Malam Lailatul Qadar

66 13 0
                                    

“Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.”
(Al Qadr: 04)

***

Hati Bilqis bergetar kala mendapat kabar dari Ustadz Iqbal bahwa malam lailatul qadar tahun ini tiba nanti malam. Ia menangis dikarenakan nikmat yang diberi Allah untuknya. Setelah setahun lalu ia tak bisa merasakan malam tersebut, tahun ini ia kembali merasakannya. Jika tahun lalu ia sibuk dengan banyak hal praktek dan magang, tahun ini ia bisa duduk bersimpuh lama di masjid.

Waktunya di Istanbul tidak lama. Hanya besok waktu yang bisa dihabiskan untuk jalan-jalan. Setelahnya, ia akan berangkat kembali ke Indonesia. Sungguh rasanya sangat rindu. Walaupun hati masih terluka, namun ia sudah bisa mengikhlaskannya. Semua itu dikarenakan rasa cinta terhadap orang lain. Walaupun tak bisa digapai, cukup mengagumi dari jauh saja, ia sudah sangat bahagia.

Pusat ternyaman Bilqis dalam rumah Zaidan adalah balkon belakang lantai dua. Namun kamar yang ditempatinya kini tak kala nyaman. Ia tak menyangka dirinya diizinkan menggunakan kamar utama yang amat istimewa dalam sebuah rumah. Kamar dengan ranjang kayu jati yang di setiap sudutnya memiliki tiang kelambu kain. Tiang tersebut dibaluri oleh kelambu berwarna biru yang sudah diikat di sisi-sisi tiang. Seprai yang berwarna senada pun menampakkan kesempurnaan ranjang tersebut.

Sebuah foto pernikahan terpajang di sudut dinding yang di sampingnya terdapat jendela yang ditutup oleh gorden berwarna biru pula. Ia menebak bahwa Zaidan menyukai warna biru. Namun setahunya, di setiap postingan Zaidan, pria itu lebih memilih menggunakan pakaian yang gelap. Namun saat menyadari masih ada bingkai foto pernikahan di kamar ini, Bilqis menduga bahwa warna tersebut adalah kesukaan Liska.

Semalam ia tak sempat menelusuri kamar ini dikarenakan letih yang menguasai dirinya sehhingga ia tertidur cepat. Sungguh, ia tak menyadari ada luka di kamar ini. Luka yang berasal dari dua hati. Lukanya dan luka Zaidan.

Menurutnya, Zaidan masih amat mencintai Bilqis. Terbukti dari banyak kenangan Liska di dalam sana. Bukan hanya bingkai pernikahan, di nakas tempat ia meletakkan ponselnya semalam terdapat sebuah foto yang tidak disadari keberadaannya. Seorang perempuan cantik dengan mata hitam legam tersenyum indah di sana. Bilqis iri dengan kecantikan wajah itu yang sebenarnya wajah Bilqis lah yang lebih rupawan.

Bilqis meraih bingkai foto ukuran kecil milik Liska. Luka di hatinya bak tertarik semakin melebar dan darah segar berlomba-lomba untuk keluar. Bilqis mengucapkan istigfar begitu menyadari rasa itu salah mampir di hatinya. Namun ia tak bisa berbohong bahwa ia sedang amat cemburu. Mantan istrinya saja ia simpan kenangan dengan rapi, apalagi nanti jikalau ada seorang istri yang meninggal dunia. Mungkin, kenangannya akan lebih baik disimpan dengan rapi dan bahkan mungkin saja dipeluk erat dalam ruangan tersebut, tidak ditinggalkan seperti sekarang. Memikirkan hal itu, Bilqis pun memikirkan siapa jodoh akhirat Zaidan. Akankah dirinya? Ia tidak mau berharap lebih. Diizinkan mencintai pria itu secara diam-diam saja, ia sudah sangat bersyukur.

Mata Bilqis tak sengaja melirik meja rias di dekat lemari pakaian. Di sana masih banyak barang Liska yang ditebaknya tidak sempat terkemas. Bilqis pun bertanya, kenapa Zaidan tidak membuangnya? Sengaja untuk mengenang kenangan, atau ia tak sanggup masuk ke kamar ini? Entahlah! Hanya Zaidan yang tahu.

Setetes air mata mengalir di pipi Bilqis begitu menyadari rasa cemburu itu amat besar di dalam dirinya seperti ia adalah istri Zaidan, yang nyatanya mereka tak memiliki hubungan apapun. Rasa sakit di hatinya terus menjalar sehingga ia menunduk malu terhadap Yang Maha Esa. Seharusnya ia tak perlu secemburu ini. Hal itu tidak lazim dan membuat ia marah akan dirinya sendiri.

Bilqis mengusap kasar pipinya. Menangis di bulan Ramadan hanya akan membuat puasanya tidak berkah. Apalagi menangis bukan karena Allah dan dosa. Lantas setelahnya, ia mengambil kerudung dan memakainya dengan rapi. Ia keluar rumah dan memilih menaiki tangga hendak ke tempat ternyamannya. Namun, begitu ia sampai di sana, seseorang sedang memakai tempat itu untuk shooting. Bilqis pun memilih untuk pergi saja tapi gerakannya kalah lambat dengan mata yang sedang memakai tempat tersebut.

Malam Lailatul Qadar (Series Ramadan) [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang