Part 29

2K 297 218
                                    

Di-vomment yawh

***

Keringat dingin membasahi permukaan kulit lelaki itu. Walaupun dirinya sudah memantapkan hati, tapi tetap saja gugup itu menyerangnya hingga ia sendiri kewalahan. Samar terdengar deru napas Taehyung melalui mikrofon, lalu pertanyaan itu mulai berdatangan.

Semoga seseorang di sana tidak mendapat serangan jantung. Tahu jika segera setelah ini selesai, ia akan berharap banyak pada Lee Naya.

"ASEAN Games membuat saya merasa lebih lengkap. Ini udah jadi impian saya dari kecil, sejak kenal sama bola basket." Dia mengusap peluh di pelipisnya, padahal pendingin ruangan bekerja dengan baik. "Yeah, we've given all the best of us in this tournament, even it's not a pure basketball league. Tapi tetap saja, kami membawa nama negara di pundak masing-masing."

"Kim Taehyung, sudah ada tawaran transfer pemain ke klub lain? Kira-kira berapa nilai transfer penawarannya?"

"Masalah itu sepertinya hanya manajemen klub saya yang bisa jawab," lemparnya.

Asisten klub yang masuk dalam tim pengurus resmi Pelatnas pun menjawab diplomatis. "Jadi sejak bursa pemain Liga Indonesia mulai dibuka, ada 3 klub lain yang sudah mengajukan proposal pada Garuda bernilai kisaran 1 sampai 1,5 miliar. Tapi kembali lagi kami serahkan pada Taehyung sendiri. Toh kuliahnya juga di Bandung. Sepertinya agak susah kalau harus pindah ke Jakarta, begitu ya Taehyung? Apalagi selama turnamen dia sama sekali nggak mengambil cuti kuliah."

Senyuman kode untuk berusaha mempertahankan lelaki itu membuat Taehyung meringis tidak enak. Apalagi nilai transfer pemain Timnas nomor 5 itu terkuak publik. Bukannya apa, tapi Taehyung benar-benar memperjuangkan akademiknya dengan baik walaupun harus sampai memeras darah demi mengejar ketinggalan di jurusannya. Tentu saja mekanika fluida dan konversi energi berbeda jauh dari teknik membawa bola oranye ke arah keranjang hanya dalam satu lompatan.

"Gimana dengan pertimbangan Taehyung sendiri? Kira-kira ada keinginan pindah atau tetap di Garuda?"

Taehyung tersenyum lalu menarik napasnya dalam-dalam. "Hari ini, izinkan saya menyampaikan keputusan dari lubuk hati yang paling dalam. ASEAN Games adalah turnamen yang terakhir untuk saya."

Seluruh isi ruangan tergemap seketika tanpa terkecuali. Selanjutnya banyak kilatan cahaya yang terarah pada Taehyung. Sudah bisa dipastikan foto itu untuk bahan head line berita olahraga. Bahkan Suga yang tadinya bermalas-malasan kini sudah berdiri dari kursinya lalu menghampiri lelaki itu dengan menjauhkan mikrofon.

"Lo sakit jiwa, sat?!"

"Nggak, Bang. Udah lama gue bikin keputusan ini. Gue pengin selesai di basket," elak Taehyung.

Suga mengecilkan matanya mencurigainya. "Demi?"

"Serius, gue nggak becanda," lirihnya.

"Lain kali ngomong dulu sama gue, Tae. Lo mau bikin gue mati bediri, hah?" Taehyung memang sengaja tak memberitahu beberapa orang, termasuk Suga. Ia hanya tak ingin konsentrasi kapten lapangannya buyar hanya karena memikirkan Taehyung. Setelah itu Suga hanya bisa menepuk bahu Taehyung pelan pertanda mendukung semua keputusannya.

Hampir seluruh pemburu berita mengangkat tangan untuk lempar tanya. "Kim Taehyung, ini bukan prank kan? Anda serius ingin berhenti di posisi puncak yang sangat seksi seperti sekarang?"

Kemudian Taehyung mengangguk sangat tegas. "Ya, per detik ini saya akan berhenti dari seluruh aktivitas basket."

"Lalu rencana selanjutnya?"

"Belajar? Kembali hadir di kampus setelah sejak dari sekolah saya sudah terlalu sering mendapat dispensasi. Mungkin setelah ini berkutat pada paper journal sampai botak. Tentu saja kan?" selorohnya.

🌸 Just Don't Go (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang