hadapannya. Ia mengikat dirinya agar tak merangkak pada darah itu. Aromanya begitu menggoda dan manyiksanya.
Rasanya sama seperti ketika ia pertama kali menjadi Vampire. Begitu haus dan sengsara dengan godaan yang ada. Terbesit satu pikiran untuk meminum darahnya sendiri, namun yang ia rasakan hanyalah rasa hambar yang tak bisa mengobati hausnya.
Raynelle semakin meringkuk di sudut ruangan dengan rasa sakit yang menyiksanya, namun ia masih menguatkan diri sebisa mungkin, berharap pertolongan datang .
Leonel merubah wujudnya menjadi kelelawar dan menyembunyikan auranya lalu memutari seluruh bangunan. Namun ada sebuah celah kecil dimana ia merasakan aura Raynelle bergetar yang berarti—dia dalam berbahaya.
Ia segera masuk ke celah kecil itu dan melihat sosok wanita meringkuk sambil mencakar dinding hingga kukunya berdarah.
"Ray!"
Raynelle segera mengedarkan pandangan dan menangkap seekor kelelawar dan tak lama kelelawar itu merubah wujudnya menjadi sosok yang sangat dirindukannya dan yang paling ia butuhkan.
"Lee!"
Mereka berpelukan dengan sangat erat. Leonel bisa merasakan tubuh istrinya gemetar hebat dan tangannya sedang berusaha melepas kancing kerahnya.
"Lee aku haus sekali." Raynelle menancapkan taringnya begitu saja tanpa peringatan dan itu membuat Leonel terkejut. Ia tak peduli apapun untuk saat ini kecuali rasa haus yang mulai memudar dari tenggorokannya. Ia senang Leonel datang tepat waktu.
Raynelle merasakan kekuatannya perlahan kembali dan kondisinya mulai pulih, sementara Leonel semakin lemas karena istrinya meminum darahnya terlalu banyak.
"Maafkan aku Ray. Maaf karena terlambat datang," bisik Leonel dan pelukannya semakin erat karena masih dihantui rasa bersalah.
Raynelle melepas gigitannya setelah kondisinya membaik. Semua inderanya kembali menajam dan tubuhnya kembali bugar seperti sedia kala. Ia menatap suaminya lekat kemudian menciumnya. Leonel terkejut dengan ciuman dadakan dari istrinya, namun inilah saatnya ia menebus kesalahnya. Ia membalas ciumannya dan memeluknya erat dengan kerinduan. Ini barulah Raynelle yang ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book 3 : I'm Raffertha
FantasiPerang telah usai 70 tahun yang lalu, namun perseteruan antar dua klan yang terjadi selama ratusan tahun masih berlangsung. Suasana semakin keruh ketika klan Fourie menyatakan kerjasama dengan klan Barnave untuk memusuhi klan Raffertha. Kedamaian Re...