Fortis 2

137 49 70
                                    

Hari ini sebuah kejelasan diproklamasikan. Tapi, kejelasan tersebut malah bersifat sendu. Kau memilih pergi dan kita? Berakhir. Terima kasih karena pernah menjadi alasanku untuk tersenyum walau sekarang pergimu meninggalkan luka
-shalshania callista Everald

*shalsha & Adrian on mulmed
________________________________
Shalsha pulang dengan perasaan yang campur aduk. Selama di perjalanan, gadis bersurai coklat itu masih saja memikirkan rentetan kejadian aneh yang terjadi hari ini. Mulai dari rencananya untuk bertemu Adrian yang gagal dan juga lelaki misterius yang menabraknya di depan Piazza San Marco.

Demi dewa neptunus, hari ini adalah hari tersial sepanjang masa hidupnya!

Sesampainya dirumah gadis bernetra coklat itu membuka pintu rumahnya perlahan, pupil matanya bergerak melihat ke seluruh penjuru rumah. Sepi. Kemana perginya semua orang? Tidak biasanya rumahnya sepi pada pukul 7 malam begini. Gadis bersurai panjang itu menghela nafasnya panjang, langsung masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya diatas kasur sambil menatap langit langit kamarnya.

'Ting'

Ponsel shalsha berbunyi pertanda notif masuk. Ia merogoh saku roknya, untuk mengambil benda persegi panjang itu. Gadis itu mengubah posisinya yang awalnya berbaring menjadi tengkurap sambil mengecek aplikasi WhatsApp nya. Dan ternyata notif itu berasal dari Amara, sahabat shalsha.

Amara anindita
Ca, gue mau ngasih tau sesuatu.
Penting banget!!

Shalsha C. A
Apaan? Awas kalo gapenting!

Amara anindhita
Tadi gue ngeliat Adrian
jalan sama Amanda

Shalsha C. A
Ngibul lo ya? Gue tau ini tanggal 1 April mar, jadi lo gausah sosoan mau ngeprank gue deh, ga mempan wkwk. Lagian ya,
Adrian lagi di Milan nemenin ortunya .

Amara anindhita
Gue ga ngibul, gue punya bukti!

Shalsha C. A
Mana buktinya?

Amara anindhita
Send a picture

Deg!

Shalsha menatap nanar layar ponselnya, tertegun melihat sebuah foto yang dikirim oleh Amara. Tolong katakan pada shalsha foto yang dikirim oleh Amara hanyalah sebuah foto palsu. Orang yang ada di dalam foto itu bukan Adriannya kan? Adrian bilang dia sedang berada di Milan bersama orang tuanya? Adriannya tidak mungkin—berbohong. Iya kan? Tiba tiba muncul banyak sekali pertanyaan yang berputar putar dipikirkan shalsha. Perasaan campur aduk antara marah, sedih, dan kecewa menyelimutinya. Semua itu membuat dadanya terasa sesak. Ia tidak boleh menangis, tidak boleh menangis. Bisik shalsha dalam hati berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Hingga bunyi ponselnya menghentikan lamunan shalsha. Saat dia melihat layar ponselnya ada nama Adrian disana. Antara ragu untuk menjawab telepon atau tidak ia masih saja memperhatikan layar ponselnya yang menyala. Hingga akhirnya panggilan yang ke tiga, shalsha meraih benda persegi panjang itu lalu menggesernya ke menu warna hijau.

"Halo, knapa baru diangkat?" Tanya Adrian dari seberang sana

"Aku baru selesai mandi hehe, kamu kenapa nelfon aku?" Ujar shalsha berbohong sambil berjalan ke arah balkon kamarnya.

FortisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang