13. Lockscreen

45 8 60
                                    

"Lo kalau emang ngerasa ga enak badan, ga usah paksain. Kata bunda lo, langsung telepon aja kalau mau pulang."

"Ini udah sembuh kok, Kak!" seru Ilyin sambil memutar badannya dan meloncat kecil di hadapan Johnny yang mengantarnya ke sekolah pagi ini.

Ilyin memutuskan untuk kembali bersekolah setalah 3 hari izin tidak dapat bersekolah. Selain, karena tidak ingin ketinggalan pelajaran terlalu jauh, dirinya tidak memiliki surat izin dari dokter agar dapat izin selama lebih dari 3 hari. Toh, dirinya juga sudah lumayan baik setelah beristirahat 3 hari di rumah.

Johnny menaiki motornya setelah menyimpan helm Ilyin ke dalam jok motornya. "Ya udah, kalau sakit ada pacar lo 'kan ya, Mark juga udah siap sedia tuh hahahaha." Johnny segera menaiki motornya dan menjulurkan lidahnya sebentar sebelum meninggalkan Ilyin.

"Gue sentil juga ginjalnya tuh orang," gumam Ilyin yang hanya dapat melihat motor Johnny menjauh dari pandangannya.

"Eh, lu udah datang?" sapa Mark yang tiba-tiba muncul disamping Ilyin sambil menghentikan motornya. "Udah sembuh beneran?"

"Lo markirin motor lo dulu sana lah, diliatin orang tau," suruh Ilyin dan menunjuk letak parkiran yang berada disamping kanan Mark dan tidak begitu jauh—hanya membelokkan stir motornya ke sebalah kanan dan menjalankannya. "Nanti gue tungguin di taman."

Mark menganggukkan kepalanya dan segera memarkirkan motornya di parkiran motor sekolahnya. Sementara Ilyin mengikuti apa yang barusan ia katakan pada Mark, berjalan menuju taman yang terletak didepan parkiran motor dan menunggu Mark selesai dengan urusan motornya.

Ilyin mencari kursi agar dapat beristirahat karena rasa lemas pada tubuhnya paska sakit demam itu masih ada. "Yin, udah beneran sembuh?" tanya Mark sambil menyentuh dahi Ilyin untuk memastikan.

Ilyin menurunkan lengan Mark dan mengangguk. Mark berkacak pinggang dihadapan Ilyin sambil menatapnya dengan satu alis yang ia naikkan. "Bawa air minum ga?" tanya Mark masih dengan posisinya yang sama.

"Bawa, kenapa?"

"Bekal?"

"Bunda mana mungkin ga masakin bekal kalau gue habis sakit gini. Kenapa?"

"Bagus. Lo ga usah jajan makanan kantin hari ini. Apalagi bakso!" perintah Mark dan menekan kata terakhirnya.

"Lah? Kenapa ga boleh?" Ilyin langsung berdiri dari tempatnya dan mengikuti gaya Mark—berkacak pinggang. "Gue kan ga sakit maag? Ga ada masalah perut? Kenapa coba ga boleh jajan apa gitu di kantin?"

Mark menarik lengan Ilyin dan membawanya keluar dari daerah taman sekolahnya. Alih-alih menjawab pertanyaan Ilyin, dirinya hanya menatap lurus ke depan tanpa menoleh pada Ilyin yang terus bertanya, "Mark? Kenapa ih?"

Begitu Mark berhenti menarik lengannya, Ilyin kemudian menatap sekitarnya setelah tidak sadar Mark telah membawanya kemana. Setelah selesai meneliti, ia sadar sekarang ia berada di depan kelasnya dan Mark akhirnya membalikkan badannya menghadap pada Ilyin.

Tangan kanan Mark kembali menyentuh dahi Ilyin. "Lo tuh masih demam. Ga usah makan aneh-aneh. Tambah penyakit tuh sama aja lo tambah ngerepotin bunda lo. Jadi, lo mending hargain dah tuh masakan bunda lo, ga usah jajan aneh-aneh dulu hari ini."

Sebelah tangan Mark yang ia pautkan dengan tangan Ilyin kini ia lepas dan mengusap bahu Ilyin. "Perjalanan pulang gua sepi kalau ga ada yang ngebacot pas pulang sekolah. Jangan sakit lagi ya." Mark tersenyum dan meninggalkan Ilyin yang sedang ditatap banyak orang—apalagi teman kelasnya.

"Ga datang sekolah 3 hari, jadian ya sama kak Mark?"

Ilyin menoleh ke arah kanannya dan mendapatkan Nakyung yang sedang menatapnya dengan tatapan menggoda. Ilyin menggelengkan kepalanya sambil berjalan masuk ke dalam kelasnya.

[1] Rose Petals | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang