11. Fever

53 8 64
                                    

Renjun
lu sakit apaan?

Ilyin
biasa, demam

Renjun
pulang nanti gua kesana
mau dibeliin sesuatu ga?

Ilyin
ha? gausah jun

Renjun
bubur udh mainstream
suka sate ga?

Ilyin
dibilangin ga usah

Renjun
oke, sate ya

Ilyin
loh jun?
gausahhhhhh

Setelah itu dibawah nama kontak Renjun, sudah menunjukkan kalimat terakhir dilihat 10.17 dan membuat Ilyin menghela nafas. Bagaimana caranya ga baper kalau dianya gini? keluh Ilyin dalam hati.

Oke, mari lupakan masalah hati Ilyin yang sedang dibawa rollercoaster dengan Renjun.

Penyebab demamnya kali ini adalah kemarin. Nyatanya Ilyin juga heran, Renjun kenapa bisa datang sekolah? Bukannya mengharapkan orang lain sakit juga, tetapi di sore hari setelah peristiwa hujan-hujanan bersama Renjun saja dirinya sudah mulai merasakan tidak enak badan.

Ya sudah lah, mungkin fisik Ilyin lebih lemah dibandingkan dengan Renjun yang notabenenya seorang laki-laki. Lomba lari seperti saat itupun sudah jelas siapa pemenangnya.

"Lin? Udah bangun?" tanya Bundanya sambil membuka sedikit pintu kamar Ilyin yang sengaja tidak ia kunci.

Ilyin kemudian bangkit dari tidurnya dan mengangguk. "Baring aja kalau kepalanya berat. Mau sarapan apa?" tanya Bundanya lembut.

"Apa aja yang ada, Bun. Gini-gini nafsu makan aku ga ilang kok," ucap Ilyin dengan nada bercanda –sekaligus mengurangi rasa bersalah Bundanya karena telah membuat anaknya sakit untuk berbelanja ke minimarket kemarin, padahal yang salah disini Ilyin karena tidak berpikiran untuk membeli payung di dalam minimarket itu.

"Oh iya Bun, sore nanti temenku mau datang ya," sahut Ilyin sebelum Bundanya keluar dan menutup pintu kamarnya.

"Siapa? Renjun ya?" goda Bundanya.

"Ih, kok Bunda tau??"

"Nanti kalau Bunda panggil makan langsung keluar ya, makannya jangan ditunda-tunda." Bunda Ilyin menutup pintu kamar anaknya tanpa menjawab pertanyaan Ilyin.

"Ih, lupa nanyain Bunda kenal Renjun dari kapan," gumam Ilyin lalu kembali berbaring di kasurnya. Ia kemudian kembali memainkan handphonenya dan membuka aplikasi Youtube sambil menunggu sarapannya selesai dibuatkan.

Tak butuh waktu lama hingga Bundanya selesai membuatkan anaknya sarapan, bahkan Ilyin sendiri baru menonton video Youtube yang berdurasi 10 menit masih belum sampai hingga di tengah video. Ilyin bangkit dari tempat tidurnya begitu Bundanya memanggilnya seperti yang dikatakan tadi.

"Bun, Ilyin mau lanjut tidur ya, kepalaku tiba-tiba berat banget deh," ujar Ilyin setelah menyelesaikan sarapannya dan beralih mencuci piringnya. "Kalau akunya ga bangun sampai jam pulang sekolah gitu, bangunin ya, Bun."

"Iya, kamu tidur aja sana, piringnya biar Bunda aja yang cuciin. Nanti Bunda bangunin kalau temannya udah pada datang."

"Oke, makasih Bun."















"Ilyin? Bangun, nak. Teman kamu udah datang tuh." Bundanya menepuk-nepuk pundak Ilyin berinisiatif bahwa melakukan hal itu dapat membuat anaknya terbangun.

"Dari dulu kalau tidur pas sakit gini benar-benar nyenyak ya hahahaha. Emang kenapa bisa sakit demam dianya, Bun?"

"Kemarin Bunda suruh dia belanja di minimarket depan, pulang-pulang udah basah aja gara-gara mandi hujan." Bunda Ilyin mengakhiri kalimatnya dengan gelengan kepalanya.

[1] Rose Petals | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang