tri

46 5 0
                                    

ΠH I P O T E S A  :  S A T UΠ
__•°•—•°•—•°•—•°•—•°•—•°•__

0 6 : 0 0

sreksreksrek
...

Pagi-pagi buta sekali, Bahtera datang ke sekolahnya. Dia masih sangat penasaran dengan apa yang dilakukan orang misterius itu semalam? Apa yang dimaksud perkataannya di telepon? Mata dan pikirannya sibuk membaca dan memahami reka ulang kejadian yang belakangan ini mengusik dirinya saat sedang ada rapat OSIS hingga malam hari, jauh sebelum hari kemarin. Semua yang di rasa, dengar, dan lihat dia catat di buku catatan khusus miliknya sebagai pegangan.

Air wajahnya tampak serius sekali saat memasuki area lingkungan dalam sekolah.

"Tumben banget, Kha, biasanya nongol-nongol udah siang."

Bahtera mendongak, pikirannya teralihkan kearah sumber suara. Matanya mendapati seorang lelaki dewasa yang tampak memakai baju partai dengan celana bahan warna hitam sambil memegangi sapu lidi. Dia, Mang Atang.

"Eh, aduh, Mang Atang. Iya, nih, Mang. Lagi ada kerjaan OSIS. Amang cepet banget pagi-pagi buta begini udah ada disekolah?" tanya balik Bahtera basa-basi.

Mang Atang tergelak. "Kamu nggak tau, ya? Kalo pintu gerbang sekolah itu nggak bakalan terbuka kalo saya belum dateng," ujarnya membanggakan diri sendiri.

Bahtera membalas ujaran Mang Atang dengan wajah yang seolah mengatakan: Ah, masa sih?

Mereka berdua memang cukup akrab karena kalau sudah ketemu bareng-bareng gilanya bakalan sama.

Setelah cukup lama bertegur sapa, Bahtera kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya di XII IPS 4 untuk menaruh tasnya terlebih dahulu sebelum menyibukkan diri di ruang aula B-C yang mumpung masih belum ada orang disekolah.

Sakha Bahtera. Bisa dipanggil Sakha, bisa juga dipanggil Bahtera, dua-duanya sama-sama panggilan akrab untuknya. Dia adalah ketua OSIS SMA Tigaraksa, sedangkan Jehian adalah partnernya [waketos].

Dia memiliki kepribadian seperti ada dua. Saat didepan warga sekolah, ia tampak berwibawa dan tertata. Tapi, dia bisa jadi hilang kendali saat merasa menemukan sebuah kecurigaan terhadap sesuatu.

Otaknya jenius, caranya berbicara terkadang seperti mengintimidasi, rambutnya yang awut-awutan, juga matanya yang tajam bak elang, tidak lupa dengan senyumnya yang sangat menawan.

Ya, seperti ketua-ketua OSIS pada umumnya, dia juga dijadikan idola semua kalangan. Sampai-sampai bibi yang berjualan di kantin saja kepincut sama dia. Tapi, sikapnya tetap ramah dan tenang, tidak arogan atau sombong.

Bahtera memasuki ruang aula yang tidak terkunci, mungkin pelakunya lupa mengunci balik ruangan setelah semalam memakainya dan buru-buru untuk kabur setelah ada bunyi pel-an jatuh.

Mata onyx kelam tajamnya menyusuri setiap inci ruangan, berusaha untuk tidak melewatkan apapun. Salah satu jendela tampak tidak terkunci disana.

Jadi, dia keluar lewat sini, ya?: Batinnya.

Dia mencatat apa yang barusan dia lihat di bukunya, kemudian berjalan menghampiri meja yang ada di depan ruangan dekat papan tulis.

Bahtera berjongkok. Ada sesuatu yang berkilauan di lantai, dan saat diraba berupa bubuk. Tidak banyak memang. Tapi, Bahtera berusaha mengambilnya sejumput dan mendekatkan ke indera penciumannya.

Matanya memelotot terkejut, hampir saja melompat dari rongganya.

NARKOBA?

Dengan segera, Bahtera mengambil plastik es lilin yang selalu dia bawa dari rumah dan memasukkan bubuk tersebut ke dalamnya sebagai sampel barang bukti seandainya kasus ini memang menjadi serius.

Ark and His PierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang