↪Tenth

100 13 19
                                    

Cinderella and Her Prince
↪Last↩

Cinderella tidak bisa bergerak sama sekali. Tubuhnya diikat dengan kuat oleh para penjaga istana milik keluarga Pangeran Jeon.

Pria itu sama sekali tidak membantu Cinderella untuk terbebas dari ikatan di tubuhnya. Gadis bermanik biru tersebut hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Ruangan yang cukup sempit ini mampu membuat Cinderella merasa pengap.

"Kerja bagus, Anakku," ucap ayah Pangeran Jeon dengan senyuman yang mengembang.

Jika boleh jujur, Pangeran Jeon sebenarnya tidak tega melihat Cinderella diperlakukan tidak baik seperti sekarang. Namun apa daya, ini adalah perintah dari sang ayah yang mustahil untuk ia tolak.

Pangeran Jeon tersenyum tipis, enggan mengeluarkan suara untuk menjawab Raja dari Negara Swan.

"Apa yang akan Ayah lakukan selanjutnya?" tanya Pangeran Jeon.

"Tentu kita harus membakar gadis itu."

Mata bulat Pangeran Jeon semakin membulat. Jantungnya berpacu lebih cepat, ia segera menatap Cinderella yang semakin menangis meraung-raung.

"Pangeran Jeon, apa kau tahu mengapa Raja akan membakarku? Itu karena ia tidak mau aku membongkar semua kebusukannya padamu!" teriak Cinderella, berusaha meyakinkan Pangeran Jeon bahwa ayahnya itu adalah orang yang jahat.

"Jaga ucapanmu!" entah setan dari mana, Pangeran Jeon malah membentak Cinderella, membuat gadis itu diam seribu bahasa. "Pantas saja ayah menyuruhku membakarmu, kau seorang perempuan yang tidak punya adab!"

Tangisan Cinderella terdengar semakin lirih, berbanding terbalik dengan ayah Pangeran Jeon yang kini tertawa keras. "Bakar dia!" perintah sang Raja.

"Setelah tubuhku dibakar, maka kau akan menyesal, Pangeran. Kau akan gila! Kau akan kehilangan akal sehatmu! Kau akan lupa bagaimana caranya bernapas, tersenyum, bahkan bergerak sedikitpun!" Cinderella terus berteriak menyuarakan isi hatinya.

Perlahan namun pasti, tubuh Cinderella dilahap habis oleh si jago merah. Ia berteriak kesakitan, terdengar begitu memilukan di telinga Pangeran Jeon.

"Ah, Yang Mulia. Akhirnya kita bisa bersama!" seorang wanita datang dengan senyuman merekah, menyaksikan sang anak tiri dibakar hidup-hidup.

Ibu tiri Cinderella.

Pangeran Jeon mengerutkan alis. Bagaimana bisa sang ayah dan ibu tiri Cinderella berpelukan begitu mesra?

Ayah pangeran Jeon menatap sang putra dengan pandangan puas. "Kau sudah salah memilih menuruti apa kataku, Pangeran. Apa yang dikatakan Cinderella benar adanya."

Sang Raja membawa kekasihnya dan Pangeran Jeon ke luar ruangan yang digunakan membakar Cinderella. Membiarkan gubuk kecil itu terbakar habis.

"Apa maksud ayah?"

↪End↩
↪Coming soon: Epilog↩

Emang gak tau kenapa aku kepikiran kayak gini :")

Cerita di atas ditujukan untuk MarsPluto725

Ini preview covernya yaa

Maaf jika tidak sesuai ekspetasi, dan maaf jika kelamaan :" tapi semoga suka yaaa💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf jika tidak sesuai ekspetasi, dan maaf jika kelamaan :" tapi semoga suka yaaa💙💙💙

Cover mau diambil?

Sampai jumpa di chapter epilog nanti! Dan nantikan kejutannya yaa~~

09-05-2020,
B

Macchiata Cover Shop 4 [Buka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang