12.Wanita Itu

21 3 4
                                    

Disarankan Dengarkan Lagu Sedih
Jangan lupa votmen

Harusnya aku tahu bahwa cintamu adalah sebuah permainan.
_Violita_

Violita sudah menduga, ia disuruh pulang lebih awal cuma karna membahas tentang perjodohan. Lita bingung, apa yang harus ia lakukan? Melanjutkan perjodohan? Bukan kah Arlies sudah mempunyai Berlin?

"Ayah, Lita pengen batalkan saja perjodohan ini."

Violita menghembuskan nafasnya, ia sudah yakin dengan keputusannya. Ia tidak ingin membuat Arlies sengsara lagi, sudah cukup ia membuat Arlies susah. Lita tersenyum kearah Arlies meskipun hanya dibalas dengan ekspresi datar.

Semua kaget kecuali Arlies, Lita sudah yakin kalau keputusannya ini benar. Tidak membuat dirinya sakit hati lagi dan tidak membuat Arlies sengsara.

"Memangnya kenapa?" tanya azka

"Karna Arlies sudah mempunyai pacar, Lita gak mau merusak hubungan mereka om,tante. Namanya berlin," Ucap Lita

Violita berusaha untuk menahan air matanya, ia tidak boleh menangis apalagi didepan ayahnya. Meskipun sakit, Lita harus merelakan Arlies. Perjodohan ini yang diinginkan Lita sejak dulu, tapi apa ia tega memaksa seseorang untuk mencintainya??

Azka--papa arlies--melihat kearah Arlies dengan sorot mata yang sulit diartikan antara marah dan kecewa bercampur menjadi satu. Sedangkan Lita selalu berusaha untuk membendung air matanya, sebetulnya ia tidak sanggup untuk mengatakan yang sejujurnya.

"Siapa Berlin?" Tanya azka kepada putranya. Arlies hanya diam tak berekspresi sambil menatap kearah Lita, Lita langsung menundukkan kepalanya ia takut Arlies marah padanya.

Tiba tiba Azka menarik lengan putranya untuk keluar dari rumah Violita, Lita sedikit bingung kenapa Arlies ditarik lengannya kasar oleh papanya sendiri.

"Saya permisi pulang dulu."

Nova menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan keluarga Adiputra untuk pergi dari rumahnya. Violita menghembuskan nafasnya lega, akhirnya ia bisa membatalkan perjodohan. Apa semuanya berakhir bahagia??

Lengan Arlies ditarik kasar oleh papanya hingga masuk kedalam mobil. Mina hanya bisa diam saat melihat putranya ditarik seperti itu oleh suaminya. Tidak ada yang berani melawan Azka, jika melawan orang itu akan mendapat masalah.

Sesampai di rumah Arlies tetap ditarik kasar oleh papanya, ia tetap diam mengikuti arahan papanya. Tidak menjawab ataupun menolak. Arlies sudah menduga kalau papanya akan marah besar kepadanya.

Plak..

Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipi kanan Arlies, ia tetap diam tak membalas apa yang dilakukan papanya. Tidak ada hujan atau petir Arlies malah tertawa renyah didepan Azka, Mina juga bingung kenapa putranya malah tertawa?

"Kamu sudah gila?" Tanya Azka

Arlies memalingkan wajahnya sambil tersenyum smirk, ia mengelap ujung bibirnya yang berdarah akibat tamparan keras dari papanya.

"Menurut lu?" Ucap Arlies

Wajah Azka semakin memerah menahan amarah, ia ingin menampar Arlies sekali lagi tapi langsung menurunkan tangannya. Arlies menatap Azka dengan sorot mata tajam, ia juga tersenyum smirk.

"Arlies, bukan mesin uang." Ucap Arlies

Kini wajah Azka semakin merah, mungkin sebentar lagi emosinya meledak. Arlies menarik nafasnya panjang lalu menghembuskan nafasnya, ia langsung menatap kearah Azka.

"Lita itu pembunuh pah!!" Bentak Arlies

Emosi Arlies tiba tiba memuncak, ia sudah tak bisa menahan amarah. Azka menarik nafasnya panjang, ia tidak tahu maksud putranya.

"Haru meninggal Karna Lita." Ucap Arlies

Arlies langsung pergi meninggalkan papanya, ia masuk kedalam mobilnya dan pergi keluar dari halaman rumah. Arlies membanting setirnya kini setetes air matanya turun. Tidak biasanya Arlies menangis, ini jarang sekali bahkan kejadian langka bagi Arlies.

Arlies langsung menghapus air matanya, ia menjambak rambutnya frustasi.

Kenapa harus lu lit yang buat haru meninggal? Dan kenapa papa cuma jadiin lu ladang uang? ,Batinnya

Arlies berhenti disebuah taman, ia turun dari mobilnya. Melangkahkan kakinya untuk duduk disebuah bangku yang cukup indah. Lalu tiba tiba ada seorang wanita yang menghampirinya, Arlies langsung berlari menghampirinya lalu memeluknya erat.

Gadis ini hanya diam mematung, jantungnya kini berdetak lebih kencang dari biasanya. Arlies masih memeluknya erat sambil mencium kening gadis ini.

"Lu kenapa?" Tanya gadis ini

Arlies melepas pelukannya lalu tersenyum kearah gadis ini, ia mengajak gadis ini untuk duduk disampingnya. Gadis ini menganggukkan kepalanya lalu duduk disamping Arlies.

"Gwe bingung."

Gadis ini melihat kearah Arlies sambil mengerutkan keningnya, Arlies menatap kearah gadis ini.

"Tentang violita."

Gadis ini langsung memalingkan wajahnya, entah kenapa saat membahas tentang violita hatinya terasa sakit. Apa ia menyukai Arlies? Sungguh?

"Memangnya kenapa?"

"Gwe bingung sama perasaan gwe sendiri."

Gadis ini menarik nafasnya panjang lalu ia menatap mata Arlies dalam sambil memegang bahunya. Ia tersenyum kearah Arlies, meskipun sakit ia tetap kuat.

"Yakinin perasaan lu."

Arlies melepas tangan gadis ini dari bahunya lalu ia menatap kosong kedepan.

"Gwe mencintai dua wanita sekaligus."

Gadis ini diam seribu bahasa, ia tak menyangkan bahwa Arlies bisa seperti ini. Entah kenapa ia berharap bahwa Arlies bisa mencintainya.

"Gwe brengsek ya?"

Gadis ini hanya bisa diam, ia bingung harus menjawab apa.

"Gwe pulang dulu ya, besok malam kita ketemu disini lagi."

Arlies mengacak ngacak rambut gadis ini lalu pergi meninggalkannya. Kini jantung gadis ini berdetak cukup kencang, mungkin ia akan sulit tidur hari ini.

Arlies, aku takut kamu memilih violita dan pergi meninggalkanku

•••••••••
Hallo lanjut gak nih??
Penasaran gak?
Jangan lupa votmen

Oh ya penulisannya belum aku revisi lagi hehehe

Love Oranges[#ViLeS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang