11

1K 175 11
                                    

***

"Kenapa kau membuatnya menangis ketakutan begitu?" tegur seorang pria, yang baru saja muncul dari tangga lantai dua, berjalan menuruni tiga anak tangga terakhir sembari membawa ransel besar di punggungnya. "Tidak perlu khawatir nona, kami tahu kalau kau bukan pelakunya," tambah pria itu sembari menyodorkan sekotak tisu dari meja resepsionis ke hadapan Lisa.

"Kau sudah akan pulang?" tanya Jiyong dan Seunghyun menganggukan kepalanya. "Bagaimana hasilnya? Kau sudah menghubungi Joon?"

"Mainan yang kau bicarakan, Joon bilang tidak ada mainan apapun malam itu. Lalu soal pintu, saat Joon ingat-ingat, pintu rumahnya tertutup. Tidak rapat, tapi vas bunga di pintunya bergeser jadi pintunya tidak tertutup rapat saat Joon datang,"

"Lalu apa artinya semua itu?" tanya Lisa, masih dengan suara terisak karena rasa takutnya sendiri.

"Ada orang yang masuk, mengambil mainan yang Jungkook dan Rose ributkan kemudian pergi dan menutup pintu depan-"

"Bagaimana bisa?"

"Pintu depan selalu terbuka sampai jam sebelas, jadi tidak ada yang tahu saat seseorang masuk kecuali Jungkook, yang saat itu ada di ruang tengah. Tidak ada yang mendengar suara apapun, bahkan Rose yang bisa mendengar suara kunci dan derak tangga, berarti Jungkook mengenal orang itu dan orang itu tidak seharusnya ada di sana. Kalau orang yang masuk itu diizinkan ada disana, setidaknya Rose atau Mino akan dengar Jungkook menyapa orang itu," jelas Seunghyun, yang baru saja ucapannya di sela Lisa.

"Tapi... Bagaimana kalian yakin kalau ada seseorang yang masuk?" tanya Lisa, masih tidak memahami apa yang baru saja ia dengar. Ia pikir Jiyong sudah benar-benar menyerah akan kasusnya. Ia tidak tahu kalau ternyata Jiyong sudah menyelesaikan kasus itu.

"Mainan yang Rose dan Jungkook ributkan," jawab Jiyong. "Tidak ada tanda-tanda pencurian disana, tapi mainan yang Rose dan Jungkook ributkan tidak ada di rumah itu, kami sudah mengkonfirmasinya pada polisi yang bertugas malam itu," jelas Jiyong namun Lisa masih tidak memahaminya. Bagaimana kalau Rose berbohong? Bagaimana kalau Rose yang memiliki mainan itu? Menyembunyikan dan menyimpannya? Lisa masih punya banyak sekali pertanyaan.

"Tidak semua orang bisa jadi pembunuh," jawab Jiyong, yang kemudian mengatakan kalau dari mereka berempat, hanya Rose yang tidak membela dirinya sendiri. Disaat Lisa, Bobby dan Mino sibuk meyakinkan Jiyong kalau bukan mereka pelakunya, Rose justru terlihat fokus pada kehilangannya. Bisa dibilang, hanya Rose yang sedih karena kepergian Jungkook yang tiba-tiba itu.

"Lalu Bobby? dan Mino?"

"Bobby hanya memikirkanmu, dia bahkan tidak peduli pada Jungkook," jawab Jiyong. "Dan Mino, bukan Jungkook yang ingin ia bunuh. Kami sudah menghapus semua orang dari daftar kecuali dirimu."

Lisa kemudian bertanya, kenapa hanya dia yang ada di daftar saat tiga temannya sudah di hapus dari daftar pelaku dan Jiyong menjawabnya dengan nada yang sedikit kesal– "karena kau tidak jujur padaku," jawab Jiyong, menyinggung kembali status narapidana juga alasan Lisa tinggal di sana yang tidak Lisa bicarakan sedari awal.

"Kalau begitu, siapa pelakunya?"

"Itu tugas polisi untuk mencarinya," jawab Jiyong. "Kami hanya akan membantu sampai di sini,"

"Tapi-"

"Apa kau membunuh Jungkook?" ulang Jiyong dan Lisa langsung menggelengkan kepalanya. Lagi, Lisa bersikeras kalau ia tidak membunuh Jungkook. "Kalau begitu kau tidak perlu khawatir lagi. Polisi akan menemukan pembunuhnya," tutur pria itu yang sekarang mengeluarkan handphone dari sakunya, ada panggilan dari Joon di sana.

Sembari menatap layar handphonenya, Jiyong berdiri, menjawab panggilan itu sembari melangkah ke lantai dua, menjauhi Lisa dan Seunghyun. "Kau dapat sesuatu?" tanya Jiyong begitu ia yakin kalau Lisa tidak akan mendengar panggilannya.

"Aku sudah menemui Rose di rumah kost dan dia memberitahuku mainan yang dibicarakannya itu, aku sudah mengirim foto mainan itu padamu dan rasanya aku pernah melihat mainan ini di suatu tempat,"

"Aku juga pernah lihat," jawab Jiyong, sembari sesekali melirik ke arah Lisa dan Seunghyun berada. Ia perhatikan gambar figure anime yang Joon kirim kemudian kembali berucap– "di kantor Jennie Kim, ada di dalam ruang kerja-"

"Ah! Iya! Aku melihat mainan itu saat menunggunya memberi pernyataan. Dia bos korban jadi aku datang sehari setelah korban meninggal, kalau begitu aku akan datang lagi ke kantornya!"

"Jennie ada di Thailand. Aku sudah meminta seseorang mencarinya, kau lakukan saja pekerjaanmu– cari buktinya," potong Jiyong yang kemudian mematikan panggilan itu secara sepihak.

Sementara Jiyong bertelepon, Seunghyun bicara pada Lisa. Menenangkan Lisa karena kini gadis itu sudah di hapus dari daftar pelaku, baik daftar yang Jiyong punya ataupun daftar yang kepolisian buat. Seunghyun bilang kalau Lisa tidak perlu merasa cemas lagi karena Jiyong belum menyerah terhadap kasus ini. "Dia melakukan semua hal untuk kasus ini, dia tidak pernah bekerja sekeras ini sebelumnya. Tidak sampai satu bulan dan dia sudah hampir selesai, ini luar biasa," cerita Seunghyun yang justru membuat Lisa merasa lebih cemas lagi.

"Tapi, bukankah tahun lalu kau juga datang kesini? Kita pernah bertemu sebelumnya," tanya Seunghyun dan Lisa menundukkan kepalanya sembari memberi anggukan kecil untuk Seunghyun. Saat itu Lisa datang setelah ia di bebaskan. Berada di penjara membuatnya mengingat Jiyong– paman detektif yang ia temui di kapal feri– dan tiba-tiba saja Lisa jadi sangat merindukannya. Tahun lalu Lisa memang datang, namun ia tidak berani menemui Jiyong karena khawatir Jiyong akan mengusirnya, karena statusnya sebagai mantan narapidana. Tahun lalu Lisa tidak punya nyali untuk menemui Jiyong tapi beberapa waktu lalu rasa putus asa membawanya datang ke hadapan pria itu. Rasa putus asa membuat Lisa mau tidak mau memohon belas kasihan Jiyong.

Jiyong kembali turun di saat Seunghyun masih mengobrol dengan Lisa, kehadiran pria itu membuat Seunghyun berhenti kemudian bertanya pada Jiyong– Jiyong akan mengantar Lisa pulang atau membawanya pulang ke rumah. "Dimana rumah Jiyong oppa?" tanya Lisa, spontan karena ingin mengetahuinya.

"Lantai tiga- rumahnya ada di sebrang jalan tapi dia lebih sering tidur di lantai tiga," jawab Seunghyun namun Jiyong yang tidak menyukai pembicaraan itu buru-buru mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan kalau ia akan mengantar Lisa pulang. "Uhm... Baiklah, kau bisa menyetir tengah malam begini atau membawanya pulang ke sebrang, itu terserah padamu, aku akan pulang sekarang, selamat malam nona," ucap Seunghyun yang kemudian melangkah keluar dari kantor tersebut.

"Ayo ku antar pulang," ajak Jiyong yang kali ini merogoh sakunya untuk memastikan kalau kunci mobilnya ada di sana.

Lisa tidak menjawab ucapan itu, ia sendiri tidak peduli kemana Jiyong akan membawanya namun sekarang gadis itu memeluk Jiyong– mengungkapkan terimakasih kasihnya pada Jiyong karena tidak menyerah akan kasusnya. Hidup Lisa tidak akan mudah kalau ia dituduh sebagai pembunuh setelah empat tahun lalu ketahuan menipu. Di penjara karena menipu saja sudah sangat buruk, Lisa tidak ingin dipenjara lagi karena menanggung kesalahan orang lain.

"Sama-sama," jawab Jiyong. "Kau bisa hidup dengan tenang sekarang, tapi keluarlah dari rumah kost itu. Jauhi Bobby dan berhenti menipu. Aku akan jadi orang pertama yang melaporkanmu kalau kau ketahuan menipu lagi."

***
Tamat

Help Me, Monsieur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang