[07] Marah

1.5K 225 43
                                    

Atensi kekuningan tengah sibuk menyibaki pemandangan senja di depannya.

Begitu jingga dan indah. Memantul elok di lensa kuning besarnya.

Hari ini seluruh pembelajaran telah usai. Menyisakan ia sendiri terpaku menatap siluet jingga mentari. Berdiri seorang diri di dalam kelas yang sepi.

Sedetik kemudian lensanya bergulir, beralih menatap sayu seonggok kertas yang tergelak begitu saja di lantai.

Amane kenal betul tulisan dengan pena hitam di atasnya.

Tulisan kecil nan rapi milik seorang gadis.

Gadis yang selalu ia perhatikan.

Entah sejak kapan.

Di dekat nya Amane selalu rasa nyaman. Tak ingin lepas. Ingin selalu bersama. Amane suka segala tentangnya. Manis senyuman miliknya. Lembut tatapan matanya. Bau tubuhnya. Halus rambut nan kulitnya.

Dan indah waktu kala bersamanya.

Ya.

Amane jatuh cinta padanya.

Pasti.

Tak diragukan lagi.

Mungkin dirinya sangat-sangat terlambat untuk menyadari hadirnya rasa indah ini di hatinya.

Tangan Amane mulai terulur. Berusaha mengambil secarik kertas tersebut.

Membacanya.

Dan kembali meringkuk sedih berteman sepi. Merutuki betapa bodohnya ia membiarkan rasa ini dengan seenaknya tumbuh dan merekah di dalam hatinya.

'Amane aku gak suka kamu marah padaku (ノ﹏ヽ)'

" (y/n)?"

Sang gadis terperanjak singkat dari lamunannya.

"Kenapa belum dimakan? Es krimnya mencair tuh."

Jemari Tsukasa dengan lembut meraih lengannya. (Y/n) sedikit terkejut sebab Tsukasa mulai menariknya mendekat, memperpendek jarak di antara mereka.

Dan sedetik kemudian seluruh pikirannya kacau balau.

Tsukasa dengan wajah polosnya menjilat lembut es krim yang mengotori tangan gadis manis tersebut. Tak memperdulikan sang gadis yang hampir pingsan sebab ulahnya yang kelewatan.

Adegan tersebut berlangsung singkat. Tetapi cukup membuat jantung (y/n) berdetak kacau serasa akan meletup.

"Aku gak bawa tisu hehe."

Dengan segera (y/n) memalingkan wajah salah tingkahnya, tak ingin Tsukasa melihat wajah memalukannya tersebut.

"G-ga usah dijilat juga, a-aku bisa bersihin sendiri kok."

Tsukasa gemas melihat tingkah laku (y/n). Begitu lucu kala pipinya menggembung imut seperti itu.

Kini tangan Tsukasa mencubit geram pipi halus (y/n), menaik turunkan pipi chubbynya dengan tawa yang begitu hangat.

"Jangan marah ya." Goda Tsukasa.

"N-ngwak!"

"Jangan bicara. Tambah gemesin kamu."

"L-lepasin makanya!"

Cubitan di pipi (y/n) mengendor, meninggalkan bekas kemerahan di kulitnya yang putih bersih.

"Ah, aku terlalu keras mencubitnya." Tsukasa yang menyadari hal itu dengan lembut mengusap pipi kemerahan (y/n) dengan ibu jarinya. Merasakan betapa halus dan lembut kulit sang gadis di jemarinya.

Merasakan betapa cantik dan manisnya wajah gadis yang tengah berhadapan dengannya kini.

Ah sungguh, Tsukasa sungguh-sungguh ingin mengenal lebih dekat gadis manis ini.

Kepala Tsukasa mulai mendekat, perlahan nan pasti. (Y/n) yang merasakan akan datang serangan dadakan lagi segera mundur beberapa langkah.

Namun Tsukasa tak membiarkannya.

Tangan Tsukasa menarik pinggang (y/n) mendekap tubuh mungil sang gadis di dada bidangnya. Aroma bubble gum seketika menyengat indra penciuman (y/n) . Ia terkejut singkat, tak menyangka bahwa pemuda itu memiliki aroma yang begitu enak.

Tsukasa mulai mengusap surai hitam sang gadis, menunduk beberapa kali untuk menyesapi harum shampo yang begitu menarik di hidungnya.

"Tsukasa?" Panggil (y/n) dengan nada yang rendah.

"Hm?"

"Bisa lepaskan ini?" (Y/n) berharap dengan sangat. Setidaknya maukah Tsukasa mengasihani jantungnya yang berdetak begitu kacau sebab ulahnya.

"Ga suka ya?" Tsukasa menyelesaikan pelukannya, beralih menatap wajah manis (y/n) dengan manik kuning besarnya.

"Ah-erhg.. anu-- a-aku--"

(Y/n) ingin memberi jawaban namun ia terbungkam.

Sebab,

Sebuah ciuman yang manis nan hangat mendarat di pipinya. Di pipi bekas Tsukasa cubit tadi.

(Y/n) terpaku, seakan seluruh akal sehatnya terbuang entah kemana.

Menumpulkan otaknya yang cerdas.

"Maaf ya." Tsukasa mulai berbisik tepat di telinganya. Berbisik dengan nada yang membuat candu.
"Sampe merah gini gegara ku cubit."

Sungguh, (y/n) rasa ingin pingsan di tempat.

Tangan (y/n) dengan kasar mendorong dada bidangnya menjauh, memalingkan wajah yang tersipu malu sejauh mungkin dari pandanganya.

Ia tak menyadari jika sikapnya itu terlihat begitu menggemaskan di mata Tsukasa, pemuda kembaran Amane tersebut tersenyum manis dengan semburat rona tipis mewarnai pipinya.

Dibalik dinding berteman sorot jingga mentari, seorang gadis tengah mencengkram erat tali ranselnya. Giginya bergemelatuk. Sirat kebencian begitu terasa dari sorot manik ungunya.

Banyak kecewa yang sedang ia sembunyikan di balik diamnya.

______________________________________

Tbc zhayankuhh😍

2 dari 4 fanficku yang belum selesai lagi masuk konflik jadi lumayan lemot otakku buat mikir ceritanya :(

Maaf aja kalau lama gak up😭

Oh hampir lupa, buat kalian yang lagi sibuk ngurusin sekolah lanjutan semangat ya! Semoga di terima di sekolah impian😍

Author tau betapa cenat-cenutnya hati kalian, karena author juga merasakan sekarang :)

Dikit curhat lah ya, saya takut banget :(
Jurusan yang pingin saya masukin cuma ada 1 kelas dan isinya sekitar 30-40 anak aja:(

Dan tiap tahun penuh :')

Cenat-cenut deug-deugan plus was-was

Doain author yah, biar bisa masuk di jurusan yang author mau 😭

Makasih banyak yang sudah mau baca sampai akhir, Sincerely Ten🌸

Cherish ✿ Yugi AmaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang