[05] Lambatlah!

1.8K 291 33
                                    

"Sugoi~" Amane dengan heran berjalan mendekat ke arah gedung cafe.
"Wah~ ku rasa dulu bangunannya tidak seperti ini." Sambar (y/n) sambil ikut melongo di depan bangunan megah itu.

Temboknya yang usang kini penuh cat putih nan elegan. Dengan gaya arsitektur ke barat-barat an membuat cafe ini benar-benar terlihat sangat megah ditengah-tengah kota.

" (y/n)-chan!! Ayo masuk!" Amane berteriak sumringah.
Belum sempat menjawab, Amane dengan sigap menggapai lengan sang gadis dan membawanya masuk ke dalam cafe
(Y/n) merasa aneh ketika tangan Amane yang lembut menyentuh kulitnya. Jujur saja, ini adalah kali pertama ia digandeng seorang lelaki selain ayahnya.

Jantungnya berdetak cukup aneh kala Amane lagi-lagi berulah dengan cara mempersilahkan (y/n) duduk terlebih dahulu di kursi.

"Ratu duduk dulu!" Ucap Amane disertai senyuman yang manis seperti biasanya.

(Y/n) kebingungan harus menjawab apa kepada Amane. Akhirnya dia hanya mengangguk kecil lantas duduk di kursi yang sudah di tarik Amane.

"Kamu mau apa?" Ujarnya.

"Aku mau apapun yang sama denganmu (y/n)."

Lagi-lagi debaran jantung (y/n) kembali tak normal. Kenapa sih? Cuma ucapan itu saja sudah buat jantung (y/n) tak karuan.

"Ya sudah kalau begitu. Aku mau Es krim coklat dengan waffle." Gadis itu berucap, tangannya sibuk menutupi semburat merah di wajahnya dengan kertas menu.

"Oke! Aku pesan dulu!"

Segera Amane berdiri lantas berjalan pergi menuju tempat pemesanan. Tanpa sadar (y/n) bernapas lega, sekiranya ia beruntung karena diberi waktu untuk kembali mengontrol debaran jantungnya.

'Waktu.. lebih lambatlah bergulir.'

🌹🌹

Sekeras apapun (y/n) mencoba namun hasilnya sama saja. Ia mulai mengambil nafas, mengeluarkan nya perlahan dan mulai menraih sebuah senapan.

Matanya terfokus pada objek yang sedang berdiri di depannya. Manik kuning Amane menatap cemas. Keringat dingin bercucuran di dahinya.

DHUAK

"Tch."

Pelurunya meleset.

"HAHAH! KAU TIDAK BISA MENGALAHKANKU (Y/N)-CHAN!" Amane berteriak bangga lantaran poin yang di dapatkan (y/n) tak cukup banyak untuk mendapatkan sebuah gantungan kunci bermotif komet yang menjadi incaran mereka berdua.

"Ini punyamu." Ujar sang penjual kios seraya memberikan gantungan kunci kepada Amane.

"IYEAY!" Ujar Amane girang.

(Y/n) merengut kesal lantaran botol-botol itu susah sekali untuk di kenai. Tapi kenapa Amane bisa menjatuhkan semuanya?

"Ini." Tangan seseorang terlihat sedang menyodorkan sebuah gantungan kunci komet kepada (y/n).

(Y/n) segera mendongak, menatap Amane dengan manik kuning cerahnya sedang menyodorkan gantungan kunci miliknya kepada sang gadis.

"Tidak. Itu kan punyamu." Sang gadis menolaknya dengan sedikit menggeleng.

"Ambil saja. Lagi pula kalau aku punya ini nanti Tsukasa bakal iri." Tangannya dengan lembut membuka tangan (y/n) dan meletakkan gantungan kunci komet itu di tangannya.

"Ucapan makasih banyak sudah temani aku."

Pipi (y/n) tanpa sadar merona kala Amane mengusap ujung rambutnya. Menyibak acak rambut (h/c) (y/n) hingga terurai berantakan.

"Masih mau jalan lagi?"

(Y/n) mengangguk singkat membalasnya.

"Mau lihat bintang? Bentar lagi malam loh!"

(Y/n) mendongak, menatap langit kota yang kini nampak jingga terpapar sinar mentari sore. Benar ya, menghabiskan waktu bersama orang terdekat rasanya sangat singkat.

Padahal (y/n) rasa baru tadi ia menaiki kereta ke tempat ini, dan sekarang sudah mau malam saja.

Amane menggenggam erat tangan (y/n), membawa nya ke sebuah atap gedung yang terbengkalai.

Angin seketika berhembus menyapu kulit halus (y/n). Mata terbuka, dan tersuguhkan akan pemandangan bola jingga yang mulai tenggelam di ufuk barat.

Bola mata (e/c) menatap erat manik kuning cerah Amane yang tampak sangat indah terkena sinar mentari.

Benar-benar hangat dan ceria. Membawa mood tersendiri bagi (y/n) setiap memandangnya.

"Amane, aku harus pulang. Aku tak di perbolehkan keluar rumah sampai malam." (Y/n) dengan berat hati mengatakannya.

"Tidak mengapa. Kita bisa liat bintang kapan saja bukan? Dah, ayo pulang." Saat Amane ingin kembali menggenggam tangan (y/n), tiba-tiba sang gadis menepisnya.

"Tunggu sebentar lagi. Kita baru saja naik bukan? Masa mau langsung turun?" Ucapnya.

Amane tersenyum puas kemudian duduk memandangi langit yang semakin menggelap. Bersama (y/n) disampingnya.

🌹🌹

"Aku pulang."

Tsukasa yang tengah menanti kedatangan orang itu segera menyambutnya.

"Amane Amane!! Kau ingat menjanjikan buku manga padaku loh! Ayo baca bareng. " Tangan Tsukasa dengan kasar menarik lengan Amane, menyeretnya ke ruang tengah.

Amane yang baru saja pulang merebahkan tubuhnya. Tak menggubris Tsukasa yang mulai menggeliat-liat karena keinginannya tak segera dipenuhi.

"Bentar ah~ masih capek."

"Ishhh Amanee Amaneee!!"

"Iya iya huh bentar!"

Amane yang geram lantas berdiri menghentakkan kaki nya kelantai. Saat ingin pergi, ia merasakan tangan Tsukasa dengan dingin menggenggam tangannya.

"Bertiga kan?"

Amane langsung paham dengan maskud sang adik. Ia mengangguk singkat dan mulai melepaskan satu per satu jari Tsukasa dari tangannya.

"Amane! Besok temuin aku sama dia ya!"

"Tck. Iya bawel."

______________________________________

Makin ga jelas kan?:')

Hehe harusnya itu ada foto es krim nya tapi aku ga mau meng-anukan puasa kalian:)

Meskipun aku upnya malem :D

Gapapa lah ya, buat yang baca siang-siang :)

Sampai ketemu di Chapter selanjutnya!

Note: maaf ku unpublish bentar wattpad akuh eror zhayank

Sincerely Ten 🌸

Cherish ✿ Yugi AmaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang