"Gua suka sama lo."
Kunyahan dalam mulut Ilyin berhenti sejenak. Siapapun yang berada di posisi Ilyin sekarang akan merasa sama syoknya dengan gadis ini sekarang. Dengan sergap tangan Ilyin meraih segelas cup kertas yang berisi lemon tea dan meneguk seperlunya.
"Kalau misalnya ada yang bilang kayak gitu ke lo, lo bakal ngapain?" tanya Renjun yang kini kembali duduk bersandar dan melepas kontak matanya pada Ilyin.
"Ya, tergantung??? Kalau gue ga suka sama orangnya, ngapain di yes-in?"
"Ada yang ketinggalan, Jun?" tanya Ilyin melepas helm dari kepalanya saat mereka sampai di studio kecil milik Renjun. "Lama ga?" tanya Ilyin sekali lagi tanpa mendengar jawaban Renjun terlebih dahulu.
"Ga kok, bentar doang gua. Lo tunggu aja disini." Renjun tersenyum dan menepuk pelan lengan kiri gadis di hadapannya. "Suka bunga ga?" tanya Renjun sebelum melanjutkan langkahan kakinya.
"Hah, mau ngapain? Ga usah aneh-aneh lo, Jun."
Tanpa volume, mulut Renjun berkata, "Tunggu bentar ya."
Ilyin mengangguk dan menatap sebentar jam tangannya yang sudah menunjukkan jarum pendeknya pada angka 5. Beberapa detik terlewatkan, gadis itu menerima sebuah telepon dari Bundanya yang sedang menanyakan posisi Ilyin dan menitipkan makanan.
Renjun baru saja keluar dari studio menunggu Ilyin menyelesaikan percakapannya via telepon sambil menenteng sebuah bungkusan cokelat berukuran sedang--yang Ilyin tebak saat melihatnya adalah sebuah kanvas dari bentuknya.
"Minta tolong pegangin ya." Renjun menyodorkan bungkusan itu pada Ilyin. "Bunda lo ada nitip sesuatu?"
Seraya menerima barang yang diberikan Renjun untuk ia jaga selama perjalanan, Ilyin menganggukkan kepalanya. "Iya nih, gapapa 'kan? Yang warung depan kompleks kok, Bunda lagi pengen makan gorengan katanya."
"Bukan maunya debay?"
"Renjun! Ih, apaan sih, ga ada debay debay. Gue udah SMA gini ya, yang ada bunda kecapean tahu." Ilyin memukul keras bahu pria di hadapannya itu.
Renjun hanya tertawa sambil mengambil helm Ilyin--yang ia pinjamkan tentunya--untuk ia pakaikan kepada gadis dihadapannya. Kemudian ia sendiri memakai helm untuk dirinya.
"Makasih, Jun."
Perjalanan yang memakan beberapa menit lebih lama karena mereka singgah sebentar tetap berakhir membuat mereka selamat sampai tujuan. Ilyin menyandarkan kanvas itu pada motor dan melepaskan helm dari kepalanya.
"Itu." Renjun menunjuk pada kanvas yang bersender pada motornya. "Bawa aja. Kado dari gua." Renjun mengambil helm dari tangan Ilyin yang sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Kok kado? Gua 'kan ga ulang tahun? Simpan buat lo aja, seriusan." Ilyin mengambil kanvas itu kemudian memberikannya kepada Renjun. Gadis itu benar-benar merasa tidak enak jika diberikan sebuah karya senin secara gratis.
Laki-laki di hadapannya mendorong pelan kanvas itu dari hadapannya dengan tangan kirinya. Gelengan ia berikan kemudian gestur tangan yang berayun. "Kado mah ga selamanya buat ulang tahun, Yin. Ini gua beneran mau ngasih lo kok, santai aja."
"Hng, kalau gitu makasih banyak ya. Mana gue tadi minta ditraktir mcflurry, sekarang dikasih lukisan gini. Nanti gua bayar balik!" ujar Ilyin dengan bersemangat. "Bukan bayar uang, tenang, tenang. Nanti pakai apa deh gitu, gue kasih voucher bebas minta apapun sama gue asal ga aneh-aneh. Satu doang ya, satu."
Wajah oval itu lantas mengeluarkan tawanya dan mengangguk. "Duluan ya. Oh iya, jangan lupa kabarin soal kado gua yang kemarin."
Tanpa menunggu jawaban keluar dari mulut gadis, motor matic itu melaju ke depan dibawa oleh pemiliknya. Ilyin melangkahkan masuk ke dalam rumahnya begitu paham yang dimaksud oleh laki-laki yang menjadi teman pulang-pergi sekolahnya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Rose Petals | Huang Renjun
FanficSemua berawal dari satu tangkai bunga mawar. haeflows, april 2020.