16. Penasaran

42 4 1
                                    

Setelah beberapa hari derra tidak sekolah, ia pun memutuskan untuk kembali menjalani aktivitas seperti biasanya, semalaman ia merenungkan apa salahnya ia merelakan malven bersama adiknya walau hatinya ini belum sanggup untuk menerimanya.

Senyum khas yang merekah di wajahnya membuat dua  temannya bingung, fiona dan amira . Mereka melihat wajah temannya ini yang sepertinya sedang ada beban yang di sembunyikan dengan senyum palsunya.

" ada masalah? " tanya fiona, derra menggeleng.

" lu kenpa kemarin ga sekolah " derra hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

Selama pelajaran derra fokus mendengarkan setiap penjelasan yang di lontarkan oleh guru mata pelajaran biologi itu . Melupakan semua rasa sakitnya , untuk apa ia sakit sendiri jika lelaki itu saja hanya masa bodo. Perhatiannya semalam mungkin hanya rasa kasihan terhadapnya. Begitu miris dirinya .

Setelah pelajaran biologi di tutup , seorang lelaki tampan dengan badan semapai menghampiri guru mapel biologi itu. Entah apa yang mereka bicarakan. Derra yang masih mengeluarkan bukunya tidak menyadari keberadaan malven yang sudah berdiri tegak di depan semua murid di kelasnya .

Fiona menyenggol derra, namun derra menatapnya sinis . Fiona hampir tak habis fikir dengan teman autis nya satu ini.

" halo saya mendapat amanat dari bu siti untuk menggantikannya mengajar di kelas kalian, mohon kerja samanya " suara berat yang sangat khas itu membuat telinga derra seakan tajam. Ia langsung melihat ke sumber suara. Matanya bertemu dengan malven, namun derra lah yang duluan memutuskan kontak matanya.

Derra memasang wajah datar, berusaha senetral mungkin di hadapan lelaki itu .

Mendengar setiap kata yang di ucapkan malven dengan sabarnya ia mengajarkan materi tentang gelombang mekanik . Banyak sekali siswi yang tiba-tiba bertanya dengannya .

Setelah jam pelajaran fisika berakhir semua murid riweh pada ke kantin, namun malven masih sibuk dengan membereskan buku paket milik bu siti. Derra tak mempedulikan pergerakan lelaki itu yang tanpa sadar berjalan ke arahnya.

Fiona dan amira mengerti situasinya dan meninggalkan derra yang masih asik dengan ponselnya .

Malven sudah duduk di depan gadis itu, sontak derra pun melihat ke arah malven  dengan tatapan datar dan juga bingung.

" ada perlu apa ? " tanya derra dengan nada dingin

" kantin yuk " derra menyipitkan matanya, mencerna perkataan lelaki itu. Tanpa menunggu persetujuan malven sudah menarik derra untuk berjalan mengikutinya.

" lepasin " derra meronta namun cekalan kuat dari malven tak bisa ia hindari, akhirnya ia hanya diam pasrah dan duduk di kantin bersama lelaki itu.


Malven memesankan makanan miliknya dan derra. Ia duduk sembari memandangi wajah milik gadis itu.

" haram lu liatin gw " ucap derra ketus . Ia melihat ke arah rombongan jorgan yang baru datang , duduk tak jauh di meja sebrang yang di dudukinya bersama malven. Posisi yang memungkinkan pandangan mereka bertemu.

Derra sudh masa bodo dengan dunia percintaannya. Malven yang akan di jodohkan dengan adik tirinya, dan jorgan yang dulu mengejar nya kini telah berubah ulah dirinya sendiri bahkan gosipnya ia berpacaran dengan gladis si primadona para lelaki.

Derra muak melihat adegan dimana gladis yang terlihat sangat manja dengan jorgan. Bergelendotan di tangan lelaki itu . Namun jorgan hanya diam saja . Hati derra sangat berdenyut entah mengapa ia sangat malas makan . Mood makannya hilang seketika.

Derra berjalan meninggalkan kantin dan juga makanannya yang masih tersisa banyak. Malven mengejar derra , menahan tangan gadis itu. Namun ya di tepis dengan sangat keras oleh derra.


" gw gak pp , lu bisa pergi " derra melaui malven yang masih terdiam di tempatnya, ia tidak paham dengan perubahan sikap gadis itu. Sangat menyebalkan derra yang sekarang menurutnya. Penuh dengan teka teki.

...

Jorgan yang melihat derra pergi pun merasa aneh, ia mengikuti derra . Bahkan percakapan derra dengan malven pun ia mendengarnya.

Jorgan menemukan derra yang tengah terduduk nyaman di bawah pohon rindang taman belakang sekolahnya. Jorgan menghampiri derra dengan berhati-hati.

Namun derra sudah menyadari ada yang datang.

" gw bilang gw gak papa " teriak derra sembari menengok. Matanya membulat melihat manusia yang sedang berada di hadapannya itu.

" ngapain lo " dengan nada yang ketus , jorgan tak menjawab ia memilih dduduk di samping derra.

Rasanya ia ingin mati tidak melihat wajah derra sedekat ini semenjak ia memutuskan menjauhi derra.

Tanpa sadar tangannya jorgan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah cantiknya itu. Derra menepis tangan jorgan, menatapnya dingin.

" bukannya lu dah benci sama gw " tanya derra sembari menatap lekat lelaki di hadapnnya,jorgan.

" buat apa gw benci sam lo, ga guna "
Mereka terdiam sejenak, lalu jorgan kembali membuka suaranya.

" lo kenapa akhir-akhir ini aneh " jorgan menatap lekat mata wanita itu. Seperti ada sesuatu kesedihan yang ia sembunyikan . Derra hanya tersenyum tipis.

" lo tau gw kan, gw gak bakal kenapa kenpa " derra membuang arah pandangnya ke arah lain. Rasa sakit itu kembali. Dimana semua orang harus pergi. Papa nya yang tidak seperti dulu, malven, dan jorgan? Mungkin ia hanya melihatnya dengan tatapan benci dan iba.

" yang gw liat bukan kaya lo der " derra menoleh ke jorgan , berusaha mencerna ucapannya itu.

" seolah lu nyembunyiin sesuatu " lanjutnya. Derra menggeleng, menarik nafasnya panjang.

" perasaan lu aja " ucapnya acuh.

" kenapa sampe 3 hari ga masuk? "

' ini anak kepo apa gimana si , kemarin- kemarin sok gak peduli, ya maybe dia benci sama gw karena ucapan itu. Tapi kenapa tanpa angin dan badai datang ni orang dtengin gw lagi si ' batin derra menggerutu dalam hati.


Jorgan mendadakan tangannya di dpan wajah muka derra, merasa bahwa gadis itu sepertinya sedang melamun. Derra pun tersadar dan mengerjapkan matanya beberpa kali.


" apaan sih lo, urusin urusan lo sendiri " derra pun beranjak pergi , masa bodo dengan jorgan yang masih duduk di sana. Toh ia ingin bebas dengan kehidupannya yang terasa suram itu.

...

Derra menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, sangat bosan menunggu taksi yang lewat. Ia ingin naik angkot namun tidak ada satu pun kendaran taksi mau pun angkot yang lewat.

Derra memutuskan untuk berjalan saja, dari pada ia harus seperti anak ilang mending ia jalan saja. Walau ia sudah sangat penat .

Sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya, menampilkan seorang lelaki tampan yang ia kenal, dia malven dan ya jangan lupakan gadis yang berada di sampingnya itu bella.

" teteh ayo bareng " derra hanya memasang wajah dingin.

" gw mau ke suatu tempat dulu " lalu derra melangkah kakinya kembali, mobil malven masih mengikutinya pelan - pelan.

" der ayok mau hujan gini " teriak malven dari dalam mobil.

" aelah alay amat, gw bawa payung " dusta derra, malven dan bella pun menyerah dan mereka pamit untuk duluan. Derra hanya menundukkan pandangannya.

Sungguh sangat lelah hidup seperti ini, mencintai tanpa di cintai. Ingin memiliki namun Tuhan bahkan tidak merestuinya. Ikhlas adalah kuncinya saat ini. Derra hanya menyusuri jalanan bandung dengan kedua kakinya .



Sudah lamaa yaaa gak update nihh
Semoga suka maap lama banget, soalnya mimin masih gak mood buat update. Support dong yaa biar mimin semngt update. Jngan lupa follow me :))



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADERRA THE SIMPLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang