10. Langkah Awal

18 3 0
                                    

"Gua udah melangkah dan mencoba terbang perlahan-lahan"
*Sikhai
°
°
°

Waktu terus berlanjut. Khai mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri dan akhirnya lulus. Namun keadaan dan jarak yang membuatnya harus memilih.

Khai diterima disebuah perguruan tinggi negeri di provinsi Sumatera Barat jurusan Biologi.

Khai sempat bermimpi lagi bahwa menjadi seorang ahli biologi itu menyenangkan. Ahh lagi lagi mimpi gila nya itu.

Sedangkan Gina lulus di universitas yang sama dengan jurusan Hukum.
Gina ingin menjadi seorang pengacara.

Khai dan Gina berangkat untuk mencari jati diri mereka masing-masing. Maraungi  waktu yang terus berjalan hingga sampai ditujuan akhir nanti. Bukan kematian ya wkwkw!

"Ayah, bunda Khai berangkat yah? Doakan Khai bisa menjadi orang yang mandiri dan hebat setelah pulang nanti." Tangisan Khai pecah ketika menatap sepasang mata yang kian menderu berjatuhan air mata, terlebih sang bunda.

"Sayangnya bunda Khai, bunda pasti akan mendoakan mu sayang. Bunda yakin kamu bisa menjadi orang yang hebat, jangan lupakan ibadahmu sayang. Ingat semua pesan ayah dan bunda, jangan sesekali kamu lupakan pesan orang tua mu ini sayang.
'keberhasilan seorang anak tercapai dari Ridho dan doa orang tua'." Jelas bunda tersedu-sedu.

"Iyaa bundaa. Khai pasti ingat semua pesan bunda".

"Khai, jadilah wanita hebat, jaga diri kamu, kami hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mu sayang". Pesan ayah khai.

"I-i-iya yah, Khai janji akan jaga diri". Sahut Khai sembari memeluk sosok lelaki yang tak pernah menyakiti hatinya.

"Ida, Akram. Jangan sering berantem yaa! Jaga ayah dan bunda. Jangan pernah melawan ayah dan bunda, rajin belajar ya adik-adik kakak". Nasehat Khai pada kedua adiknya.

Lama mereka saling pandang dan berbagi air mata, akhirnya Gina mengajak Khai untuk segera menuju ruang tunggu.

"Khai berangkat, assalamu'alaikum yah,bund, Akram,ida". Pamit Khai.

"Hati-hati kak, Ida sayang kakak". Teriak Ida.

"Kami akan merindukan mu kak". Tambah Akram saat melihat sang kakak sudah mulai menghilang dari kaca pembatas.

Suasana haru masih menyelimuti diri Khai. Tak pernah sebelumnya Khai berpisah jauh seperti saat ini. Bahkan dalam jangka waktu yang panjang.

Tak mudah bagi seseorang melepaskan orang yang dicintainya, bahkan berpisah untuk beberapa lama.

🛩️

Tidak terasa sudah 1 jam 15 menit mereka tiba di bandara internasional.
Air mata masih terisak sedikit demi sedikit jatuh ke pipi Khai. Hufftt Khai anak yang cengeng.

"Khai? Lo ga papa?" Tanya Gina disampingnya.

"Hehe ga kok gin, santai aja masih sedih dikit doang". Balasnya tak bisa berbohong.

"Ntar gue juga nangis, cengeng amat."

"Iya iyaa sorry, ayo pesen grab". Ajak Khai.

"Ayooo!".

Kebetulan Gina memiliki saudara di sana dan untuk sementara waktu Khai menginap dengan Guna menjelang daftar ulang dan mendapatkan rumah kos.

"Selamat datang Gina dan temen nya Gina, namanya siapa?" Sambut 'etek' Ana (artinya Tante) kepada mereka berdua.

"Iyaa Tek ini temen Gina namanya Khai". Ucap Gina.

"Nama saya Khai Tek, salam kenal Tek". Jawab Khai dengan senyuman manisnya.

"Ouh Iyah, ayo masuk nanti akan etek antarkan kamar kalian". Jawab etek Ana.

Mereka masuk dan duduk sembari menghilangkan rasa lelah.
Etek Ana pun mengantarkan mereka ke kamar dan makan bersama.

~~

Udara dingin merebes dalam permukaan kulit, meyisakan suasana merinding dengan bunyian jangkrik yang saling bersahutan.

Tak kalah kodok pun bersahutan seakaan memanggil sesuatu untuk dibasahi. Oh malam yang tenang.

--------bersambung-------


The Flower's IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang