Seorang gadis remaja yang memiliki berambut sebahu dan berkulit putih kini sedang menangis dibalik pohon. Air matanya yang turun secara perlahan lahan, ia tak menyangka kalau akan jadi seperti ini. Violita menangis saat melihat arlies, laki laki yang dicintainya sedang memeluk seorang wanita diujung seberang sana. Ini sungguh sakit, Lita rela berbohong hanya demi menyusul arlies. Tapi yang ia dapatkan malah jadi seperti ini.
"Lita, suatu saat nanti gwe bakal ajak seseorang yang gwe cintai datang ketaman ini"
Violita mengingat ucapan arlies dulu, mungkin harapan untuk membuat arlies mencintainya itu tidak akan mungkin. Lita harus menerima semua takdir ini, meskipun menyakitkan. Ia bisa apa? memaksa seseorang untuk mencintainya? ia tidak sejahat itu. Lita masih melihat arlies yang tengah memeluk seorang wanita, ia tidak tahu siapa wanita itu? Apa mungkin Berlin?.
" Kadang pengorbanan dan usaha pun tak pernah dianggap ada. Buat apa bersikeras bertahan jika pada akhirnya kita tetap tak dianggap. Semua itu sia-sia belaka. Tak akan ada balasan sesuai yang kita harapkan "
Violita membalikkan badannya,ia memutuskan untuk kembali kesekolah saja. Sudah cukup ia merasakan rasa sakit, mulai detik ini Lita mencoba untuk melupakan Arlies.
"Aku harus melupakan mu Arlies, tolong biarkan aku melupakanmu." ,Gumam lita
Saat lita ingin melangkahkan kakinya tiba tiba langkahnya tertahan, ada sebuah tangan memegang lengan Lita. Lita langsung membalikkan badannya, ia terkejut ternyata seseorang yang memegang tangannya adalah Arlies.
"Jangan pergi."
Lita diam mematung, ia bingung dengan sikap dan sifat arlies yang berubah-ubah kapan saja. Apa maksud dari ucapan arlies, apa Lita disuruh menemaninya bersama wanita lain? tidak.. melihat dari jauh saja cukup membuatnya menangis apalagi jika harus melihat dari jarak dekat.
"Aku harus kembali kesekolah, maaf Arlies."
Violita langsung melepas tangan Arlies dari lengannya, ia langsung pergi meninggalkan Arlies yang masih diam mematung. Lita mempercepat langkahnya supaya menjauh dari Arlies, sekarang ia bukanlah gadis yang bodoh lagi. Sudah cukup dirinya disakiti seperti ini.
"Maaf Arlies."
Sedangkan Arlies mengacak rambut frustasi, entah kenapa ada rasa yang mengganjal saat melihat Lita menangis karna ulahnya. Bukan kah Arlies sangat tidak perduli dengan Lita sebelumnya?.
"Kenapa harus lu lit? Kenapa harus lu yang lakuin semua ini? Kenapa kematian mereka itu sebab lu?"
Violita menangis deras disepanjang perjalanan, kedua matanya saja sudah merah dan sembab. Sopir taksi mungkin sedikit bingung, kenapa gadis ini menangis?.
Violita sudah sampai didepan gerbang sekolahnya, ia langsung melangkahkan kakinya masuk. Violita menarik nafasnya panjang lalu tersenyum, ia tidak boleh menangis didepan orang. Lalu tiba tiba Marsha berlari menghampirinya.
"Lit, dari mana aja sih? gwe cariin juga." ucap Marsha
Violita tersenyum kearah Marsha. "Gwe habis kontrol tadi, lu gak kekantin?" tanya Lita
Bel istirahat memang sudah berbunyi sejak tadi. Marsha menggeleng gelengkan kepalanya tapi ia langsung menarik lengan Lita. Lita bingung tapi ia hanya menuruti nya saja.
Marsha membawa kita kekantin untuk makan bersama, Lita juga tidak menolak ia juga lapar. Marsha memesan makanan untuknya dan Lita, Lita tersenyum karna suasana kantin yang ramai sedikit membuatnya lupa tentang kejadian tadi.
Tiba tiba tiga sahabat Arlies menghampiri Lita. Lita menaikkan satu alisnya, ia bingung kenapa ketiga sahabat Arlies menghampiri nya.
"Lit, lu tau arlies gak?" tanya Surya
Lita hanya diam,sebetulnya ia tahu dimana Arlies tapi....
"Gak."Ketiga sahabat Arlies hanya ber'Oh' ria saja, mereka langsung pergi meninggalkan Lita. Lita menahan supaya air matanya tidak jatuh,ia ingin menangis saat melihat kejadian tadi.
"Lupain Arlies, lu pasti bisa Lita."
Tiba tiba Marsha datang sambil membawa makanan dan minuman yang dipesan. Lita tersenyum, akhirnya makanannya sudah datang. Lita langsung mengambil makanan nya dari tangan Marsha tanpa izin.
"Yaelah main comot aja lu."
Lita menghiraukan ucapan Marsha ia tetap memakan makanan itu. Tapi tiba tiba ponselnya berbunyi, ternyata ada pesan masuk dari Ayahnya. Dengan cepat ia langsung membukanya.
Ayah🖤
Pulang nak, ada yang mau ayah bicarakan. Ayah sudah bilang ke kepala sekolah, ayah tunggu.Violita mengerutkan keningnya, ada apa dengan ayahnya? Kenapa ia disuruh untuk pulang lebih awal? Tidak biasanya ayahnya menyuruh nya meninggalkan pelajaran. Lita langsung membalas pesan dari ayahnya.
Iya ayah, Lita Otw pulang nih.
Lita langsung beranjak pergi dari duduknya. "Sha, gwe harus pulang. Ada keperluan mendadak."
Violita langsung pergi meninggalkan Marsha sendirian. Marsha menganggukkan kepalanya, iasedikit kesal dengan Lita yang datang dan pergi seenaknya saja. Tapi ia juga tidak bisa memaksa sahabatnya untuk tetap bersamanya, mungkin memang ada hal penting sehingga membuat violita pergi meninggalkan nya.
°°°°°°°
Maaf gaje ya
Maklum author lagi gak mood
Ikuti saja alurnya
Semoga suka
Jangan lupa votmen
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Oranges[#ViLeS]
Teen Fiction[Belum revisi] Menyukai seseorang sudah beberapa tahun lamanya,tidak dipendam tapi diberi tahu secara terang terangan.Tapi tetap saja laki laki itu tidak menyukainya sedikit pun,meskipun mereka bersatu tapi tak ada rasa cinta. Gadis ini tak berputus...