2

1K 193 6
                                    

***

"Aku tinggal di semacam penginapan- maksudku indekos, rumah kost," ucap Lisa memulai cerita tentang masalahnya. "Rumah kost-nya dua lantai, ada empat kamar di lantai dua dan tiga kamar di lantai satu, tapi kamar yang berpenghuni hanya lima kamar, sisanya kosong. Sekitar dua minggu yang lalu, seorang penghuni rumah kost itu tewas di ruang tengah, tapi polisi bilang tidak ada tanda-tanda pencurian, tidak ada tanda-tanda perusakan dan sialnya tidak ada CCTV disana maupun di jalan dekat sana. Polisi bilang tidak ada tanda-tanda orang luar yang masuk dan membunuh Jungkook, Jeon Jungkook nama penghuni yang meninggal itu dan kurasa polisi mencurigai kami,"

"Kami yang kau maksud adalah penghuni lain rumah kost itu? Siapa saja, penghuninya?" tanya Jiyong setelah ia mendengarkan cerita Lisa dengan seksama.

"Rose, dia penjaga rumah kost itu. Lalu ada Mino, dia baru jadi pengangguran beberapa bulan terakhir ini dan kamarnya ada di sebelah kanan kamar Rose, di lantai satu. Lalu aku dan pria yang tinggal di sebelah kamarku, Bobby, dia asisten produser di sebuah label musik. Kurasa polisi mencurigai salah satu di antara kami tapi aku tidak tahu siapa, kami tidak tahu siapa yang membunuh Jungkook. Aku sangat takut tapi aku tidak bisa pindah dari rumah itu, tidak satupun dari kami yang bisa pindah. Oppa, bisakah kau menyelidiki kasus ini? Ku mohon, tolong bantu aku, monsieur," jelas Lisa dengan panggilan monsieur di akhir ceritanya.

Monsieur adalah Bahasa Prancis pertama yang Lisa pelajari sepuluh tahun lalu. Ia mendengar Jiyong bicara dalam bahasa itu di restoran kapal feri sepuluh tahun lalu dan ia meminta Jiyong mengajarinya Bahasa Prancis. Tetapi, setelah lima hari bersama, setelah lima hari terus bertemu sembari belajar Bahasa Prancis, hanya kata monsieur yang Lisa ingat– ia mengingat panggilan tuan itu sampai sekarang.

"Apa polisi bilang kalau pelakunya salah satu di antara kalian?" tanya Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya. Polisi memang tidak mungkin mengatakan itu, namun mereka menggeledah seisi rumah, mereka menanyai seluruh penghuni rumah bahkan para tetangga, berkali-kali sampai seisi rumah kost itu merasa dicurigai. "Aku masih belum memahami situasinya, kau tidak membesar-besarkan kasusnya kan? Bisakah kau memberitahuku bagaimana kejadiannya?"

"Aku tidak membesar-besarkan, pembunuhnya salah satu dari kami– pasti, tolong monsieur, percayalah padaku, tolong cari pembunuhnya," tegas Lisa, ia tidak terlihat yakin walau suaranya begitu tegas dan berhati-hati. Ia terlihat manis, seperti gadis kecil manis yang dulu membuat Jiyong merasa begitu hebat, begitu bangga atas dirinya sendiri. Gadis itu masih mempesonanya dengan cara yang sama– menatap dengan mata penuh binar seolah Jiyong adalah satu-satunya Dewa yang bisa menyelamatkannya dari kehancuran.

"Kalau begitu beritahu aku kejadiannya," singkat Jiyong, masih tenang, masih memperhatikan Lisa dengan tatapan lembut dan raut wajah santai khasnya. Sedari dulu, pria itu memang selalu tenang seolah ia tidak bisa berteriak sama sekali. Seolah emosinya tidak pernah naik ke zona merah– marah. "Kau bisa menceritakannya padaku kalau kau tidak merasa terlalu tertekan karena kejadian itu,"

"Malam itu, aku pulang ke rumah bersama Bobby. Kami pulang sekitar pukul sepuluh malam. Saat kami pulang, mobil Jungkook ada di depan rumah, seperti biasanya, tidak ada yang aneh. Kemudian kami masuk ke rumah, di ruang tengah ada Jungkook dan Rose yang sedang duduk bersama. Mereka berkencan, aku tahu kalau mereka berkencan dan mereka memang biasa duduk berdua di ruang tengah. Saat masuk, Bobby langsung melangkah naik ke kamarnya di lantai dua, dia memang selalu begitu, tidak pernah menyapa Jungkook maupun Rose. Aku sempat menyapa Rose dan Jungkook, tapi hanya sebentar karena aku lelah sekali hari itu. Setelah menyapa, aku naik ke lantai dua, ke kamarku sendiri dan masuk untuk langsung pergi tidur. Rasanya belum lama aku tidur, tiba-tiba aku dengar suara Rose menjerit, aku keluar dari kamarku, sama seperti yang Bobby lakukan– dia juga keluar dari kamarnya dan berjalan di depanku sampai kami sampai ke lantai satu. Di sana- di sana, Jungkook sudah tewas– ku rasa saat itu dia sudah tewas karena ada banyak sekali darah disana. Polisi bilang Jungkook meninggal karena racun botox tapi ada luka tusuk juga di perutnya, dia di tusuk saat sekarat, itu yang ku dengar, sangat mengerikan," cerita Lisa, sempat tersendat karena tarikan panjang nafas gadis itu namun ia tetap berhasil menjelaskan kejadian mengerikan di rumahnya.

"Lalu alat pembunuhannya? Pasti tidak ditemukan," tanya Jiyong yang akhirnya ia jawab sendiri. Ya, tidak ada alat pembunuhannya disana, baik botol racun itu maupun alat yang digunakan untuk menusuk Jungkook.

Racun Botox– atau botolinum atau protein dalam bakteri Clostridium botulinum– tidak di temukan di manapun selain di saluran pernapasan Jungkook. Ada beberapa miligram racun tersebut di saluran pernapasan Jungkook– padahal, terhirupnya 13 nanogram racun botox tipe H saja sudah bisa membunuh seorang pria dewasa. Seorang yang menghirup 13 nanogram Botox tipe H akan merasakan kelumpuhan di wajah, ia tidak akan bisa berteriak, setelahnya ia akan mengalami kelumpuhan total kemudian terjadi komplikasi dengan gagal pernapasan sampai akhirnya mati. Kematiannya akan sangat tenang, tanpa suara, tanpa ada yang mengetahuinya, tanpa bisa meminta bantuan. Kematiannya akan sangat mengerikan– sakit, sesak dan sepi.

"Baiklah," ucap Jiyong, yang kemudian bersedia membantu Lisa. "Aku akan membantumu menemukan pelakunya, tapi ada satu hal yang harus kau tahu,"

"Apa itu?"

"Aku bisa membantumu mencari pelakunya, tapi orang yang ku temukan nanti bisa jadi tidak sesuai dengan keinginanmu. Aku hanya bisa menemukan pelakunya, bukan membuat seseorang seolah-olah menjadi pelakunya," jawab Jiyong dan di saat Lisa terlihat sedikit ragu berkat ucapannya, Jiyong kembali berucap– "kalau kau bukan pelakunya, kau tidak perlu khawatir, bukan?"

"Uhm... Ya, aku bukan pelakunya."

***

Help Me, Monsieur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang