Layaknya di kota-kota besar lainnya, seperti biasa setiap pagi orang tua Nayla pergi bekerja di salah satu kantor di kota Jakarta.
Matahari muncul dari arah timur menyinari kamar ibu dan ayah Nayla, jarum jam berdetik menunjukkan pukul 07.00 dan alarm dari salah satu handphone berbunyi. Terkejut dan melompat dari atas kasur, ibu dan ayahnya bergegas bersiap untuk pergi ke kantor. Pagi itu mereka kesiangan, ketika hendak pergi menggunakan mobil yang baru mereka beli bulan lalu, mereka berpikir jika menggunakan mobil pasti mereka akan terlambat untuk datang ke kantor karena macet yang hampir setiap hari terjadi. Mereka memesan ojek online untuk sampai ke kantor, tak lupa juga mengantarkan Nita ke sekolah.
Di kejauhan dari jendela ruang tamunya terlihat Nayla yang tengah duduk di kursi dan mbok Darmi yang mengoleskan selai kacang ke sebuah roti ditangannya.
"Mbok, kenapa sih nay harus sekolah di rumah? Nay kan juga ingin seperti kak Nita yang setiap hari bisa diantar oleh ibu dan ayah." Kata anak itu. Mbok niem hanya tersenyum, dia mengerti apa maksud dari ibu dan ayahnya yang membuat Nayla untuk tetap bersekolah di rumah. Mbok niem hanya memberikan penjelasan bahwa Nayla harus belajar dengan giat agak kelak bisa menjadi anak yang membuat bangga ibu dan ayahnya.Sore hari sebelum ayah dan ibunya pulang dari kantor, Nayla berencana untuk menggambar di kaca pada meja rias dan di ubin kamar ibunya karena dia berpikir jika dia menggambar disitu ayah dan ibunya pasti akan melihat gambarannya dan merasa senang.
"Krek" bunyi suara pintu yang terdengar dari kamar kakaknya.
Bergegas nayla menuju kamar kakaknya. Nita memang sangat menyayangi nayla, bahkan jika ibu dan ayahnya marah kepada Nayla, Nita pasti selalu melindunginya.
"Eh kamu Nay, ada apa? Kamu perlu sesuatu?" Ucap kakaknya yang masih berseragam putih biru itu.
Nita merasa heran mengapa adiknya tersenyum gembira sejak tadi.
"Kak, tahu nggak aku tadi mempersiapkan kejutan untuk ayah dan ibu lohh" .Dengan raut tersenyum karena melihat adiknya yang merasa senang, Nita memegang bahu adiknya
"Apa yang membuatmu senang, aku pasti senang" tutur kata kakaknya dengan manisTerdengar ibunya memanggil Nayla dengan nada tinggi dan emosi dari luar kamar nita. Kakak beradik itu sepontan saling pandang dan terkejut bertanya-tanya apa yang terjadi hingga ibu memanggil Nayla dengan nada yang tinggi. Ibunya bertanya kepada Nita, mengapa nayla menggambar di kamar ibunya seperti ini. Nita tak mengerti apa maksudnya, dan melihat ke kamar ibunya.
Terlihat disana ada meja rias dan ubin yang dicoret dengan spidol dan cat warna yang menggambarkan sebuah keluarga yang bahagia. Tak terasa titik air jatuh menetes dari mata Nita, yang saat itu melihat gambar adiknya yang sangat nyata.
Di luar kamar ibunya, Nayla yang duduk di kursi roda dengan keluguannya hanya tersenyum dan dan berpikir bahwa ibu dan ayahnya pasti akan senang dengan gambarannya.
"Ibu, lihatlah gambar yang ku buat. Aku sengaja menggambar disitu karena aku yakin ibu pasti akan melihatnya. Bagaimana gambaranku ibu, bagus bukan?" Tanyanya dengan riangAyah dan ibunya lagi-lagi tak memperdulikan bagaimana usaha Nayla untuk menggambar itu semua. Mereka tak ingin jika rumahnya dikotori seperti itu mereka hanya menganggap gambaran itu hanya mengotori kamar mereka saja, dengan kata-kata yang dilontarkannya kepada nayla. Nayla hanya menggigit bibir, menahan Isak tangis dan menahan perkataan yang ingin ia ucapkan kepada orangtuanya.
"Mbok, tlong lain kali kamu perhatikan apa yang dilakukan anak ini di rumah" ujar ibu Nayla yang masih emosiMbok niem yang terkejut mendengar kejadian itu membawa Nayla ke kamarnya diikuti dengan Nita baru keluar dari kamar ibu dan ayahnya.
Di dalam kamarnya, Nayla tampak murung berpikir mengapa ibu dan ayahnya tak pernah meluangkan waktu untuk melihat gambarannya bahkan satu menit pun tidak pernah. Nita yang berada di kamar Nayla, tampak sedih melihat adiknya, mencoba menghibur Nayla dengan memberikan sebuah buku gambar dan cat air yang dia beli di sekolah kemarin. Nita mengajak Nayla untuk menggambar di buku gambar. Nita memberi tahu kepada Nayla bahwa dia bisa menunjukkan gambarannya kepada ibu dan ayahnya melalui buku gambar. Nayla merasa senang karena masih ada kakaknya yang begitu sayang dan perhatian dengan kondisinya saat ini.
Nayla mengajak kakaknya Nita untuk tidur bersamanya, karena dia masih takut dengan kemarahan ibunya tadi. Terdengar suara pintu kamar, nayla terkejut dia berpikir bahwa itu ibunya. Ketakutannya berakhir saat dia melihat mbok niem yang membawakan 2 gelas susu putih hangat ke kamarnya.
Ayah dan ibunya menunggu Nita dan Nayla untuk makan bersama, akan tetapi Nayla tidak ingin ikut makan bersama. Nayla meminta kepada Nita untuk tidak memberitahukan ketakutannya kepada ibu dan ayah.
"Dimana adikmu? Kenapa nggak ikut makan sama kita?" Ucap sang ayah yang melihat Nita sendirian keluar dari kamar Nayla.
Nita hanya memberitahukan kepada ayahnya bahwa saat ini Nayla hanya ingin makan di kamar bersama mbok niem.
Di kamar, mbok niem menghibur Nayla dengan menceritakan betapa bahagia ibu dan ayahnya saat mengetahui bahwa mereka akan memiliki nayla. Mbok niem perlahan menyuapi nasi ke mulut anak perempuan yang tengah duduk di meja belajarnya.
"Mbok, ibu dan ayah menyayangiku kan?" Ucap Nayla sembari mengunyah makanan
Mbok niem tersenyum menatap mata bulat anak perempuan itu. Dia menjelaskan bahwa jika ibu dan ayahnya tidak sayang kepada nayla, maka mungkin Nayla sudah tidak bersama mereka. Nayla berguru bahagia dan yakin bahwa dia adalah anak yang sangat disayang oleh ibu dan ayahnya walaupun dia terlahir cacat.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Minute
Genel KurguKisah seorang anak perempuan yang berumur 12 tahun yang menginginkan perhatian kecil dari orang tuanya, yang bercita-cita menjadi seorang arsitektur.