Pagi yang cerah dengan udara yang segar, cahaya matahari memaksa masuk melalui celah-celah gorden membuat Vier terbangun bergegas menuju kamar mandinya lalu bersiap-siap memakai seragam sekolah. Segera Vier berjalan menuju ruang makan.
"Vier sini sarapan dulu" ucap Revin, bagaimana pun sikap kasarnya ia tetap menyayangi sang anak
Vier hanya mengacuhkan panggilan ayahnya ia memilih mengambil roti dan memgoleskan selai coklat didalamnya, ia terlalu malas berdebat di pagi hari ini.
"Punten non, itu didepan teh ada cowo ganteng pisan atuh, Katanya teh temen non Vier" ucap bi Ida tiba-tiba datang
Semua yang berada dimeja makan menatap kearah Vier dengan muka penuh tanya
"Cowo? siapa nak?" tanya Revin
"Temen"
"Jangan bilang lo dijemput Devin" ucap Jessika dengan nada tak suka
"Kalo iya kenapa? terus kalo bukan juga kenapa?" jawab Vier santai memakan roti ditangannya
"eh elo itu ya- "
"Sudah Jess duduk" ucap Maya menenangkan anaknya yang hendak menunjuk Vier
"Buruan atuh non, " ucap bi Ida dengan sopan "tu si aden teh sudah nunggu dari tadi."
Vier alih - alih menjawab ia lebih memilih berdiri lalu mengangguk menjalankan kakinya meninggalkan mereka yang berada dimeja makan.
"Lo ngapain si pake ngejemput segala" ujar Vier pada lelaki dihadapannya
"Kan waktu malem gue udah bilang"
"Ya udah, buruan takut telat gue" Vier mengambil helm yang ada ditangan Devin
Tidak mau berdebat lebih lama lagi ia memilih menaiki motor Devin, karena sekarang mood-nya sedang buruk. ditambah lagi ternyata Devin benar-benar menjemputnya. hmm memyebalkan.
****
Mereka berada tepat diparkiran sekolah yang sudah terisi beberapa motor disana, jam sudah menunjukan pukul 06.20 pertanda bahwa sudah banyak siswa/i disekitar sekolah, siswa/i yang melihat Devin membonceng Vier segera berbisik - bisik namun masih terdengar
"Itu si Devin yakin ngebonceng si Vier?"
"Perasaan waktu pacaran sama gue ngga pernah tuh berangkat bareng"
"Jadi mereka beneran pacaran,anjir"
"Huaaa gak rela gue"
Bisikan - bisikan terdengar dengan begitu jelas ditelingan Vier, untuk kali ini Vier hiraukan ia berusaha terbiasa dengan bisikan mereka.
Ini semua Devin penyebabnya jika saat itu ia tidak mengatakan sesuatu yang membuat sekolah heboh pasti tidak akan seperti ini
Terlihat dari kejauhan tiga lelaki menghampiri mereka dengan cengiran yang tak luput dari wajahnya
"Wess bro udah berangkat bareng aja" ucap Kevan
"Gercep juga lo" Raka ikut menimbrung yang diangguki kedua lelaki disampingnya
"Udahlah gue mau kekelas" Devin berjalan menggandeng tangan Vier menghiraukan ketiga curut yang mendatanginya, sedangkan Vier melongo dengan apa yang terjadi
"Vin lepasin tangan gue" Vier berusaha menarik tangannya
"Udah Diem"
Mereka tiba dikelas yang sudah terisi beberapa murid kelasnya segera Vier berjalan menuju mejanya yang sudah diisi oleh teman sebangkunya, namun Devin mengikuti dirinya karena posisi duduk mereka hampir bersebelahan, Devin duduk satu barisan dari belakang Vier.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE
Teen FictionSebuah kebahagian yang sulit ditemukan dialami oleh seorang gadis yang beranjak remaja Saat kebahagiaan itu datang seketika hilang berganti dengan kesedihan. Jika saja membenci takdir itu boleh. aku benci takdir! Kelanjutan ceritanya?? Baca saja...