14.Danau

11 1 0
                                    

"Inget danau ini gak?"

Seorang wanita tengah melihat kearah Arlies sambil tersenyum, Arlies juga menatapnya. Arlies menganggukkan kepalanya.

"Danau ini tempat awal kita bersahabat, 'kan?"

Arlies menatap kearah wanita disampingnya sambil menganggukkan kepalanya. Ia membawa wanita ini untuk duduk dibangku yang ada disampingnya.

"Kenapa lu benci banget sama Violita?"

Saat Arlies mendengar nama Violita ia langsung berdiri dari tempat duduknya, ia menatap tak suka kearah wanita disampingnya tadi.

"Jangan sebut nama wanita itu."

"Kenapa? gw liat lu tadi peluk kan sama Violita."

Arlies berjalan mendekati wanita ini, semakin dekat dan dekat hingga hanya beberapa jarak saja. Arlies berbisik ditelinga gadis ini dengan lembut tapi membuatnya merinding.

"Violita hanya mainanku saja. Jaga rahasia ini, Rita."

Sesudah Arlies berbisik pada telinga Rita ini ia langsung menjauh dari hadapannya, tubuh Rita seketika menjadi tegang dan kaku. Keringat bercucuran didahinya, ini pertama kali baginya Arlies berucap yang membuat dirinya takut. Takut jika dirinya juga ikut menjadi plampiasan yang datang saat butuh saja.

"Lu bolos?"

Rita membalikkan badannya kearah Arlies. "Iya lah, demi sahabat gwe."

Arlies menganggukkan kepalanya paham, ia menatap lurus kedepan melihat pemandangan danau yang indah. Tiba tiba kenangan memorinya berputar dikepalanya, entah itu saat bersama Violita ataupun Rita bahkan Haru.

Flasback on

Seorang anak laki laki yang berlarian kesana kemari, ia sangat menikmati pemandangan danau yang ada didepan matanya. Ia pergi bersama ketiga sahabatnya yang slalu ada bersamanya.

"Haruu....."

Anak laki laki ini kaget saat melihat sahabatnya yang jatuh kedalam danau, meskipun hanya dipinggirnya saja Haru tetap tidak bisa berenang, ia meronta ronta untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Arlies memanggil kedua orang tuanya untuk menyelamatkan sahabat laki lakinya, Azka--papa Arlies-- langsung berlari dan nyebur untuk menyelamatkan Haru.

Violita menangis histeris saat melihat kondisi sahabatnya yang lemas tak berdaya. Arlies berjalan menghampiri Violita dan Rita, wajahnya menjadi merah.

"Siapa yang dorong haru?."

Rita menunjukkan jarinya kearah Violita, sedangkan Violita hanya diam sambil menundukkan kepalanya disertai tangis yang tersenggak senggak.

"Lita cuma bercanda doang, tapi Haru malah jatuh."

"Lies marah sama Lita!."

Arlies langsung pergi meninggalkan Violita dan Rita yang masih diam ditempat, Lita merasa bersalah dan ia sangat menyesali perbuatannya.

"Anak anak masuk mobil, Haru harus segera dibawa ke rumah sakit."

Violita dan Rita menganggukkan kepalanya, mereka berdua langsung berlari menghampiri orang tua. Rita memegang bahu Lita sambil tersenyum.

"Semoga Haru gak papa, jangan sedih."

Violita menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Sejak kejadian itu Haru sakit dan harus dirawat dirumah sakit, penyebab kematian haru juga karna ulah Violita.

Flasback off

Arlies mengacak ngacak rambutnya frustasi, ia juga berteriak cukup kencang. Rita sontak kaget saat melihat Arlies berteriak, ia langsung menghampiri Arlies.

"Lies, kenapa? Lu gak papa?."

Arlies menggeleng gelengkan kepalanya, ia melihat kearah Rita sambil tersenyum. Entah kenapa Arlies mudah tersenyum saat bersama Rita? Apa Violita sudah tak ada kesempatan untuk mendapatkan hati Arlies?

"Gw boleh kasih tau Violita gak? Kalau Rita sahabatnya sudah kembali?."

"Jangan."

Rita mengerutkan keningnya bingung, ia menatap kearah Arlies seolah olah bertanya 'Kenapa?'.

"Turuti saja kemauan ku."

Rita menganggukkan kepalanya paham, sebetulnya ia sudah tak kuat menahan rindu. Ia ingin sekali cepat cepat bertemu Violita, setelah lama menghilang.

######

"Marsha!"

Violita sangat kesal dengan Marsha yang sejak tadi hanya menghiraukan ucapannya, ia sudah berkali kali memanggil namanya tapi hanya dibalas dengan deheman tanpa melihat kearahnya. Marsha slalu fokus pada gadget nya untuk bermain games.

"Apa sih lit."

Violita menyilangkan kedua tangannya didada sambil menatap sinis kearah marsha, ia sedang sebal dengan sahabatnya.

"Lu tau Arlies gak? Kok tadi dia gak ikut pelajaran ya?."

Marsha masih fokus pada gadgetnya, ia menaikkan kedua bahunya. "Kita kan sekelas, kenapa lu tanya gwe."

"Iya juga ya, gw pamit mau tanya sama temennya dulu."

Marsha menganggukkan kepalanya, Violita langsung berlari keluar kelas untuk mencari teman teman Arlies.

Violita melambaikan tangannya keatas sambil berteriak memanggil nama teman teman Arlies, "Surya,Zidan,Rasya."

Ketiga teman Arlies langsung melihat kearah Violita, Lita langsung berlari menghampiri mereka bertiga.

"Liat Arlies gak?."

Ketiga teman Arlies menggeleng gelengkan kepalanya, mereka bertiga benar benar tidak tahu dimana Arlies sekarang berada.

"Bukannya lu sekelas ya lit?"

Violita menganggukkan kepalanya, ia memang benar sekelad dengan Arlies tapi ia tidak tahu kemana Arlies pergi. Terakhir ia bertemu di rofftop dan Arlies bilang ada janji dengan seseorang.

"Gw tadi dirooftop sama dia terus Arlies pamit pergi katanya ada janji, kirain kalian tahu."

"Tuh orang akhir akhir ini suka ngilang ngilangan." Ucap Zidan

"Bener tuh, kayak pesulap tau gak," tambah Surya membetulkan ucapan Zidan.

Violita langsung pergi meninggalkan mereka bertiga, ia berlari untuk menemukan Arlies.

Apa ini karna wanita itu?? Rasanya perjuanganku memang benar sia sia.

######

Maaf gaje yak
Jangan lupa votmen
Semoga suka

Maaf kurang panjang soalnya lagi fokus nonton drakor asekk:v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Oranges[#ViLeS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang