Part 25

2.3K 292 99
                                    

---WARNING---

🌸🌸🌸

Kedua kaki jenjangnya benar-benar sudah terasa nyeri, tapi gadis itu masih harus mengejar ketertinggalannya. Taehyung berada di depan sekitar puluhan meter dengan kecepatan konstan. Tidak terlalu cepat, tapi juga bukan lambat.

Lelaki berkaus hitam polos dan celana pendek bernomor 4 itu menoleh sekilas kemudian memberikan kode dengan satu tangannya jika mereka akan berputar di persimpangan jalan lalu kembali ke gedung Ganesha. Walaupun Naya berdecak kecil kehabisan napas toh gadis itu tetap patuh pada instruksi kekasihnya.

Selang 7 menit kemudian Naya tiba di parkiran mobil samping gedung Ganesha menyusul Taehyung. Dia berjalan lambat mengatur napas ke arah lelaki yang memainkan kunci mobil di tangannya itu. "Pace kamu 4 menit 48 detik. Lambat banget, Ay." (waktu lari per kilometer)

Sibuk menggulung naik ujung celana trainingnya ke batas lutut, gadis itu melirik tajam juga memajukan bibir bawahnya. Apa Taehyung sudah gila? Bahkan untuk runner sekali pun, 5 menit sudah tergolong kompetitif. Apalagi dalam olahraga basket, kelola motion jauh lebih penting dari pada sekadar kecepatan lari. (gerakan lambat, cepat, mendadak)

Menyambar kunci mobil dan menekan tombol hijau, Naya masuk begitu saja. Taehyung pun menggelengkan kepala lalu ikut masuk melalui pintu sebelah kanan.

"Mau sarapan apa?"

"Lontong kari," jawab Naya singkat.

Taehyung menoleh pada gadis cemberut di sebelahnya. Mengambil selembar tisu dari atas dashboard, dia mengusap kening Naya yang dipenuhi peluh. Sayangnya wajah manis itu semakin menekuk sembari bibirnya terlihat bergumam kesal. Daripada memancing emosi gadis itu, Taehyung lebih memilih seolah tak pernah terjadi apapun, lalu mati-matian menahan tawa hingga mereka sampai di tempat yang disebutkan Naya tadi.

Mereka berdua harus berjalan kaki sedikit menyusuri gang Kebon Karet. Setelah diperhatikan, Taehyung baru menyadari jika gadisnya itu memang sangat kelelahan, tidak mengada-ada dan bukan sedang dalam versi manja. Mengusap bibir Naya yang memucat, Taehyung menajamkan tatapannya. "Kamu nggak sakit, kan?"

"Semalem aku tidur jam tiga."

"Hah? Jadinya semalem masih lanjut nugas?" Lelaki itu meringis kecil sebab pagi ini keduanya memang sudah berjanji untuk lari dan sarapan bersama. "Kalo tau mau latihan tuh nggak usah maksa nugas, Sayang," ucapnya menasihati, menusuk-nusuk pipi mengembung milik Naya.

"Terus tugas-tugas aku terlantar gitu? Gila aja...." Gadis itu menghela napas panjang, kemudian getaran serta bunyi serta pop-up notifikasi ponselnya menyita perhatian mereka berdua. "Eh---- Coach Augie hubungin aku lagi. Astaga, aku beneran ikut seleksi minggu depan? Kim Taehyung, kalo aku nggak lolos---"

Taehyung menepuk punggungnya berkali-kali untuk memberi semangat. "Hei, jangan pesimis. Udah bilang sama Papa Mama kan?"

Kepala gadis itu menggeleng lemah.

"Ck... Gimana sih? Beneran nggak mau bilang ke mereka?"

"Nanti aja kalo masuk line-up. Tapi kamu jangan cepu!" tuntut Naya yang membuat Taehyung mengembus napas panjang lalu terkekeh.

"Hm...." Tak lama dua mangkok lontong kari pesanan mereka pun datang. Tatapan memuja kedua mata Naya terlalu jujur sampai Taehyung refleks menyuapkan keripik emping ke mulut gadis itu. "Kalo aku lihat, Coach Augie lagi butuh kandidat pemain shooting guard. Jadi mending kamu banyakin porsi ofensif aja." (skill tembak terbaik)

🌸 Just Don't Go (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang