part 13b

278 19 0
                                    

Cie Author Fa kembali lagi cb yang enggak kalah sama punya ... siapa ya🤔 punya bebebku pastinya😂. Siapa🤔 orang pastinya. Jangan lupa vote and komen ya, gays. Karena vote and komen kalian menentukan up apa enggaknya cb ini. And ... happy reading😘

***

Mutiara yang Tersembunyi

Setelah menyelesaikan makan siangnya Ilyas kembali lagi ke ruangannya melanjutkan bekerja. Azan berkumandang menyeru umat manusia bersujud di atas sajadah. Mengagungkan nama Tuhannya, Allah, Allah, Allah, dan Allah.

"Yas, salat, yuk?"ajak Annisa di depan pintu.

"Nanti aja, lagian baru azan," elaknya. Walau dalam hati ia malas melakukan kewajibannya itu.

"Come on, Yas. Enggak malu sama umur, ha? Sudah tua juga masih ngaret kayak bocah! Ayo, salat. Cewek itu sukanya sama cowok ahli ibadah. Bukan ahli dalam cari duit saja!"

"Palingan kamu disuruh salat sama istrimu enggak nurut atau malah ngebentaknya, ya? Duh, Ilyas Abdullah Ithifaqhia yang ganteng mirip Zayn Malik. Amit-amit aku punya temen sampai kayak gitu. Apa lagi buat istrimu nangis. Neraka menunggu. Ayo, salat."

Sejenak Ilyas termenung mendengar perkataan sahabatnya itu. Apa dia salah memperlakukan istrinya seperti itu? Membentak ataupun mencaci maki tidak sekalipun ia diajarkan berbuat seperti itu. Ilyas diajarkan untuk menghormati dan mengasihinya layaknya mengasihi Ummanya.

"Heh, kok ngelamun! Ayo, salat. Mau disalatkan sebelum kamu mau salat?" Ilyas menggeleng lemah kemudian melangkah mengiringi Annisa dan beberapa wanita lainnya menuju masjid terdekat dari kantornya.

***

Pikirannya terus tertuju pada Hafizah. Entah bagaimana dia sekarang di rumah? Sudah makan atau belum kah dia? Apakah dia masih menangis seperti tadi pagi? Mobil melambat lalu berbelok. Tukang kebun izin pulang kampung dengan alasan anaknya sakit. Dengar terpaksa ia turun dari dalam mobil. Belum sempat ia membuka pintu, Hafizah keluar dari dalam rumah membuka gerbang, mendorongnya membuka akses agar mobil suaminya bisa masuk ke dalam.

Ilyas mengemudikan mobilnya masuk ke dalam, memarkirkannya di garasi. Ia melangkah menghampiri Hafizah yang tengah berkutat dengan gembok di tangan. Terlihat ia kesusahan membuatnya harus mendesah panjang.

"Minggir dan pegang ini!" Ilyas menyodorkan tas kerjanya lalu memberi perintah. Tanpa kata Hafizah meraih tas tersebut lalu mundur selangkah.

"Ah, ternyata memang susah," keluhnya sembari terus berusaha memasang gembok dan akhirnya bisa.

Ilyas berbalik, seketika pandangnya bertemu. Ia melangkah mendekat sedangkan Hafizah mundur hingga sebuah batu membuat tubuh istrinya hampir jatuh ke belakang namun untungnya dengan tangkas Ilyas menarik tangannya hingga tubuh Hafizah membentur dada bidangnya. Dengan perasaan bersalah ia merengkuh tubuhnya tanpa menyadari tas di genggaman Hafizah terjatuh ke paving.

Hafizah yang mendapat perlakuan tersebut hanya bisa pasrah tanpa berniat membalas. Ingatanya kembali ketika Ilyas membentaknya dan tanpa sadar air matanya menangis membasahi kemeja yang membalut tubuh tegap suaminya. Merasakan dadanya basah ia semakin mengeratkan pelukannya membuat tangis yang sedari tadi Hafizah tahan tumpah sudah.

"Maafkan aku telat membuatmu terluka tadi malam." Ilyas melepaskan pelukannya. Perlahan menghapus air mata yang terus saja keluar dari kejora milik Hafizah kemudian mendarat kecupan di kening Hafizah membuat wanitanya terus saja menangis.

"Jangan nangis terus. Aku bingung harus apa sekarang," ungkapnya dengan mimik wajah menyedihkan.

"Mas ...."

Istri untuk Anakku (Marry an Angel of Heaven)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang