Tidak ada yang begitu spesial dengan hari ulang tahun Ilyin yang pertama kali sejak memulai masa SMAnya. Ia menggunakan uang jajan yang diberikan oleh ayahnya untuk mentraktir Nakyung, KimHyun, Seoyeon dan Chaewon—yang kebetulan sedang tidak sibuk dengan kelasnya.
Perihal chat yang Ilyin kirimkan pada Renjun tadi pagi pun belum dibalas. Lebih parah daripada itu, orang itu bahkan tidak datang ke sekolah untuk hari ini. Kalau ditinjau dari surat yang datang dari BK, Renjun hari ini izin karena urusan keluarga.
Sekarang sudah jam pulang sekolah dan Ilyin sedang duduk di depan sekretariat OSIS—menunggu Mark lebih tepatnya. Sesuai perkataan Ilyin tadi pagi, ayahnya tak perlu menjemputnya jika pekerjaannya di kantor sedang banyak dan itu lah yang membuatnya meminta Mark untuk pulang bersama.
"Kamu ngapain disini, Li? Ga pulang?"
Ilyin mengalihkan perhatiannya dari handphonenya ke sumber suara. "Eh, kak Hendra. Ini lagi nungguin Mark, mau pulang bareng soalnya," ujar Ilyin diakhiri dengan cengiran.
"Kamu ga usah pakai kak segala, Li. Santai aja." Hendery memberikan senyumannya sambil membuka sepatunya sebelum masuk ke dalam ruangan yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang berhubungan dengan OSIS.
"Soalnya depan ruangan OSIS, takutnya dianggap ga sopan, Dra," ucap Ilyin dengan nada berbisik.
Hendery hanya tertawa kecil lalu menggelengkan kepalanya. "Ada-ada aja kamu," katanya dan meninggalkan Ilyin duduk sendirian di luar sekretaris OSIS.
Sekarang Ilyin sudah biasa saja jika bertemu dengan Hendery, tidak perlu ada rasa khawatir akan munculnya perasaan gagal move on untuk sang mantan. Selain karena akhir-akhir ini ia terkadang melihat Hendery pulang bersama seorang perempuan—yang tampak sedikit familiar baginya, Ilyin sudah menyukai orang lain, walaupun perasaannya itu adalah hal yang salah.
"Ngobrol apaan tadi sama Hendery?" tanya Mark yang kini sudah keluar ruangan dan sedang memakai sepatunya.
"Cuma nanyain—"
"Eh, selamat ulang tahun ya buat kamu," sahut Hendery yang tiba-tiba memunculkan dirinya disela pintu sekretariat OSIS. Mark yang memakai sepatunya tepat di depan pintu sedikit kaget.
"Anj—kok bisa sih lu buka pintu gua ga denger? Kaget gua bangsat," decak Mark yang mengecilkan suaranya pada akhir ucapannya. Bahaya, di dalam semua pembina OSIS sedang berkumpul, bisa-bisa dirinya disuruh lari keliling lapangan terlebih dahulu oleh pak Dongho sebelum mengantar Ilyin pulang.
"Iya, makasih kak."
Mark otomatis menolehkan kepalanya dan menatap Ilyin. "Sejak kapan lu manggil dia kak? Gila, merinding gua dengernya." Mark berakting seolah-olah semua bulu kuduknya berdiri.
Hendery tersenyum pada Ilyin, lalu mendorong pelan kepala Mark sebelum masuk kembali ke dalam ruangan. Mark mengepalkan tangannya dan mengangkatnya, seolah-olah akan memukul orang di depannya—padahal Hendery juga sudah masuk ke ruangan. Berakhir dirinya misuh-misuh di depan pintu seperti orang tidak waras.
"Apa sih, udah kayak orang gila aja lo misuh-misuh sama pintu." Ilyin berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan area sekretariat OSIS.
"Tungguin gua lah, oy!" Mark mengambil tasnya yang tadinya ia simpan di lantai karena sedang memakai sepatunya. "Tadi lu ngomongin apa sama Hendery?" tanya Mark begitu sudah bisa menyamakan langkah kakinya dengan Ilyin.
"Cuma nanyain—eh, bentar deh." Ilyin memberhentikan langkahnya—diikuti dengan Mark dan memutarkan badannya ke kiri untuk berhadapan dengan Mark. "Sejak kapan deh lo penasaran apa isi percakapan gue sama Hendra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Rose Petals | Huang Renjun
FanfictionSemua berawal dari satu tangkai bunga mawar. haeflows, april 2020.