Part 18. Kepergian Andre

60 26 0
                                    

Bantuin buat vote ya, Kak.
Klik tanda bintang di bawah ini.

Semoga masih berkenan baca.

***

Sudah menjadi kebiasaan Andre meninggalkan Mayang untuk pergi ke luar kota. Bahkan luar pulau untuk beberapa hari. Pernah juga hingga satu bulan lamanya. Bagi Mayang, ditinggal suami bekerja tak jadi alasan untuk ya berpaling. Toh, di sana Andre sedang bekerja keras mencari segepok uang untuk kehidupan keluarga yang lebih layak.

Sudah lebih dari dua puluh tahun rumah tangganya bersama Andre. Mayang selalu menyiapkan semua perlengkapan Andre untuk beberapa waktu ketika dia di sana. Bahkan, mungkin akan lebih dari satu minggu lamanya di Sulawesi untuk menyelesaikan satu proyek kali ini. Sungguh menyebalkan! Perasaan Mayang berkecamuk dalam dada. Sudah pasti, ia akan menahan rindu. Sangat berat.

Mayang menghela nafas panjang. Menghirup lagi udara lewat kedua lubang hidungnya dan mengembuskan kasar lewat mulutnya. Berulang kali ia melakukan itu. Walau bagaimana pun, performa seorang Andre Sasongko untuk wanita memang sangat sempurna. Namun, Mayang segera menepis jauh-jauh pikiran kotor itu. Selalu berpikir positif bahwa Andre adalah suami yang setia. Bukankah berkhusnudzon itu sangat dianjurkan?

"Mama cukup mendoakan yang terbaik untuk Papa. Selamat sampai ke Sulawesi nanti, pembangunan proyek lancar, meminta izin tidak dipersulit, proyek di sana cepat selesai hingga Papa bisa pulang dengan sehat dan selamat. Itu saja, Mam. Setiap embusan nafasku, hanya ada namamu di hatiku, Mam. Percayalah!"

Sepertinya Andre menangkap kecurigaan Mayang. Seperti yang sudah-sudah, Mayang selalu curiga saat dirinya akan mengerjakan proyek di luar kota.

"Iya, Pap, pasti. Papa jaga mata dan hati di sana ya. Papa pergi sama siapa ke sana?" tanya Mayang.

"Sama Doni dan Amel, Mam. Nanti kalau Mama enggak percaya Papa sedang apa di sana, boleh vidio call atau tanya sama Amel dan Doni."

Mayang sudah tahu betul siapa dua orang yang akan bersama Andre ke Sulawesi. Amel, sekertaris Andre yang sudah bertahun-tahun lamanya. Mayang pun sangat percaya dan perhatian sama Amel. Doni, sopir pribadi Andre yang selalu setia menemani Andre kemana pun ia pergi.

Sambil mendengarkan perkataan Andre, Mayang tetap fokus memasukkan perlengkapan Andre ke dalam koper. Beberapa setel baju kerja, baju santai, jas, hingga perlengkapan mandi. Tak boleh ada yang tertinggal satu pun.

"Papa ngapain masih di situ. Sana mandi deh, Pa. Nanti takut ketinggalan pesawat," ketus Mayang mengingatkan.

"Iya, Mam, siap. Sun dulu dong," pinta Andre manja.

"Kan udah semalam, bahkan sampai pagi. Emang enggak puas?"

"Lagi," rengek Andre.

Cup

Bibir Mayang mendarat mesra di kening Andre. Namun, ia belum puas juga. Andre menunjuk ke pipi kanan, pipi kiri dan terakhir ke bibirnya.

Cup! Cup! Cup!

"Udah ya. Sana mandi!" perintah Mayang.

"Mmm, masih kurang. Papa akan lama di sana. Lagi yuk, Ma," bujuk Andre sambil mengerlingkan mata pada Mayang. Namun, Mayang membalas tak sesuai harapan Andre. Mayang berkacak pinggang, kedua matanya melotot membuat Andre bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

"Dasar Papa. Enggak puas apa semalam dah berapa ronde hingga pagi. Sampai bangunnya kesiangan gara-gara Papa," gumam Mayang.

"Pap, jangan lama-lama. Mama tunggu di bawah ya, sambil nyiapin makanan buat Papa," sambung Mayang sambil berteriak. Karena suara gemericik air di kamar mandi mengalahkan suara lembut Mayang.

Khodam Pangeran GanjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang