Dalam seminggu, pelaksanaan MPLS di sekolah baru Ilyin berjalan lancar dan seru. Ledekan tentang Ilyin dan Hendery pernah berhubungan juga semakin hari semakin berkurang, permasalahannya terletak pada Lucas saja yang suka heboh sendiri setiap kali tidak sengaja matanya menemukan Hendery lewat di gugus 1.
Ilyin sudah mulai bergaul di hari ke-2 karena diajak berbicara oleh teman sebangkunya--Nakyung. Pola pikir Ilyin perihal tak perlu mencari teman di gugusnya berhasil runtuh karena dirinya sendiri. Kalau saja di hari pertama MPLS Renjun tidak mengajak Ilyin berbicarapun, bisa saja Ilyin benar-benar berpegang teguh pada pola pikirnya.
Ilyin yang memiliki first impression kepada Renjun kalau Renjun itu pendiam, seketika berubah di hari berikutnya. Semenjak Renjun mengantarnya pulang, mereka selalu mengobrol--ya tidak begitu sering, tetapi lumayan untuk Ilyin yang menganggap Renjun sangat pendiam. Tentu saja, tidak hanya kepada Ilyin sendiri, para laki-laki di kelasnya juga mulai berbaur satu sama lain, salah satunya adalah Renjun.
"Belajar baik-baik lo, jangan cuman mau cari cowo."
Ilyin memberikan helmnya kepada Johnny--yang kali ini sudah bisa mengantarnya kembali untuk berangkat ke sekolah--sambil memutarkan bola matanya. "Siapa juga yang mau cari cowo, orang gue mau fokus belajar juga, Kak."
"Siap dah. Udah lo masuk sana, sebelum madingnya ramai sama orang."
Ilyin kemudian mengangguk dan berkata, "oh iya, hari ini pembagian kelas juga kan ya. Duluan ya kak, makasih udah anterin." Ilyin kemudian berlari masuk ke dalam sekolahnya dan menuju letak mading sekolahnya terletak.
Belum juga sampai di tempat mading itu berada, seseorang menghalangi jalan Ilyin untuk meghampiri mading sekolah. "Aduh, jangan halangin jalan gue dulu dong. Ini madingnya takut udah ramai duluan," keluh Ilyin pada orang dihadapannya.
"Lo masuk di kelas IPS 2."
Ilyin kemudian tersenyum lebar menatap orang dihadapannya. "Serius lo, Mark?"
Orang yang menghalanginya adalah Mark. Mark menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Ilyin. Namun, senyuman Ilyin tidak bertahan lama. Tentu saja karena Ilyin tidak lupa dengan sifat Mark yang jahil. Kebetulan keinginan Ilyin untuk masuk ke jurusan IPS diketahui oleh Mark membuatnya sedikit tidak yakin dengan pernyataan Mark barusan.
Layaknya bisa membaca apa yang dipikirkan Ilyin tentang dirinya, Mark berkata, "seriusan gua, kagak bohong dah. Gue temenin dah lo keasana, biar lo percaya sama gua."
"Ya udah ayo." Ilyin kemudian menarik lengan Mark untuk menemaninya mengecek mading--yang syukur masih tidak begitu banyak orang yang berkumpulan untuk mencari nama mereka terletak pada kertas bagian mana.
Ilyin mencari namanya persatu-satu pada kertas pengumuman itu dengan jari telunjuk yang menurun setiap jarinya sampai di kertas yang baru. Mark yang mungkin sedikit kesal melihat Ilyin menghabiskan waktu cukup lama untuk mencari namanya mulai dari jurusan MIPA, mengangkat jari telunjuk Ilyin pada lembaran kertas yang diatasnya tertulis tulisan X IPS 2 dan tertera nama Ilyin di salah satu kotak disana.
"Mark?" sahut Ilyin begitu membaca namanya benar-benar terletak disana.
Mark mengangkat alisnya seolah air mukanya berkata kenapa? pada Ilyin yang sedang membelakanginya saat ini. Perlu beberapa detik sampai Ilyin berbalik dan tanpa aba-aba langsung memeluk Mark.
"Ih gue seneng banget Mark? Demi apa?" Pelukannya pada Mark semakin erat seusainya berkata seperti itu pada Mark. "Lo tau ga? Gue khawatir banget ga lolos masuk IPS gara-gara temen SMP gue pada bilang, lo itu otak MIPA, Yin. Ga yakin gue lo bisa masuk IPS, gitu."
Ilyin melonggarkan pelukannya sedikit untuk menengok pada wajah Mark yang sama sekali tidak merespon ucapannya ataupun pelukannya sedari tadi. "Lo kenapa diam aja sih?" tanya Ilyin menatap Mark yang juga sedang menatapnya.
"Lo sadar kan ini kita di tempat umum?" tanya Mark dengan volume suara yang mirip dengan berbisik.
Ilyin kemudian menolehkan kepalanya kekanan dan kekirim, tangannya refleks melepaskan pelukannya pada Mark begitu sadar bahwa ada beberapa orang sedang memperhatikannya--beruntung di depan mading ini belum begitu ramai dengan orang-orang. Ia merapikan rambutnya yang tidak begitu berantakan--lebih tepatnya, sekarang ia merasa sedikit malu.
Ilyin berdehem walau tenggorokannya tidak begitu kering. Mark yang melihat tingkah Ilyin sibuk pada dirinya sendiri demi menghilangkan rasa malunya langsung saja terkekah walau dia sendiri tadi merasa sedikit kaget. Tangannya beralih pada bahu Ilyin dan menepuknya pelan.
"Jangan terlalu percaya sama omongan orang. Percaya aja sama diri lo, buktinya omongan temen lo salah kan." Tepukan pada bahu Ilyin berubah menjadi sebuah usapan. Hal itu membuat Ilyin tersenyum kecil, dirinya menyadari Mark lebih memilih mengusap bahunya daripada mengacak rambutnya yang sudah ia atur sedemikian rupa.
"Eh tapi gue merasa aneh sih."
"Aneh kenapa?"
"Lo kok tiba-tiba kayak lembut banget sama gue. Tadi juga bisa aja lo ngerjain gue bilang kalau gue masuk ke jurusan MIPA. Pasti ini ada maunya nih, iya kan? Lo mau apa? Es krim? Permen? Oh... tau nih gue, pasti mau ditraktirin sarapan di kantin ya? Iya kan?"
"Dih? Sok tau." Mark berjalan meninggalkan Ilyin dari tempat mading itu dan segera menuju ke lorong kelas yang bahkan Ilyin tidak tahu itu lorong kelas sepuluh atau sebelas.
"Eh l-lo mau kemana? Itu lorong kelas berapa deh?" teriak Ilyin dengan volume suara yang disesuaikan sambil menyusul Mark.
"Gue anterin ke kelas lo."
"Eh, Ilyi--"
"Wah tumben lo baik banget, gara-gara mau ditraktir jadi gini ye lo? Ohh, tau nih, mau dicariin cewe di angkatan gue ya?"
Tangan Mark yang semula-mula ia masukkan ke dalam dua kantong celananya, salah satunya ia keluar untuk mendorong pelan kepala Ilyin yang menjadi sangat menyebalkan di hadapannya. Sementara, orang yang tadi berusah untuk memanggil Ilyin mengurungkan niatnya dan hanya mengikuti Ilyin dari belakang.
a/n: jiaaaah, Ilyin sama Mark bestfriend goals banget ga sih aowkwowkow. renjun be like: nantikan kehadiranku🙏🏻 oiya kayaknya moodku baik banget, sampe ga sadar udah update tiga apa dua kali ya minggu ini wkwkwkw, intinya semoga enjoy ya
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Rose Petals | Huang Renjun
Fiksi PenggemarSemua berawal dari satu tangkai bunga mawar. haeflows, april 2020.