Part 16. Ungkapan Rasa

52 27 8
                                    

Sejak saat itu, hari-hari Anjani habiskan berdua dengan Arsen. Mereka sudah semakin akrab. Sudah saling mengenal keluarga satu sama lain. Hingga suatu hari. Pagi itu Anjani seperti biasa berangkat ke kampus diantar Mang Udin.

Sesampainya di kampus, Anjani dikagetkan dengan tingkah aneh semua penghuni kampus. Teman-teman Anjani semuanya berkumpul dan mengelilingi Anjani. Mereka membawa balon dengan warna kesukaan Anjani, biru langit. Balon itu penuh dengan gambar beragam dan berbagai tulisan.

"Anjani."

"Matahariku."

"Bintang hatiku."

"Maukah kau menikah denganku?"

"Will you marry me?"

"Menjadi ibu dari anak-anakku."

Satu per satu Anjani membaca tulisan yang menempel di balon itu. Entah. Dia bahkan tak tahu siapa pelaku dibalik semua ini. Sekelompok orang di seberang sana juga membawa sebuah banner bergambar Anjani dan Arsen.

Dikelompok lain, ada yang membawa bunga kesukaan Anjani, bunga mawar dan melati dengan berbagai warna. Bunga mawar merah, pink dan putih. Sedangkan dari jauh, nampak lelaki dibalik kehebohan ini sedang melangkah mendekati Anjani. Semua orang mundur, mencoba memberikan ruang berjalan untuk sang pangeran.

Di sisi lain, Mang Udin yang menangkap keanehan sejak Nona mudanya turun dari mobil, tak lantas meninggalkannya begitu saja. Mang Udin memastikan Anjani baik-baik saja. Hingga dia menjadi saksi cinta kedua insan itu. Cepat, Mang Udin mengambil handphone di saku bajunya. Menangkap gerak gerik dari manusia yang memadati lapangan kampus dan mengabadikannya menjadi vidio. Untuk bahan laporan pada bos besarnya.

Arsen mulai mendekati Anjani, dengan sekuntum mawar dengan berbagai varian warna di belakang punggungnya. Arsen mulai melipat kaki kanan, menyembah Anjani bak putri raja dan menyerahkan sekuntum bunga mawar di balik punggungnya itu.

"Anjani, maukah kau jadi pacarku?" rayu Arsen.

"Will you marry me? Jadilah ibu untuk anak-anakku kelak," sambung Arsen lagi.

Anjani tak mampu menjawab. Mulutnya menganga, terbuka lebar. Sangat terkejut dan kagum atas surprise dari Arsen. Kedua tangannya terangkat untuk menutupi mulut yang terbuka lebar itu. Tak terasa, ada air yang menggenang di pelupuk matanya. Mungkin sebentar lagi akan membanjiri kedua pipi yang sudah merah merona itu.

Anjani tak menyangka. Tantangan untuk menyatakan cintanya secara langsung dihadapannya itu akan dibuktikan oleh Arsen. Bukan hanya dinyatakan di depan Anjani, melainkan di hadapan seluruh penghuni kampus. Memang benar-benar menakjubkan.

"Te_ri_ma ... te_ri_ma ... te_ri_ma," teriak teman-teman Anjani dan seluruh orang yang ada di tengah lapangan itu. Semua orang mendukung jerih payah Arsen.

Anjani mengangguk, bertepatan dengan bulir bening yang jatuh membasahi pipi. Dia merasa sangat terharu dan tersanjung. Mendapatkan perlakuan bak putri raja dari Arsen. Anjani berhambur memeluk Arsen.

"Terima kasih untuk semuanya. Aku sangat mencintaimu dan aku mau menjadi ibu dari anak-anakmu," bisik Anjani. Gemuruh dalam dada berdetak tak beraturan. Arsen membalas pelukan Anjani dan mengusap punggung dengan penuh kasih.

"Anjani .... Aaa ...," teriak Bintang dan Sinta bersamaan. Mereka gemas juga iri dengan Anjani yang diperlakukan bak putri raja oleh seorang pangeran Arsen.

"Tuhan, sisakan pangeran seperti Arsen satu lagi untukku," doa Sinta.

"Doain aku juga, Sint," protes Bintang.

"Iya, iya. Dasar bawel."

Tuhan, sisakan dua pangeran tampan, pengertian, perhatian, baik hati seperti Arsen. Untukku dan juga sahabat karibku, Bintang yang bawel ini. Amin."

Khodam Pangeran GanjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang