1.O

20 5 1
                                    


"Siapapun, tolong uhuk uhuk,"

Bella sedikit tersentak saat cairan merah itu keluar dari mulut dan hidungnya membuatnya merasakan rasa besi di lidahnya.

Ia mencoba melepas ikatan tangannya saat merasa mobil berhenti dan seseorang turun dari mobil.

Ia hendak meminta tolong namun rasa mual kembali membuatnya harus memuntahkan darah dari mulutnya. Seketika tubuhnya lemas dan jatuh begitu saja.

"Please, tolong gue,"

Tak

"Eh? Lo gak papa?!"

"Gak papa gimana sih stupid!"

Bella membuka matanya pelan. Sosok laki- laki yang sedang jongkok dihadapannya ini tampak familiar.

"Lo kenapa bisa begini?!"tanyanya panik sambil mengelap darah dari wajahnya dengan sebuah sapu tangan.

"Tolong gue,"


















Drrrtt

Suara panggilan masuk teredam oleh musik keras yang disetel si pengemudi. Membuat si penelfon diseberang sana menghubunginya berkali- kali.

"Ck, siapa sihh"

"Loh?"

Ia menepikan mobilnya sejenak. Lalu melirik ke belakang. Tampak si penumpang yang matanya tertutup kain hitam itu menyandarkan tubuhnya pasrah.

Diangkatnya telepon itu dan disambut suara panik milik rekannya.

"Kenapa?"

"Eh?"

"Lo entah gimana caranya, bawa kesini,"

"JANGAN Ke rumah sakit tolol! Lo gak inget pesannya apa? Bawa mereka ke rumah dalam keadaan APAPUN!"

"Gak ada tapi- tapian. Kita udah ngelakuin ini dari lama han, singkirin rasa empati lo permintaan klien lebih utama."

Ia mematikan telponnya lalu menghembuskan nafas kesal. Sudah berkali- kali ia mendapati situasi ini. Situasi dimana rekan kriminalnya itu bimbang dengan perasaannya sendiri.

"Gue mau komen boleh gak?" Lelaki itu melirik Mingyu dari spion." Apa?"

"Sejahat apapun manusia, lo gak bakal bisa menyangkal kalo lo kasian ataupun berempati sama orang lain, kecuali lo psycho."

"Lo gak tau apa- apa,"kilahnya.

Mingyu menghela nafas. "Terserah. Cuma gue penasaran, apa dan siapa aja yah yang bikin kriminal kaya lo gini, bisa se heartless itu?"













Laki- laki itu berjalan menyusuri hutan menuju ke pemukiman warga yang terdekat. Masa bodoh dengan mobil, yang terpenting adalah keselamatan gadis yang ada di punggungnya ini.

Ini sudah yang kesekian kalinya selama ia melakukan pekerjaan haram ini. Menjadi orang bayaran yang bahkan rela bertaruh nyawa untuk membunuh orang- orang yang ditargetkan kliennya.

Namun hari ini, ia ditugaskan untuk menculik saja.

Gadis yang ia ketahui lebih tua darinya dua tahun yang saat ini tak sadarkan diri membuatnya kembali dilema antara pekerjaan atau rasa ibanya. Ia banyak kali mendapat target perempuan dan sebanyak itu pula, rasa ibanya timbul membuatnya tidak 100 persen fokus pada pekerjaannya. Bisa gak sih targetnya cowok aja, pikirnya. Namun parter in crime-nya selalu berkata wajah rupawan miliknya lebih mudah untuk menggaet lawan jenis, makanya ia selalu ditugaskan jika targetnya adalah perempuan.

"Astaga capek,"keluhnya. Ia berhenti sejenak di dekat pohon yang sudah tumbang sembari menyandarkan tubuh si gadis ke batang pohon.

Darahnya sudah berhenti mengalir namun gadis itu belum juga tersadar membuatnya kembali khawatir.

"Hey, bangun"

Ia menepuk pipi gadis itu pelan, membuat si empunya meringis kecil.

"Hm,"

"Masih sakit?"

Gadis itu tersentak sembari memundurkan tubuhnya. Ia ketakutan.

"Eh eh, tenang, gue gak bermaksud-

Anjing lah!"

Laki- laki itu mengusak rambutnya kasar. Lalu menatap si gadis yang masih ketakutan.

"Gue mau bawa lo ke klinik terdekat tapi lo udah sadar, yaudah ayo kita pulang,"katanya sambil meraih gadis itu.

Grep

"Tolong gue please, lepasin gue.."

Suaranya samar karena mulutnya terluka akibat pukulan lelaki itu. Membuat lelaki itu meringis kecil, menyesal.

Rasa kasihan itu muncul kembali. Ia menggeleng menepis perasaannya sendiri.

"Lepasin gue. Gue gak tau gue salah apa tapi yang jelas tolong biarin gue bebas...

Yohan,"

Laki- laki itu tersentak. "K-kok lo tau gue?"

Gadis itu mengangguk. "Gue Bella, kakaknya Yeonjun, lo gak inget?"

Yeonjun...

"Ck, sial"

Dengan terburu-buru ia meraih bungkusan kecil berisi bubuk putih dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Lidahnya mengecap rasa pahit itu sembari rasa ibanya menghilang perlahan- lahan.

"Lepasin gue ya, Yohan.."

Yohan menghela nafas keras. "Gak bisa kak, lo tetep target gue."katanya sambil mengangkat Bella kembali ke arah mobil.

"Han,"

"Diem atau gue pukul,"

Bella melihat ke sekeliling. Hanya ada pohon dan tak ada tanda- tanda manusia lain selain dirinya dan Yohan. Ia tak yakin akan ada yang menolongnya jika dilihat dimana ia berada sekarang.

Apa mungkin ada, kalau ia berteriak,

"TOLONG! TOLON- hmmpph"

"LO GILA YA! JANGAN macem- macem" Yohan membekap mulut Bella dan mengeluarkan kain hitamnya untuk menyumpal mulutnya.

"Hmmmpphh-"

Yohan mengikat lebih kuat ikatan ditangan dan kaki Bella agar gadis itu tak bisa kabur. Beruntung mereka masih di dalam hutan, jadi kecil kemungkinan ada orang yang mendengar mereka.

"Lo tau gak? Tadinya gue mau langsung bawa lo aja ke dia tanpa gue macem- macemin. Tapi lo keburu teriak,"

Yohan menatap gadis di bawahnya sambil menyeringai.

"Kita senang- senang dulu ya, sebelum gue serahin lo,"

































"Yang kemaren habis?"

"Iya. Yohan bawa banyak banget, gila aja sih kalo ketangkep polisi."

"Ck, udah kecanduan dia. Biarin ajalah, Yohan kalo gak make itu, dia  gak bakal bisa fokus. Bawaannya kasian mulu."




























"Nah kalo gini kan cantik," Yohan menyeringai sembari mengelap belatinya dengan selembar sapu tangan kecil. Menatap sayatan namanya yang terukir di perut gadis didepannya itu.

"Kak, gue gak pernah sekalipun berniat untuk benci sama Yeonjun dan keluarganya, tapi adek lo itu, si bangsat itu yang bikin gue sakit kaya gini."

Bella mendengarkan kalimat Yohan dengan mulut membisu. Perut dan kepalanya sakit sekali.

"Setelah dia selesai, tunjukin ini ke Yeonjun ya kak, gue mau tau responnya dia kaya gimana," ujar Yohan.

Laki- laki itu lalu beranjak dan menggendong Bella.

"Lo nurut aja ya kak, soalnya kalo gak nurut lo bakal celaka."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Insane; NakoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang