[29] Tolong Baca Hati ini
"Ra kenapa nggak pernah hubungin aku lagi?"
Tuhan! Kenapa dia bisa ada di kamar suamiku? Apa yang dia lakukan di rumah mertuaku? Kaki ini sempat gentar sebelum aku bisa menguasai diri. Allah. Kuatkan aku. Aku berupaya menarik sudut bibir untuk tersenyum membalas sapaannya.
Eya Driella Fathahani tersenyum seindah mentari pagi. Menurut Ale, Eya dan Zahfiyyan adalah couple dari kampus selatan. Status yang kemarin membuat perutku panas hingga mungkin melahirkan lebih cepat.
Astagfirullahal'adzim. Mulutku ini!
Dia sangat cantik dengan tubuh kecil, tertutup pakaian serba dalam juga hijab modis. Eya merupakan sosok perempuan yang tahu menjaga penampilan. Wajahnya yang kecil dengan bibir kemerahan tersenyum menghampiriku. Langkahnya seringan kertas. Keceriaan mutlak tergambar dari paras eloknya.
Oke Zura, tenang. Mungkin dia numpang menginap dan hanya kamar Zahfiy yang kosong di rumah ini.
"Hm ... Kamu yang melupakanku, kan?"
Eya tergelak dengan gigi-gigi yang berderet rapi. Pipi putihnya menggembung dan menjadikan ia terlihat menggemaskan. Langkahnya cepat saat berjalan hampiriku di bangku.
Gadis satu ini tidak tahu bahwa dia sudah membuat tahun-tahun hidupku berlangsung buruk. Secara tidak langsung, dia yang bikin aku salah paham kepada Zahfiyyan. Coba dulu kalau dia tidak sesumbar akan dinikahi Zahfiyyan selesai S1? Di mataku nilai Eya tidak sebagus wajahnya. Ternyata hatiku masih mendendam.
"Kayaknya aku yang harus cari kamu, ya, karena aku banyak utang sama kamu." Dia duduk di seberang kursiku.
Kamu menyadarinya sekarang?
Tidak sepatutnya aku menghitung-hitung kebaikan yang telah kulakukan. Namun, rasa ikhlas yang dulu berganti marah ketika dia merusak impianku bersama Zahfiyyan. Lalu saat aku telah bersama Zahfiy, dia datang lagi. Semoga ia tidak menjadi antagonis dalam kehidupan rumah tanggaku.
Tuhan, tolong jangan. Jauhkan aku dari suuzan kepada suamiku sendiri juga kepada wanita yang sebetulnya friendly.
"Kamu yang banyak bantu aku waktu kuliah." Eya mengingatkan.
Aku tidak akan lupa, Eyaaa.
Kami selalu satu kelompok dalam mata kuliah dan Eya cuma numpang nilai saja. Pernah suatu sore dia merayuku untuk bikin tugas susulan miliknya sehingga aku batal pulang.
Orang Minang terkenal dengan basa-basinya sebab pepatah menuliskan begini: Nan kuriak iolah kundi, nan merah iolah sago. Nan baiak adolah budi, nan indah adolah baso. Intinya, yang indah dalam hidup ialah basa-basi.
Jadi, dalam rasa tak tenang aku tetap harus tersenyum kepada mantan teman sekelas yang menyebalkan ini. "Aku dengar berita soal keluargamu. Maaf, ya, aku enggak bisa bantu apa-apa."
"Nggak masalah. Aku sudah nggak apa-apa kok." Bibir Eya rekah oleh senyum.
"Jam berapa Fiy pulang semalam, Ra?" Umi tiba-tiba memutuskan obrolan kami.
Tuhan, kenapa aku mencium sesuatu yang tidak menyenangkan di sini?
Aku juga tidak tahu pukul berapa Zahfiy pulang.
"Jam dua belas, Mi."
"Tadi malam semuanya kacau. Untung ada Zahfi di sini." Lantas aku beralih dari Umi kepada Eya.
"Sebenarnya aku punya masalah, Ra. Aku dikejar para penagih utang. Sudah beberapa hari aku buron dari mereka. Sampai tidak sengaja aku ketemu Zahfi di depan kampusnya. Lalu aku ditawari bekerja di sana. Dan kemarin aku juga diajak Zahfi tinggal di sini sementara. Oh, semalam semuanya keruh. Mereka sudah tahu tempat sembunyiku. Tahukan, Ra, aku hidup sebatang kara dan terancam oleh beberapa pria beringas. Mengerikan, Ra. Alhamdulillah Zahfi mengurus mereka untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zura Salah Gaul (Complete)
Spiritual𝚉𝚞𝚛𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚉𝚊𝚑𝚏𝚒𝚢𝚢𝚊𝚗, 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚕𝚎𝚕𝚊𝚔𝚒 𝚒𝚝𝚞 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚙 𝚉𝚞𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚊𝚗. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚙𝚞𝚗 𝚉𝚞𝚛𝚊 𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚞𝚊𝚗𝚐. 𝚂𝚊𝚢𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊, 𝚒𝚊 𝚋�...