"Gue dulu emang culun tapi sekarang udah enggak! sekali lo bikin gue sakit, gue pastiin, lo bakalan menderita seumur hidup lo."
•Aleta•
___"Awww."
Aleta berada di ruangan gelap yang sangat menakutkan baginya, ia trauma dengan ruangan gelap seperti ini. Bisa dikatakan kalau Aleta pobhia dengan kegelapan. Nyctopobhia.
Tiba-tiba saja lampu gudang menyala, membuat Aleta harus memejamkan matanya. Dengan pelan Aleta membuka mata dan melihat dua orang gadis yang sekarang tepat berada di depannya.
"Kenapa kalian masukkin gue di gudang ini? Kalian gabut?" tanya Aleta cuek.
"Lo itu kenapa sih?!! Selalu aja ngerebut orang ganteng plus keren di sekolahan ini!" bentak Laura tak terima.
"Gue ngerebut? Kapan? Enggak deh!"
"Dasar cewek cabe!" seru Fanny mendorong Aleta dengan kasar.
Menyerah? Itu bukan sifat Aleta sekarang, Aleta yang sudah kesal langsung menarik kerah Fanny dengan kasar dan membuat Fanny merasa tercekik.
"Kalo lo mau mati disini bilang! Nggak usah dorong-dorong gue!" bentak Aleta dengan mata elangnya.
Laura yang melihat itu hanya bisa meneguk ludahnya sendiri. Dia tidak menyangka dibalik wajah polosn Aleta, dia mempunyai sifat seperti singa kalau sudah marah.
Laura yang merasa kalau Fanny mau kehabisan nafas gara-gara Aleta, Ia mencoba mencari cara agar Aleta berhenti melakukan itu.
Dia melihat kayu yang sudah tidak terpakai di gudang ini, satu serangan pun cukup kalau dengan hantaman yang sangat keras.
Bugh...
Suara pukulan tepat di leher bagian belakang Aleta. Aleta yang mendapatkan pukulan itu langsung terjatuh dan pandangannya pun mulai gelap.
"Ra dia nggak bakalan mati kan?" tanya Fanny ketakutan.
"Yah biarin kalau dia mati, berarti udah takdirnya dia dong. Disini juga nggak ada cctv kok, jadi tenang aja nggak usah takut napa." jawab Laura santai lalu melemparkan kayunya di belakang pintu.
"Lo udah kayak psikopat dah, takut gue lama-lama." celetuk Fanny asal.
"Yaudah lah ayok keluar, biarin aja dia kedinginan disini. Ini kan gudang nggak terpakai dan jarang banget dikunjungi." ucap Laura santai tanpa merasa bersalah sedikit pun.
Laura dan Fanny keluar dengan bangganya, mereka tidak melupakan lampu yang harus dimatikan. Kalau lampu sudah dimatikan tidak ada seseorang pun yang akan curiga kalau gudang ini habis dipakai.
•••
Alaska berada di kelas sambil membolak-balikan bukunya tidak jelas, dia sangat tidak ada kerjaan karena kelasnya sedang jam kosong.
Di tengah kegabutan Alaska, tiba-tiba saja Rayen beranjak dari tempat duduknya. Ia berdiri di depan kelas seperti ingin mengumumkan sesuatu.
"Gays gays gue mau nyampain sesuatu!" teriak Rayen keras, sehingga anak-anak menoleh ke arahnya.
"Cie ngeliatin gue semua. Suka ya sama babang tampan." ucap Rayen membuat teman-temannya gemas sendiri.
"Aduh! Ayo Yan, lo itu mau bilang apa? Alay banget dah bilang tampan. Lo itu kayak pantatnya kudanil!" ledek Sara dengan teriakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleta
أدب المراهقينAleta Quenby Elvina Putri yang mempunyai trauma dengan masa lalunya dan juga sudah berniat untuk tidak berurusan lagi dengan cowok. Tapi nasib berkata lain, ia harus bertemu dengan cowok dingin dan cuek. Cowok itu selalu mengusik kehidupan Aleta, s...