Part 15. Lunch

46 28 3
                                    

Rabu, 13 Mei 2020

Aku datang lagi dan semoga sukaaaa...
Happy reading.

***

"Woy! Bengong aja!" sungut Sinta dan Bintang berbarengan sambil menggebrak meja di hadapannya.

Reflek, tangan Anjani menampar pipi mulus kedua sahabatnya itu. Begitulah Anjani kalau dibuat terkejut. Dia akan lakukan menampar atau memukul secara reflek orang yang membuatnya kaget.

"Aduh! Lo parah, masa sahabat sendiri ditampar? Dasar NENEK LAMPIR!" murka Sinta sambil menekankan pada panggilan nenek lampir. Bintang hanya mengusap-usap pipi mulusnya yang mendadak merah karena tamparan keras Anjani sambil memanyunkan bibir ranumnya. Bintang menyadari bahwa yang ia lakukan salah.

"Diem sih, Lo. Lo juga Bintang, ngapain ikut-ikutan kek Sinta. Bukannya menghibur gue, ini malah sahabat sendiri dibiarin sedih."

"Lo kenapa, Anjani?" tanya Bintang.

"Awas! Minggir kalian!"

Anjani menepis kedua sahabatnya itu dan berjalan diantara mereka. Sinta dan Bintang hanya saling pandang. Anjani meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang merenungi kesalahan mereka.

"Gara-gara Lo sih, Anjani jadi sedih. Parahnya lagi, gue yang kena," protes Bintang.

"Kok gue? Lo juga."

"Yuk minta maaf sama dia, takut marahnya berkelanjutan."

Sinta dan Bintang berlari kecil mengejar Anjani. Mereka mensejajarkan langkahnya.

"Anjani, tunggu!" teriak Sinta dan Bintang bersamaan. Namun, Anjani tak menganggap mereka ada. Dia terus berjalan cepat menuju parkiran. Perasaannya tak menentu, apalagi ia dengar bahwa Arsen tak berangkat hari ini. Anjani memutuskan untuk menjenguk Arsen sekarang juga. Meninggalkan kedua sahabatnya itu dengan penuh rasa bersalah.

Sesampainya di tempat parkir, Anjani langsung masuk di kursi penumpang belakang dan menyuruh Mang Udin segera lepas kemudi. Mang Udin melajukan kendaraan sesuai perintah Nona mudanya. Menuju rumah Arsen.

Tak butuh waktu lama, tiga puluh menit perjalanan, sampailah Anjani di rumah Arsen. Mang Udin hanya mengantar Nona mudanya dan memastikan dia masuk rumah itu dengan keadaan baik-baik saja. Setelah itu, Mang Udin akan menjemput Dien dan mengantarkannya pulang terlebih dulu.

***

Luka memar di wajah Arsen sudah mulai memudar. Namun, ia masih harus banyak istirahat di rumah. Sehingga hari ini Arsen tak nampak di gedung kuliah itu. Anjani menemani Arsen hingga sore. Banyak yang mereka bicarakan. Mereka mulai mengenal satu sama lain, bercerita tentang pribadi satu sama lain. Mulai dari hobi, cita-cita masa kecil, makanan kesukaan, hal yang dibenci hingga masalah privaci.

Anjani sudah tak canggung berhadapan dengan Arsen. Beberapa kali pandangan mereka bertemu. Ternyata, Anjani yang sangat sulit membuka hati untuk laki-laki, kini ia sudah mulai luluh dengan perhatian dan rayuan Arsen. Anjani melihat ketulusan di mata Arsen.

"Makan siang dulu, yuk!" ajak Arsen.

Lelaki berkacamata itu mulai memasak untuk makan siang mereka berdua. Tak ada asisten rumah tangga di rumah Arsen. Kehidupan Arsen memang sangat sederhana, tapi entah mengapa penampilannya selalu perfect di mata Anjani. Kebetulan masih ada beberapa bahan makanan di lemari pendingin. Arsen mulai membuat masakan untuk mereka.

Arsen mengeluarkan bahan masakan dari kulkas. Dia mulai meracik semua bahan. Anjani pun turut serta membantu. Saat Anjani akan mengambil wortel untuk mengupasnya, tak sengaja Arsen pun melakukan hal yang sama. Hingga kedua tangan mereka menyatu serta pandangan mereka bertemu untuk kesekian kalinya.

Khodam Pangeran GanjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang