Permohonan Umma
Hafizah diam mengamati kedua orang tuanya yang asyik tertawa lepas. Perasaan bahagia menyelimuti relung hatinya. Baru pertama kali ia mendengar Abah Husein berkata sampai segitunya mengenai calonnya itu. Jujur dalam hati, Hafizah juga merasakan hal yang sama. Rasa kagum terpancar jelas dari air mukanya ketika bertemu dengan pemuda itu, Ilyas Abdullah Ithifaqhia. Pria dengan sejuta pesona dengan mudah memikat para wanita. Termasuk ... Hafizah yang mulai menaruh harapan padanya.
Ponsel yang sedari tadi tergeletak di meja berdering hebat. Abah Husein meraihnya lalu tersenyum setelah mengetahui siapa yang menelfonnya. Umi Fatimah yang berada tepat di sampingnya pun bertanya-tanya mengenai perubahan sikap suaminya itu.
Dari ujung telepon suara salam menggema. Abah Husein sengaja meng-loudspeaker agar Umi Fatimah dan putrinya tahu siapa yang telah menelfonnya.
"Bagaimana, Umma Sofia?"
"Aku ingin perjodohan putraku dengan putrimu dipercepat. Bila perlu mereka lusa menikah."
Umi Fatimah dan Hafizah saling melempar pandang. Berbagai pernyataan berkecamuk memenuhi otak keduanya. Antara tidak rela Umi Fatimah rasakan. Dirinya terlihat resah jika menyangkut kebahagian putri semata wayangnya itu.
Kening Abah Husein mengerut tidak faham dengan apa yang dikatakan Umma Sofia padanya. Mengapa harus secepat itu? Apa Ilyas memberontak secara terang-terangan pada Ummanya? Pikirnya.
"Mengapa terburu-buru, Umma Sofia? Mengapa njenengan tidak menunggu sampai istikharah Hafizah? Ada apa?"
Hening. Umma Sofia tidak menjawab pernyataan Abah Husein. Terdengar di ujung telfon Rafa tengah berceloteh tentang taman dan mainan baru yang telah dibelikan Umma Sofia padanya.
Helaan nafas terdengar hingga suara Umma Sofia terdengar kembali. "Aku tidak ingin Ilyas larut dalam kesedihannya. Mengingat dia baru saja melepas kekasihnya itu karena ... aku."
Ucapan Umma Sofia terdengar sendu membuat semua orang terbungkam.
Ada secercah kesedihan yang tak bisa dideskripsikan oleh siapa pun termasuk Abah Husein sendiri."Maka karena itu njenengan menjodohkan Ilyas dengan anakku?"
Umma Sofia terdiam. Lalu berucap kembali. "Iya, dan aku yakin anakmu, Hafizah mampu menjadi istri yang sempurna untuk Ilyas. Istri untuk anakku."
Sambungan telepon terputus. Umma Sofia menunduk sembari menumpahkan segenap gudahnya. Tubuhnya bergetar hebat. Cairan kental mengalir dari lubang hidung Umma Sofia diikuti air matanya yang mengalir. Jemari ringkihnya mengusap cairan itu dan menengadahkan tangan. Isak tangis meledak melihat bercak darah tercetak di jemari tuanya itu.
Kepalanya berdenyut-denyut. Rasa sakit di kepalanya mulai terasa. Umma Sofia bangkit lalu mulai mencari obat di laci. Naas, belum sampai di nakas, tubuhnya limbung tidak mampu menahan rasa sakit di kepalanya.
***
Derit pintu terdengar lebar. Seorang wanita dengan rambut sebahu melangkah mendekat pada sebuah meja. Dihempasnya bobot di samping wanita berambut panjang yang di blow. Gadis itu memakai memakai gaun terusan panjang tanpa lengan mengekspose kulit lengannya yang putih bersih.
"Kebisaan lo telat! Gak bisa on time sedikit apa?" tegurnya.
Katty terkekeh geli mendengar teguran dari sahabatnya itu. Ia mengangkat tangannya memberi isyarat pada pelayan untuk mendekat. Seorang pelayan melangkah dengan buku menu di tangan menghampiri Selena dan Katty. Pelayan itu mulai menanyakan tentang makanan atau minuman apa yang akan mereka pesan. Katty menyebut orange jus dan spaghetti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri untuk Anakku (Marry an Angel of Heaven)
RomanceMenikah bukan hanya soal cinta. Tapi menikah menyatukan dua sisi manusia yang berbeda. "Menurutmu apa itu cinta, Mas?" tanya Hafizah sembari memandang langit-langit kamar mereka. "Cinta menurutku sebuah rasa yang dimiliki seorang manusia pada umum...