"Pliss Vi jangan buar gue khawatir" dalam mobil Devin terus merutuki dirinya yang tidak bisa menlindungi Vier.
Kini keduanya sampai didepan rumah sakit yang tidak jauh dari tempat tadi, segera Devin menggendong Vier masuk kedalam rumah sakit, Sampai ahirnya Vier mendapat pemeriksaan dari dokter.
"Dok, gimana keadaannya dok?" Devin berdiri dari duduknya saat melihat sang dokter keluar
"Dia tidak apa-apa hanya syok saja, dan sepertinya dia mempunyai trauma yang sangat mendalam, jadi saya minta tolong anda bantu dia melawan traumanya,dan dia bisa pulang sekarang" jelas sang dokter yang telah menangani Vier
Sejenak Devin berpikir trauma seperti apa yang pernah Vier alami hingga seperti ini, gadis yang terlihat baik-baik saja mempunyai trauma yang sangat dalam? trauma seperti apa? Devin bertanya-tanya dengan pikirannya.
"Kalau begitu terimakasih dok, apa saya boleh masuk?" tanyanya
"Silahkan, saya permisi dulu" Dokter itu pergi dari hadapan Devin
Segera Devin masuk keruangan Vier dan menghampirinya, gadis yang bisa membuatnya menaruh hati untuk dirinya kini sedang terbaring dengan wajah tenang tidak ada suara yang selalu membantah, Devin tidak menyangka jika gadis yang ceria sepertinya mempunya trauma dimasa lalu.
"Vi bangun dong, masa gue dicuekin" Devin berbicara berharap mendapat sahutan dari orang dihadapannya
Waktu terus berlalu Devin mulai merasakan kantuk menyelimutinya, tanpa sadar Devin sudah tertidur dengan memegang erat tangan Vier dan meletakan kepalanya pada pinggiran ranjang.
"Ayo Vier jangan takut, bukanya kita sudah berpacaran?" ucap laki - laki bertubuh tinggi dengan nada menggoda
"g-gue mohon lo jangan mendekat" bukanya menjauh laki-laki itu semakin mendekat
"pliss... gue tau, lo jadiin gue pacar cuma karena taruhan temen-temen lo, dan pacar lo itu bukan cuma gue doang lo itu play boy! yang cuma bisanya nyakitin perempuan!" Vier berusaha mengucapkan denganya dengan berani
Laki-laki itu menghiraukan ucapannya dan berjalan mendekat hingga tepat dihadapan Vier
"oyah? terus lo mau apa?" lelaki itu tersenyum menyeringai
"g-gue mohon lepasin gue dan mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa" nyalinya mulai menciut
"sory gak semudah itu" Lelaki itu hendak memeluk Vier namun Vier sudah lebih dulu pergi dari hadapannya
"Hei sayang, mau kemana tunggu aku" Vier terus berlari dari lelaki itu, ia tidak menyangka kekasihnya sebrengsek itu.
Napas Vier masih terengah-engah akibat aksi melarikan dirinya, ia memutuskan mencari tempat persembunyian.
"Ayolah sayang kau dimana" ucapan lelaki itu terdengar menyeramkan ditelinga Vier
'ya tuhan Vier mohon lindungi Vier' batinya
"Hai sayang" Vier merasa bahunya ditepuk seseorang, segera ia membalikan badannya
"AAAAAAAA" teriak Vier yang membuat Devin terbangun dari tidurnya
"Lo udah sadar, lo kenapa" Devin berdiri memegang kedua bahu Vier berusaha menenangkan
"Gue...hiks gue takut Vin" tanpa aba-aba Vier langsung memeluk tubuh Devin dengan sangat erat
Devin mengelus-elus kepala Vier "sekarang lo tenang ada gue" ucapnya
"Hiks...gue ta-takut Vin" tangis Vier semakin menjadi, masa lalu itu terus berputar dikepalanya
Devin melonggarkan pelukannya dan menatap Vier "sekarang lo tarik napas terus buang perlahan, rileks oke" ucapnya lalu menghapus air mata Vier.
Setelah mendengar saran yang Devin berikan Vier berusaha menenangkan pikirannya ia menghela napasnya dengan perlahan, membuatnya sedikit tenang.
"Se-sekarang kita dimana?" tanya Vier melihat sekeliling ruangan
"Kita dirumah sakit, tadi lo pingsan"jelasnya
Vier menganggukan kepalanya "thanks lo udah tolongin gue" ucapnya lalu tersenyum tulus
"slow, kaya sama siapa aja. Mending sekarang kita pulang udah malem" ajak Devin lalu melirik jam dipergelangan tangannya yang menunjukan pukul 21.18
"Ya udah ayo" Vier beranjak dari tempatnya meski pun kelapanya masih pusing ia tidak mau berlama-lama ditempat ini, Vier benci rumah sakit.
"Lo kuat jalan gak"
"Gue kuat kok tenang aja" Mendengarnya Devin hanya menggukan kepala lalu ikut berjalan disebelah Vier
Perjalanan menuju rumah Vier mekan waktu yang cukup lama apalagi jalanan yang sedikit macet membuatnya membosankan, tidak ada yang memulai pembicaraan diantaranya
"Vin, waktu itu lo mengklaim gue jadi pacar lo itu cuma becandakan" tanya Vier yang akhirnya memulai pembicaraan
"Gue serius, gue suka sama lo" ucap Devin, Vier berusaha mencari kebohongan dimatanya namun tidak ada.
"lo beneran suka sama gue?" tanyanya lagi
Devin tetap fokus menyetir anpa menengok kearah Vier "iya,kenapa?lo gak suka ya sama gue?" terlihat raut wajahnya murung setelah mengatakan itu
"Eng-nga gitu tapi gue denger dari orang-orang Lo itu playboy, terus sejak kapan lo mulai suka?"
"Oke gue aku gua emang seperti yang Lo tau tapi sebelum lo masuk kesekolah, gue udah suka sama lo" dengan santai Devin mengucapkanya
"khem,gitu ya" Vier berdehem ia merasa canggung dengan jawabannya ia bingung harus berkata apalagi
Devin menengok kearah Vier lalu menatapnya "Sekarang lo mau jadi pacar beneran gue,gue janji bakal berubah jadi lebih baik?" nada bicaranya mulai serius
Tanpa sadar mereka sudah sampai didepan gerbang rumah Vier, belum sempat Devin mendengar jawabannya namun Vier sudah lebih dulu keluar dari mobil.
"Sory Vin sebaiknya lo pikir-pikir lagi dan sekarang lebih baik kita berteman layaknya teman biasa. Gue masih belum bisa jawab pertanyaan lo" ucap Vier dengan sorot mata menyesal
"maksud lo ap-"
"Sekali lagi makasih Dev, lo udah nolongin gue sama nganter pulang, gue masuk dulu."
setelahnya Vier pergi dari hadapan Devin yang masih berada didalam mobil"Shit, gue gak tau maksud dari omongan Lo apa, tapi jangan harap gue akan berhenti gitu aja." gerutunya menatap kepergian Vier, lalu melajukan mobil menuju rumah Raka, karena motornya berada disana.
TBC
Terimakasih sudah membaca jangan lupa Vote n comennya oke
See you.....
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE
Teen FictionSebuah kebahagian yang sulit ditemukan dialami oleh seorang gadis yang beranjak remaja Saat kebahagiaan itu datang seketika hilang berganti dengan kesedihan. Jika saja membenci takdir itu boleh. aku benci takdir! Kelanjutan ceritanya?? Baca saja...