Sepi nih. Cerita ini insya Allah akan rajin UP. Yuk ikutin dan simpan di library.
(Kangen Eya yayaya)
(Zura Rarara)
”Tugas transkripsi Retorika kelompok kita kamu yang kerjakan. Aku ada keperluan. Dah, Zura.”
”Eh tunggu!”
Eya berhenti dan berbalik badan. Dia melafalkan tanya tanpa suara.
”Mana rekaman suaramu?”
Eya mengedikkan bahu. ”Minta sama Yuda.” Dia langsung pergi.
Anak satu itu! Dosen kami sering sekali menjadikan kami satu kelompok. Enak di Eya jadinya. Dia tidak pernah mau susah-susah untuk setiap tugas. Dia bilang akan terima nilai saja, bagiannya biar aku yang mengerjakan. Pernah aku buat alasan macam-macam supaya dia bantu sedikit, hasilnya bikin kesal. Dia bilang lupa sehingga dosen mempermalukan kami berdua di depan seluruh kelas karena tidak bertanggung jawab terhadap tugas. Sejak saat itu, aku selalu menyelesaikan sendiri dan menulis nama kami berdua di sampul makalah.
”Eya lagi?”
Aku mengembus napas lemah. Vayola sudah sering mengingatkan aku untuk mencoret nama Eya setiap dia tidak berkontribusi apa-apa. Masalahnya aku tidak mau cari masalah dengan Eya. Dia sepertinya agak galak. Semaunya sendiri. Aku cari aman saja. Tidak menyenangkan punya hubungan buruk sesama teman, apalagi yang satu kelas.
”Ke mana dia langsung keluar gitu aja?” tanya Vayola lagi. ”Kali ini jangan kasih mudah, Ra. Enak banget jadi dia. Kamu lagi setiap tugas nilainya dikasih tinggi. Dia cuma numpang nama. Senangnya jadi Eya.”
”Vayola tidak boleh apa?” pancingku.
”Ghibah,” sambarnya. Biasanya Vayola yang tak pernah lupa mengingatkanku soal ini.
”Enggak apa-apa kok. Aku masih mampu. Agak kesal sih, tapi dikiiit. Udah biasa aku diginiin,” candaku supaya Vayola tak makin kesal.
”Aku nggak ke perpus hari ini, ya,” lapornya, ”catatanku belum selesai. Nanti siang akan dikumpul. Jadi, Retorika sabar dulu,” katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zura Salah Gaul (Complete)
Espiritual𝚉𝚞𝚛𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚉𝚊𝚑𝚏𝚒𝚢𝚢𝚊𝚗, 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚕𝚎𝚕𝚊𝚔𝚒 𝚒𝚝𝚞 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚙 𝚉𝚞𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚊𝚗. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚙𝚞𝚗 𝚉𝚞𝚛𝚊 𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚞𝚊𝚗𝚐. 𝚂𝚊𝚢𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊, 𝚒𝚊 𝚋�...