"Halo!"(Y/n) mengernyitkan dahinya, menatap heran ke arah dua anak kembar di depannya.
"Siapa yang Amane?" Tanya nya kemudian.
"Aku dong! Perkenalkan, dia Tsukasa dayo! Dia adik kembarku!"
Tsukasa yang telah di perkenalkan lantas maju dan mengambil tangan kanan (y/n) untuk di genggam, menggoyangkannya kuat-kuat.
"Tsukasa desu! Yoroshiku ne~" Lelaki bernama Tsukasa itu memiliki senyum yang sama manisnya dengan kembarannya, Amane. Iya lah! Satu rahim juga.
"Ah~ Yoroshiku." (Y/n) menunduk singkat menjawabnya.
Hari ini sudah petang. Pembelajaran di sekolah juga telah usai. (Y/n) tadi menerima ajakan Amane untuk pulang bersama, (y/n) kira hanya berdua... tapi adik kembarnya juga ikut bersama.
'Duh!! Satu aja cukup buat jantung aku ga karuan ini malah dua gimana ceritanya?!'
Sepanjang perjalanan (y/n) hanya bisa terdiam. Berjalan ditengah-tengah anak kembar yang sedari tadi sibuk memperhatikan wajahnya.
'Ini mereka berdua pada ngapain si?'
Amane dan Tsukasa dengan santainya berjalan, seraya melayangkan pandangan hangat kepada (y/n), sang gadis yang tengah gelagapan.
"Ah! Kita ke sana yuk!"
Amane dan Tsukasa berkata bersamaan, tapi arah yang mereka tunjuk berbeda.
Amane menunjuk ke arah cafe sedangkan Tsukasa menunjuk ke arah taman.
(Y/n) semakin bingung. Bimbang harus memilih siapa.
"Kesana Amane!" Tsukasa menyentak.
"Ga ada apa-apa disana! Disitu aja bsia makan!" Amane menjawab tak kalah ngotot.
"Taman!"
"Cafe!"
"TAMAN!"
"CAFE!"
Duh. (Y/n) tidak pernah punya adik. Jadi tidak ada yang bisa diajak bertengkar. Dan sekarang malah ada sepasang anak kembar yang bertengkar di depannya. Bagaimana ini? Dia tak ahli dalam bidang lerai melerai.
"A-ano~ bagaimana kalau kita beli sesuatu di cafe lalu memakannya di taman?"
" (y/n)! Di taman ga ada apa-apanya! Enak di cafe bisa ngobrol-ngobrol santai."
"Di taman juga bisa kok! Malah enak sambil ketiup-tiup angin!" Tsukasa melambai-lambaikan tangannya bak penari Hawai.
"CAFE!!"
"TAMAN!"
Aduh. Rasa-rasanya (y/n) mau terjun aja dari air terjun Niagara. Ga paham lagi gimana cara melerai mereka berdua.
" (y/n) ayo sama aku aja." Tanpa aba-aba, Tsukasa dengan kasar menarik tangan (y/n), membawanya menjauh dari Amane. Amane yang melihat itu tersentak kaget, lantas mulai berlari untuk menyusul mereka.
Lalu lalang manusia-manusia semakin padat. Tak heran, lagipula ini jam dimana seluruh aktivitas hari ini telah selesai.
Murid-murid pulang sekolah dan para pekerja selesai mengumpulkan pundi-pundi uang.
"Ts-Tsukasa-kun?" (Y/n) terus ditarik. Tubuhnya tersenggol kesana-kemari, ditabrak lelaki perempuan hingga tubuh mungilnya tenggelam dalam keramaian.
Ditengah keramaian itu, Tsukasa dengan lembut mendekap nya.
"Hust. Diem aja. Biarin Amane sendirian."
Kepala (y/n) menengok kebelakang, melihat apakah Amane masih sibuk mengejar mereka.
"Kamu lihat apa? Udah ada yang lebih ganteng dari Amane kok disini." Tangan Tsukasa dengan lembut meraih dagu (y/n), membawanya berlabuh dalam ke tatapan mata yang luar biasa hangat dari Tsukasa.
"Kalau kamu perlu sesuatu panggil aku. Oke."
Disisi lain Amane yang hampir saja terpisah dari mereka terpaku melihat kejadian luar biasa di depannya kini. Tubuhnya membeku, tak mampu ia gerakkan sedikitpun.
"Aku akan ada untukmu (y/n)."
Tsukasa mulai mendekatkan wajahnya, berusaha untuk mencicipi bibir ranum yang sedari tadi menggoda matanya.
(Y/n) tak bisa melakukan apapun, Tsukasa ini tak beda jauh dari Amane. Bagaimana ia bisa menyadarkan dirinya sendiri jika yang di depannya kini bukanlah Amane.
Amane masih terdiam. Sedangkan Tsukasa sudah hampir mencium bibir (y/n).
Amane rasa remuk hatinya, sakit seakan sesuatu tepat membidik hati rapuhnya. Tubuhnya membeku, tak bisa banyak melakukan apapun selain memandang kegiatan mesra mereka.
Manik kuning yang biasa nampak cerah kini berubah sendu, menatap langit yang indah menjingga. Ia tak mapu mengungkapkan betapa kecewa hatinya saat ini.
Tapi Amane sadar satu hal.
Sedari dulu yang menyukai (y/n) bukanlah dia. Dia hanyalah seorang kakak yang baik hati mendekati (y/n) untuk diberikan kepada adiknya.
Sesuai kesepakatan mereka dahulu.
Namun mengapa rasanya tidak rela melihat mereka berdua sudah dekat seperti angan yang Tsukasa dambakan?
Amane meremas kuat tasnya. Melampiaskan kegeramannya pada tali tas yang tak bersalah.
Kaki mulai melangkah pergi meninggalkan sepasang kekasih baru yang masih sibuk bermesraan. Indah rasanya ya, berciuman dibawah sinar mentari senja yang hangat.
'Aku tak boleh kecewa. Bukankah ini yang kamu inginkan, Amane?'
______________________________________
Minna~
Selamat hari Raya aidilfitri 🙏❤️
Maafin author ya kalau ada kesalahan 🙏Semoga allah segera mengangkat wabah yang sedang melanda ini😭🙏😭
Sincerely Ten🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherish ✿ Yugi Amane
Fantasyೃ༄❥ Yugi Amane x Readers [COMPLETED] | Jangan nyesel ketawa/meninggal/sakit/kejangkejang nanti kalau bacanya | - @LAYLENXY - | Move on dari "Cinta Pandangan Pertama" itu susah dan enggak semudah yang dibayangkan | - @jahenyajaha - | Amane dan Tsukas...