Rencana
Ilyas sama sekali tidak bisa mengalihkan padangannya pada wanita di depannya. Rasa aneh yang ia rasakan ketika melihat wanitanya tengah berkutat di dapur dengan bibir merapal bait demi bait ayat dengan fasih membuatnya merasakan rasa yang sama ketika pertama kali melihat Selena. Tidak ada yang menyangka jika ia telah menikahi sosok wanita seperti Hafizah. Wanita dengan berjuta pesona bisa membuat siapa saja bertekuk lutut padanya.
Tapi tidak dengan Ilyas. Hatinya masih milik Selena seorang. Sampai kapanpun itu. Namun jika Tuhan sudah berkehendak maka ia tidak bisa menolak takdir yang sudah digariskan oleh-Nya.
Yang ia pahami hanyalah ia berhak mencinta untuk orang yang patut untuk ia cintai. Dan untuk Hafizah, rasanya sangat tidak mungkin mencintai wanita sempurna seperti dia. Ia penuh dengan dosa sedangkan Hafizah? Putih layaknya bayi baru saja dilahirkan oleh Ibunya. Perbedaan itu yang membuatnya minder jika harus menaruh rasa pada wanita sesempurna bidadari surga seperti dirinya.
Ketukan pintu mengalihkan pikirannya. Ilyas bangkit melangkah menuju ruang tamu. Ia bertanya-tanya mengenai siapa yang datang bertamu siang-siang ke rumahnya. Apa boss-nya datang untuk memberi surat peringatan atas ketidak hadirannya beberapa minggu ke kantor? atau petugas dari bank menagih cicilan mobil atau kartu kreditnya?
Malas bertanya dalam hati ia membuka pintu mendapati Anggara di depan pintu dengan wajah penuh emosi. Rahang berotot pria itu mengeras memperlihatkan otot di bagian leher maupun wajah yang tercetak dengan jelas.
Tanpa babibu Anggara langsung memberi tonjokan di rahang Ilyas hingga terpukul mundur ke belakang. Darah mengalir dari sudut bibirnya. Ilyas menatap tidak mengerti pada pria tua di depannya hingga tiba-tiba memberi hadiah berupa tonjokan.
"T--tuan, ada apa? Mengapa Anda tiba-tiba melakukan hal itu? Apa salah saya?" tanyanya sembari berusaha bangkit.
"Kau bertanya padaku apa salahmu, ha? Kau sudah meracuni otak putriku hingga membuatnya seperti orang gila karena mencintaimu!"
"Ada apa ini?" tanya Hafizah. Ia menoleh menatap suaminya hingga kemudian terkejut melihat darah yang mengalir di sudut bibirnya. "Mas, bibirmu berdarah."
Ilyas mengusap sudut bibirnya. Nyeri ia rasakan ketika mengusap bibirnya. Anggara menatap wanita di samping Ilyas dengan penuh tanya. Hafizah menoleh menatap sekilas lalu menundukan pandangannya.
"Siapa kau? Apa hubunganmu dengannya?" tanyanya.
"Saya Hafizah, istri Mas Ilyas."
Anggara menatap Ilyas dan Hafizah bergantian. Berbagai spekulasi muncul di otaknya. Ilyas sudah menikah, lalu bagaimana bisa dia menjalin kasih dengan putrinya? Apa dia berselingkuh atau tidak betah di rumah?
"Istri?"
"Iya, Tuan. Dia istri saya. Saya sudah menikah seminggu bertepatan dengan Umma saya meninggal. Saya tidak menjalin hubungan apapun dengan Selena. Kami sudah mengakhirinya waktu Umma menjodohkan saya dengannya. Jika Selena masih mencintai saya, saya mengerti itu. Saya juga masih mencintainya tapi saya sadar diri, status saya sudah berubah dan saya tidak mau bermain api dengannya," kata Ilyas jujur.
Anggara bergeming lebih memilih menatap wanita di samping Ilyas. Ada perasaan aneh ketika melihat wanita itu. Wajah wanita itu mengingatkan akan seorang yang sudah ia lupakan bertahun-tahun lamanya. Mata, hidung, bibirnya mengingatkannya akan hal itu.
Tanpa kata, Anggara melangkah meninggalkan rumah Ilyas menuju mobil yang terparkir di depan pagar pembatas. Sekali ia berbalik menatap Hafizah yang menatap Ilyas dengan penuh kekhawatiran kemudian masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri untuk Anakku (Marry an Angel of Heaven)
RomanceMenikah bukan hanya soal cinta. Tapi menikah menyatukan dua sisi manusia yang berbeda. "Menurutmu apa itu cinta, Mas?" tanya Hafizah sembari memandang langit-langit kamar mereka. "Cinta menurutku sebuah rasa yang dimiliki seorang manusia pada umum...