Seulas senyum tercetak dibibir Nako saat dirinya melihat rombongan kakak tingkat yang akan melakukan kunjungan ke luar kota di depan gedung serbaguna. Sementara di lahan parkir terdapat sebuah bus yang akan mengantar mereka sampai ke kota tujuan.
By the way, Nako sempat bertanya pada Mingyu perihal tempat mereka kunjungan hari ini dan tentu saja dijawab jujur oleh Mingyu.
Dilihat diseberang sana ada Bella yang tengah berdiri dengan seorang laki-laki disampingnya.
"Ahh, kak Jangjun beneran gampang," monolog Nako.
Nako kembali tersenyum mengingat bagaimana dia berubah menjadi seorang stalker semalam— yang mengakibatkan dirinya tidur larut malam.
Sesuai hasil dari riset yang dilakukan Nako semalam, laki-laki bernama Jangjun itu merupakan teman kak Bella dari kecil. Kebetulan mereka selalu satu sekolah.
Jangjun ini anak jurusan biologi. Sifatnya yang supel dan kelewat humble membuatnya memiliki banyak teman. Baik dari fakultas MIPA maupun fakultas lain.
Sedapat Nako juga, Jangjun ini jail, dan itu benar benar dilihat Nako sekarang.
Nako mendudukkan dirinya dikursi tak jauh dari bus membuatnya bisa melihat dan mendengar percakapan mereka.
"Jun! Udah ih," pekik Bella.
Laki laki didepannya ini tertawa kencang, tidak peduli dirinya menjadi pusat perhatian mahasiswa lainnya yang lewat.
"Jun sumpah ya—
Kalimat Bella dipotong oleh tarikan pelan seseorang pada lengannya.
"Kak Mingyu?"lirih Nako.
"Ett et, kalem"
Jangjun menarik Bella agar berada dibelakangnya.
"Monmaap ni pak bos, tapi ada apa ya," Mingyu berdecak.
"Gue mau ngomong sama Bella,"
"Hehe, disini aja deh, gak enak kalo lo berdua doang ntar gue yang diamuk pawangnya,"
Nako menahan tawanya saat Mingyu terlihat kesal karena ucapan Jangjun.
"Dokumen yang gue minta tadi malam, lo bawa kan?"
Bella mengangguk dan membuka tasnya." Iya, ntar"
"Eh gausah, gue nanya doang, nanti pas sampe sana baru gue minta"
"Oh yaudah"
Mingyu mengangguk dan pergi. Sementara Jangjun menghela napas seraya menoleh ke kiri dan ke kanan.
"Nyari apa lo?"
"Enggak, cowok lo belum ngampus kan?"
"Dia kan ke London hari ini"
"Lah, bukan besok? Bussines trip lagi?"
"Enggak, dan iya"
"Beneran dua minggu?"
"Hooh"
"Lo gak ngantar ke bandara dong, mampus dah lo ldr 2 minggu"
Bella berdecak. Lalu sebuah tepukan mendarat di kening Jangjun keras.
"Ya lo liat gue disini berarti gue gak nganter dong Jangjunn"
Jangjun tertawa. Tangannya mengusap keningnya yang merah karena ulah gadis disampingnya.
Nako sedikit tersenyum. Info tambahan hari ini.
Pacar kak Bella sedang tidak dinegara ini selama 2 minggu. Dan Bella serta Mingyu akan bersama dan tidak berada di kota ini selama seminggu.
Nako menyeringai.
"The last step,"
Bella menghela napas lega. Berjam jam berada di bus, apalagi duduk bersama manusia ribut seperti Jangjun cukup membuat batin dan fisiknya lelah.
Teman sedari kecilnya itu tak henti hentinya membual dan mengeluarkan candaan candaan— yang menurut orang lain lucu— tapi tidak bagi Bella karena lelaki itu tak jarang menarik narik rambutnya karena tak direspon oleh Bella.
Bahkan lelaki itu sengaja merebut bantal leher miliknya dan melemparkannya ke arah Bambam yang duduk jauh dibelakang membuat Bella harus menjambak lelaki itu agar berhenti berulah.
Ia membasuh wajahnya dengan air. Saat ini mereka sedang berada di rest area. Dan Bella lebih memilih untuk melarikan diri ke kamar mandi sebelum makhluk bernama Jangjun menariknya untuk menemaninya makan.
"Duh,"
Bella menaruh tangannya di dadanya. Dahinya berkerut saat merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang.
"Tenang, tenang Bell,"ujarnya sembari menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan.
Setelah mencuci tangan, ia segera keluar. Dan menghampiri Jangjun di area makan. Perutnya yang terasa lapar membuatnya— mau tak mau—mendatangi Jangjun.
"Lama banget sih," ujar Jangjun. Tangannya menepuk kursi disampingnya. Mengisyaratkan agar si gadis duduk disampingnya.
Bella berterimakasih saat Jangjun menyodorkan sekotak makan siang yang disediakan panitia.
"Jun,"
"Hm," respon Jangjun seadanya. Karena dia sibuk menyantap makanannya.
"Gue deg degan parah Jun, kenapa ya?"
Jangjun memiringkan kepalanya. Keningnya mengernyit heran.
"Jatuh cinta kali"sahutnya kemudian.
Bella menghela napas. Salah memang kalau berbicara dengan manusia itu. Jangjun selalu bercanda!
"Serius Jun, dari kemarin habis pulang dari apart Pangeran."
"Sakit jantung kali lo"
Bella memijat pelipisnya. Lalu melanjutkan makan siangnya. Enggan melanjutkan pembicaraannya dengan Jangjun karena lelaki itu tidak bisa serius.
"Eh tapi serius, kali aja lo punya riwayat jantung"
"Ya jangan sampe lah, Jun!"
Jangjun terkekeh. "Perasaan lo doang itu, ntar pas sudah nyampe sana, udah gak deg degan lagi"
"Oh, atau lo gugup kali ya,"
"Gugup apa? Masalah presentasi? Gue udah siap kalo itu, gak gugup tentang itu,"
Jangjun menggeleng. " bukan, bukan. Lo gugup karena duduk bareng cowo setampan gue,"
Gadis didepannya menatapnya datar sementara Jangjun sendiri sibuk menyibak rambutnya ke belakang.
"Jangjun gila."
Bruk
"Aissh"
"Pelan pelan Gyu!" Ujar Jihyo saat melihat Mingyu yang mengangkat kerdus berisi air mineral kemasan ke dalam bus, sedikit oleng sehingga dirinya menabrak Jihyo yang tidak jauh darinya.
"Sorry, sorry"
"Berat banget kah? Gue bantu seberapa deh"
"Gausah Hyo, nanggung" tolak Mingyu.
"Yaudah"
Masih di rest area. Beberapa mahasiswa masih berada di area makan dan yang lainnya asik mengobrol di ruang tunggu.
Namun tidak bagi Mingyu, dia memilih untuk masuk ke dalam bus yang kosong dan beristirahat disana.
Disela sela istirahatnya, matanya menangkap objek di area makan. Sesosok gadis dan pemuda disampingnya tengah bersenda gurau disana. Membuatnya menghela nafas karena kecewa tidak bisa mendekati si gadis—karena tiba-tiba gadis itu memiliki bodyguard pribadi alias Jangjun.
Mingyu yakin pasti Pangeran yang menyuruh Jangjun. Karena ia tahu betul, pemuda berstatus pewaris tunggal perusahaan besar ayah tirinya itu sangat posesif terhadap apa yang menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insane; Nako
Fanfiction"Kakak- kakak nurut sama aku ya, kalo gak nurut, aku hukum loh," "Sinting!" 🔞 Harsh word ©beenais97