Part 11

125 32 1
                                    

Arsen sedang menemani Sherly di rumah sakit, hari ini gadis itu akan menjalani kemoterapi. Tubuh gadis itu terlihat lebih kurus dari sebelumnya dan rambutnya yang mulai menipis karena efek dari kemoterapi yang ia jalani. Wajahnya juga terlihat pucat tak secerah biasanya. 

"Semangat ya kemonya," ucap Arsen menyemangati gadis yang berada di sampingnya.

"Aku cape, Sen," ucap Sherly dengan lirih. Ia lelah jika harus menjalani pengobatan secara terus menerus tanpa adanya kemajuan.

"Heii, jangan ngomong kayak gitu. Aku bakal selalu ada disamping kamu, kamu harus sembuh. Kita berjuang sama-sama ya?" Arsen menggenggam jari-jari Sherly seolah memberinya kekuatan.

"Tapi, Sen, a--" belum sempat Sherly melanjutkan ucapannya, Arsen sudah lebih dulu membungkam mulut gadis itu dengan jari telunjuknya.

"Ssstt, pokoknya aku yakin kamu pasti sembuh. Kamu harus berjuang demi aku, demi orang tua kamu juga. Okey?" Arsen tak ingin melihat Sherly putus asa seperti itu.

"Makasih, Sen. Makasih karna kamu selalu ada buat aku, makasih udah ngasih aku kekuatan. Aku janji mulai sekarang aku akan selalu optimis dan aku bakal berjuang semampu aku," ucap Sherly lalu memeluk Arsen dari samping.

Nyaman sekali. Satu kata yang mampu mendeskripsikan perasaan Sherly saat memeluk Arsen. Rasanya ia tak ingin jauh-jauh dari Arsen. Selama kurang lebih satu tahun mereka berpacaran, Arsen adalah salah satu alasan terbesarnya untuk berjuang.

"Nah, gitu dong baru Sherly yang aku kenal. Cepet-cepet sembuh biar bisa sekolah lagi, nanti kalo kamu udah sembuh aku bakal turutin kamu ke mana aja." Arsen tak ingin jika Sherly terus merasa pesimis. Ia yakin sahabat kecilnya itu adalah gadis yang kuat. Sherly pasti mampu melawan penyakitnya.

"Bener ya kamu bakal turutin ke manapun aku mau?" Mata Sherly seketika berbinar mendengar ucapan Arsen.

"Iya bener, mankanya cepet sembuh."

"Iyaa, awas aja kalo kamu gak nepatin janji kamu!"

Arsen mengangguk lalu tersenyum ke arah Sherly. Jika ditanya apakah Arsen menyayangi Sherly atau tidak, jawabannya adalah iya. Arsen menyayangi Sherly seperti adiknya sendiri. Ia tak ingin kehilangan Sherly.

"Jangan tinggalin aku ya, aku sayang banget sama kamu," ungkap Sherly dari dalam hatinya.

"Iya aku gak akan ninggalin kamu," balas Arsen sambil mengusap puncak kepala Sherly.

"Janji?" Sherly mengulurkan jari kelingkingnya dan Arsen menautkan kelingking mereka.

Ya, Arsen memang tidak akan pernah meninggalkan gadis itu. Ia akan selalu berada di sisinya.

***

Kania dan Carisa sedang berada di rumah Senja, kini kamar Senja tampak seperti kapal pecah. Itu semua adalah ulah Kania. Setiap kali gadis itu bermain ke rumah Senja, pasti kamarnya selalu menjadi korban.

"Berasa lagi di rumah sendiri ya," sindir Senja sambil melirik Kania yang sedang megacak-ngacak peralatan make up-nya.

"Oh iya dong, kan ini rumah ke dua gue," jawab Kania sambil mengendikkan bahunya acuh seolah tak terpengaruh dengan sindiran Senja.

Senja hanya nemutar bola matanya malas. "Oh iya, kemaren Daffin bawa gue ke apartemennya si Flora."

Kania dan Carisa yang mendengar nama Flora disebut langsung membenarkan posisinya mendekati Senja.

"Apa lo bilang tadi? Flora?" tanya Kania memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

"Dia udah bebas emang?" timpal Carisa sambil membenarkan posisi duduknya.

"Udah dari tiga bulan yang lalu."

"Terus si Daffin ngapain bawa lo ke si Flora?" tanya Kania penasaran. Saat mendengat nama orang itu membuatnya kesal sampai ke ubun-ubun.

"Flora mau ngomong sesuatu sama gue. Jadinya dia bawa gue ke apartnya si Flora," jelas Senja yang semakin membuat kedua sahabatnya penasaran.

"Ngomong apaan dia?" tanya Carisa dengan nada tak sukanya.

"Paling suruh lo ngejauhin si Arsen lagi, kan?" ucap Kania dengan wajah sinisnya.

Senja berusaha menahan tawanya, ekspresi dari kedua sahabatnya itu terlihat seperti hendak menjalankan sebuah peperangan.

"Jangan nethink dulu kek, dia itu minta maaf sama gue. Katanya dia nyesel udah kayak gitu." Mendengar penuturan Senja, membuat mereka tertawa meremehkan.

"Orang kayak dia minta maaf?" Kania dan Carisa saling pandang lalu tertawa.

"Ih, gue serius! Dia beneran minta maaf sama gue. Dia juga bilang sekarang dia udah gak punya temen di sekolah barunya. Dia sering di bully juga."

"Itu mah namanya karma," celetuk Carisa.

"Dia emangnya beneran nyesel gitu?" Kania merasa ragu dengan sikap Flora yang tiba-tiba berubah dan meminta maaf pada Senja. Pasti ada sesuatunya.

"Gue yakin kok dia beneran nyesel, dari bola matanya gue bisa liat kalo dia bener-bener tulus minta maafnya. Gak ada salahnya kan kalo kita maafin orang yang berubah?"

Ucapan Senja berhasil membuat Kania dan Carisa terdiam, mereka merasa malu dengan Senja. Sahabat mereka yang satu ini memang selalu saja membuat mereka berdua kagum.

Senja memiliki hati yang tulus dan juga pemikirannya yang sangat dewasa.

"Gue salut sama lo, bisa dengan mudahnya maafin orang yang udah jahat sama lo selama ini," ungkap Carisa sambil menatap Senja dengan kagum.

"Gue juga. Jujur kalo gue jadi lo gue gak akan semudah itu buat maafin Flora, minimal dia harus tanggung jawab atas apa yang udah dia lakuin ke lo," tambah Kania. Ia tahu Senja bukanlah dirinya, ia adalah gadis yang memiliki hati setulus malaikat.

Selama ini Kania belum pernah menemukan gadis seperti Senja, maka dari itu ia sangat berterima kasih pada Tuhan karena sudah diberikan sahabat sebaik Senja.

"Gue juga manusia biasa seperti kalian yang pasti akan ngerasa kecewa ataupun kesel kalo diperlakukan dengan gak baik. Tapi gue selalu belajar untuk memaafkan karna gue tau suatu saat nanti gue juga pasti akan melakukan kesalahan. Gue ngebayangin gimana posisi gue kalo jadi Flora, pasti tertekan banget, kan? Disaat lo berusaha buat berubah tapi orang itu gak mau memaafkan elo."

Penjelasan yang keluar dari bibir Senja membuat Kania dan Carisa benar-benar terharu. Mereka berdua langsung memeluk Senja.

"Kita kagum banget sama lo," ucap Kania yang diangguki oleh Carisa.

"Gue mau ketemu sama Flora dong," ucap Carisa sambil melepaskan pelukannya.

"Gue juga," tambah Kania sambil menatap Senja.

"Iya nanti gue ngajak kalian ke apartnya Flora," jawab Senja yang tersenyum senang melihat hati kedua sahabatnya itu ikut tergerak.

***

Jangan lupa vote and komen ya!

Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang