09. Making Friends

47 11 33
                                    

Di hari sabtunya kali ini, Ilyin tidak akan tinggal diam saja dirumah dan hanya rebahan, membersihkan kamarnya, atau duduk di sofa ruang keluarga menonton film yang ditampilkan pada tv kabel dan menghabiskan stok makanan ringan yang dibelikan oleh orang tuanya. Setelah menghabiskan beberapa minggu pada waktu weekend di rumah, Ilyin di ajak keluar oleh Nakyung untuk berjalan-jalan.

Tentu saja tidak hanya mereka berdua, Nakyung juga mengajak tiga orang temannya yang berada di sekolah dan dua dari mereka berada di kelas yang sama dengan Ilyin dan Nakyung. Juga, tentu saja Ilyin tidak mengenali teman Nakyung secara langsung kecuali wajah mereka.

Ilyin pastinya tidak menolak karena dalam hati, dirinya mulai berpikir betapa bodoh prinsipnya untuk tidak mencari teman--selain Nakyung dan Renjun tentu saja--saat mereka masih dalam gugus yang sama. Fakta bahwa tidak ada juga teman dekat SMP Ilyin yang memilih untuk masuk di sekolah yang sama dengannya--atau setidaknya yang Ilyin kenali--membuatnya benar-benar hanya bergantung pada Mark, Nakyung, dan Renjun sebagai temannya. Lupakan Hendery untuk sementara.

"Bun, hari ini Ilyin mau jalan sama teman ya," izin Ilyin pada Bundanya yang sedang asik menonton acara infotaiment di televisi. 

Bundanya kemudian menoleh pada Ilyin dan menurunkan volume televisi untuk mendengarkan ulang apa yang dikatakan anaknya. "Kamu bilang apa tadi?"

"Mau keluar, jalan sama temen, Bun," ulang Ilyin sekali lagi pada Bundanya.

"Sama siapa? Cewe atau cowo?"

Mulailah sesi interogasi yang tidak pernah absen jika Ilyin ingin keluar dari rumah dan pergi bersama temannya. Selama temannya cewe, Ilyin selalu tenang dan santai kalau menjawab. Kalau temannya cowo, ya Bundanya paham, kalau bukan Mark palingan Hendery--walau terkadang masih tetap di interogasi sebentar. Sejarah bagaimana Bundanya tau soal Hendery diceritakan di lain waktu saja.

"Sama teman kelasku Bun, empat orang sama aku. Cewe semua."

"Mau kemana?" 

"Ke mall yang biasa, Bun."

"Ngapain?"

"Bun... udah lama ga keluar rumah jalan-jalan sama temen...."

Bundanya mengangguk paham. Tapi, tentu saja pertanyaannya tidak berhenti sampai disitu.

"Kamu naik apa?"

"Ya palingan ojek online kayak biasa, Bun."

"Ketemuannya jam berapa?"

"Jam 11."

"Ya udah kamu siap-siap sana. Jangan ngaret kalau ketemuan sama temen."

"Bunda ga tau aja sekarang orang pada suka ngaret semua," gumam Ilyin, tetapi masih bisa di dengar sampai telinga Bundanya.

"Ya setidaknya kamu jangan ngaret, biar temen kamu paham kamu tuh orangnya ga suka ngaret."

"Loh?! Bunda denger??"

"Udah sana kamu mandi, Bunda mau lanjut nonton." Bunda Ilyin kemudian kembali menaikkan volume televisinya dan kembali pada posisi enaknya tadi.











"Bun, Ilyin pergi dulu ya, assalamualaikum." Ilyin mencium punggung tangan ibunya sebelum pergi.

"Waalaikumussalam, kamu jangan pulang malam ya," ujar Bunda Ilyin sebelum Ilyin benar-benar keluar dari rumah. Ucapan Bundanya ia jawab dengan acungan jempol dan segera bergegas keluar rumah.

"Lo mau kemana?"

Ilyin yang sedang sibuk berkutat dengan layar handphone-nya karena dirinya baru saja akan memesan ojek online, mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang bertanya padanya. Ternyata, "Renjun? Rapi gini, mau kemana?"

[1] Rose Petals | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang