Part 13

749 125 8
                                    

Berkat arahan Jaebom mereka kini telah berakhir di studio kecil miliknya yang berada di sebuah gang kecil di daerah Gangnam. Seulgi yang telah dengan susah payah membopong pria besar itu, lalu mendudukan pria itu diatas sofa biru yang tersedia di sana.

"Dari sekian banyaknya temanmu, kenapa aku yang kau telefon sih, dasar merepotkan." omelnya kala melihat Jaebom dengan nyamannya tertidur pulas di atas sofa.

"Ckck, mukanya seperti nggak berdosa" katanya sambil menatap kesal muka Jaebom karena lelah telah membopongnya.

Seulgi lalu melihat lihat sekeliling ruangan itu, ia memperhatikan tiap sudut ruangan yang tak bisa dibilang besar itu. Yang kini begitu mencuri perhatianya adalah dinding diatas sofa yang dipenuhi foto foto polaroid yang sepertinya hasil jepretan pria mabuk itu.

Lalu ia teringat diruangan lainnya yang tadi pertama kali ia masuki saat melangkah ke pintu masuk terdapat sebuah benda yang tak bisa ia hiraukan begitu saja, seperangkat piano elektrik dan sebuah komputer didekatnya. Tentu saja melihat piano itu ia jadi terpancing untuk memencet salah satu tuts nya,

Ting

"Hm kirain rusak" katanya kemudian

Dia pun kembali masuk ke ruangan tempat Jaebom tertidur, disisi lain ruangan itu ada sebuah meja dan kursi yang telah membuatnya kini terduduk nyaman di sana, ia melihat ada sebuah buku kecil berwarna kuning yang tergeletak diatas meja. Sangat mencolok sehingga membuatnya meraih buku itu. Sesaat kemudian setelah membaca covernya "Soul" dia membuka buku itu

"Sepertinya kali ini aku tidak akan bisa melupakanmu"

"Mwoyaa.. ini buku diary? orang seperti dia menulis diary? Pfttt hahahaah"

Dia lalu membolak balikan lembaran buku itu mencari tulisan yang menarik, sampai ia pun membalikan lembaranya di tulisanya yang paling terakhir

"Bogoshipoo. Aku pikir aku bisa gila kalau aku tak segera menemuimu, aku lelah latihan setiap hari.
Aku ingin melihatmu, sekarang juga, sebelum aku benar benar gila."

Seulgi seketika menutup buku kuning itu, entah kenapa hatinya serasa nyeri saat membaca kalimat terakhir tulisan itu. Siapa dia? siapa orang yang ada dipikiranya saat menulisnya. Mendadak kepala Seulgi menjadi pusing karena memikirkan hal itu.

Seulgi lalu menengok kepada Jaebom yang ada dibelakangnya,

"Kalau kau segitu kangenya, kenapa tidak kau suruh saja dia? Kenapa malah aku sih?" Dia pun mendekatkan kursinya ke dekat Jaebom. Ingin sekali dia memukul pria itu, tapi mengingat ia juga menuliskan "aku lelah latihan setiap hari" di diary kuningnya, ia kemudian mengurungkan niat nya karena tak tega.

"Sudahlah aku mau pulang." Seulgi lalu berdiri, tetapi belum ia sempat melangkahkan kakinya, Jaebom meraih tangannya dan menariknya, sehingga membuat dia kini ikut terduduk di sofa tempatnya tertidur.

"Mau kemana.... jangan pergi. Kumohon, aku tidak mau sendirian" Jaebom masih memejamkan matanya, dia berbicara sambil kemudian menidurkan kepalanya di pundak Seulgi

Seulgi hanya terdiam, oh kalau sudah begini mana tega dia meninggalkannya.
"Benar benar merepotkan"

Jaebom yang setengah sadar, samar samar masih bisa mendengar perkataan Seulgi, dia lalu mendongakan kepalanya melihat gadis yang tengah duduk disampingnya.

"Oh, kau?" Jaebom yang matanya setengah terbuka itu menatap Seulgi, beberapa detik kemudian Jaebom berkata lagi

"Kenapa kau sangat cantik...?" lanjutnya.

What If #1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang