siks

34 3 0
                                    

ΠH I P O T E S A  :  T I G A (final)Π
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Bahtera mengalungkan sebelah lengan Ramzi ke tengkuknya supaya dia bisa membawa tubuh Ramzi yang lemas karena tidak makan dan minum selama 5 hari. Langkahnya terseok-seok menuntun Ramzi menuju kantin. Tepatnya ke kios Mama Lim, lagipula dia harus membayar makannya tadi.

Sesampainya di kantin, Bahtera mendudukkan Ramzi di kursi makan kios Mama Lim dan memesankan makanan untuknya. Sekalian membayar kas bon, dia tahu Mama Lim pasti kesal karena dia main pergi saja tadi.

Sembari makan di kantin, Bahtera menyarankan Ramzi untuk tinggal dirumahnya sementara sampai kasus ini ditutup. Tapi dia bilang, dia akan secepatnya menutup kasus ini dan akan terus berusaha mencari waktu.

Ramzi sempat bertanya, mengapa Bahtera sampai menyuruhnya untuk tinggal dirumahnya? Bagaimana dengan ibunya yang pasti sudah menunggunya di rumah sejak 5 hari yang lalu. Bahtera menjawab akan menjelaskannya saat mereka ada dirumah.

Pasalnya, bahaya kalau dijelaskan di umum begini. Apalagi kalau sampai Mama Lim mendengarnya, bisa-bisa kasus menjadi ramai di publik sebelum sempat dipecahkan teorinya.

Malam itu juga, Bahtera menghubungi komandan polisi kepercayaannya, juga yang mempercayainya. Namanya, komandan Suroto. Kemudian menjelaskan dengan detail semua yang dia catat dan dia juga mengatakan apa yang sudah dia pecahkan hari ini.

Komandan Suroto bilang, Bahtera hanya harus menunggu waktu yang tepat hingga potongan puzzle dari hipotesisnya bisa menjadi sempurna. Tidak lupa Bahtera juga mengatakan kecurigaannya, soal Toriq Alba yang menyamar menjadi Ramzi demi melakukan transaksi penjualan narkoba di sekolahnya.

***
0 6 : 4 5

Dua hari kemudian, tepatnya hari dimana baksos sudah terlaksana. Bahtera berjalan ke sekolah pagi-pagi dengan wajah yang sumringah. Dia sudah mendapat detail faktualnya walaupun belum semua, setidaknya dia sudah cukup puas.

Hari ini, lelaki itu memakai seragam olahraga karena seragam formal yang biasa ia pakai hari ini akan dipakai oleh Ramzi nanti.

Sesampainya di sekolah, ruangan yang pertama kali ingin dia kunjungi bukanlah ruang kelasnya. Tapi ruang OSIS, rasanya dia rindu sekali walaupun sehari saja tidak ada disana. Lelaki itu melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai 2 gedung kelas XI.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKK!"

Bahtera nyaris tergelincir di tangga ketika mendengar jeritan seseorang diatas sana. Satu hal yang pasti, itu adalah suara Yolanda. Dengan segera, Bahtera berlari sekencang-kencangnya untuk sampai di puncak tangga.

Sesampainya di atas, Bahtera terlonjak ketika mendapati Yolanda terduduk di lantai sambil menunjuk-nunjuk paranoid ke arah dalam ruang OSIS.

"Yol...?"

Bahtera berjalan mendekati pintu, dan ketika masuk dia malah yang jadi lebih terkejut dibandingkan dengan Yolanda.

"MANG ATANG!?" Bahtera membelalakkan matanya.

Lelaki dewasa itu terbujur tengkurap tak berdaya di hadapannya dengan puntung rokok di antara selipan jari telunjuk dan tengahnya. Bahtera mendekat, mengecek nadi Mang Atang lewat lehernya.

Masih ada harapan.

"YOL, CEPET TELEPON AMBULAN!" Suara serak Bahtera memerintah Yolanda yang masih sangat shock, dia mengira kalau Mang Atang sudah meninggal padahal belum.

Ark and His PierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang