part 8

298 22 0
                                    


Pernyataan

Selena berteriak histeris mengingat perlakukan Ilyas padanya. Ia tidak menyangka jika sang kekasih akan bersikap seperti itu padanya. Pada kenyataan mengejutkan menampar dirinya. Pergerakannya terlalu lambat hingga kecolongan. Katty yang melihat sahabatnya histeris bagaikan orang gila hanya bisa menggelengkan kepalanya sesekali menghirup napas malas.

"ILYAAASSS!"

Selena meraih vas bunga di nakas lalu melemparnya ke arah Katty yang berdiam diri di kamar pribadi wanita yang tengah kesurupan. Maaf, ralat. Wanita yang terlihat seperti kesurupan namun depresi berat karena mantan kekasihnya itu. Katty yang merasa nyawanya terancam langsung memenggai kepalanya sembari tiarap di ranjang milik sahabatnya itu.

"Lo gila ya, Sel?"

Selena menoleh menatap sahabatnya dengan perasaan tak bisa dideskripsikan. Air matanya terus saja mengalir tiada henti membuat Katty yang sedari tadi diam bangkit kemudian memeluk sahabatnya yang tengah rapuh.

"Udah, jangan nangis. Lo move on aja dari Ilyas. Lagi pula dia udah punya istri, bukan?"

Selena melepas pelukan Katty. Dengan marah ia menunjuk wajah Katty dengan berteriak layaknya orang gila.

"Move on kala lo? Gak semudah itu, Katt." Selena menunjuk dirinya sendiri. "Gue udah terlanjur cinta banget sama Ilyas. Gue gak bisa!"

Katty memutar otak mencari kata-kata yang tepat agar bisa membuat sahabatnya yang stress karena cinta bisa kembali lagi menjadi Selena yang waras. Dasar budak cinta. Pikirnya.

Katty memegang bahu Selena sembari mengguncangkannya. Berharap otak sahabatnya normal kembali seperti semula. Ya, semula. Katty mengira sahabatnya sudah mulai rada kurang waras. Dan ia perlu melakukan hal itu.

"Sadar, Sel. Ilyas udah nikah. Lo mau jadi pelakor alias perebut laki orang? Mau taro di mana wajah cantik lo kalau lo jadi pelakor, ha? Come on babby. Berpikirlah nasib keluarga lo. Bokap sama Nyokap lo. Jangan gila, Sel. Gue enggak setuju. Kalau lo mau gitu, gue gak bisa bantu. Gue takut dosa. Gue udah kapok jadi pelakor dulu."
Katty angkat kedua tangannya, melangkah meninggalkan Selena yang terus menangis tersedu-sedu tiada henti.
***
Sudah seminggu kematian Umma Sofia Ilyas terus saja bersedih. Hafizah yang menyandang status sebagai seorang istrinya hanya bisa memintanya untuk mendoahkannya. Dan lagi-lagi ia tidak menggubrisnya seperti waktu Ummanya menasehatinya dulu.

Ilyas mendesah memandang Hafizah dalam balutan mukena putih yang membalut tubuhnya. Sudah tiga jam ia duduk di atas sajadah dengan mengucap bait per bait kalam ilahi. Pikirannya melayang pada Selena--mantan kekasihnya--yang sudah ia putuskan hanya karena wanita di depannya. Berbanding terbalik dengan apa yang ia baca dari dokumen waktu itu. Wanita itu nampak lebih misterius ketimbang dirinya sendiri.

Gelenyar aneh menjalar ke dadanya membuatnya merasa tenang. Bukan ketika melihat wajah Selena melainkan mendengar lantunan ayat suci Al-Quran yang menggema dengan lembut di telinganya. Pandangannya tak berhenti menatap wanita yang tengah memejamkan matanya dengan Al-Quran terbuka di tangannya. Mulutnya terus saja berucap tanpa merasa letih sedikit pun. Jemarinya terus saja lincah membuka lembar demi lembar halaman.

Ingatannya kembali ke titik awal kehidupannya sebelum Abinya meninggal. Masih tercetak dengan jelas waktu itu Abinya memintanya untuk menikahi seorang hafidz Quran dan kini keinginannya telah tercapai. Ia memiliki seorang istri yang didambakan Abinya. Dan itu tidaklah membuatnya menyesal. Ia merasa bukan menikahi seorang wanita biasa melainkan menikahi bidadari surga. Wanita yang akan membuka matanya tentang keadilan yang telah Tuhan berikan padanya tanpa ia sadari. Wanita yang akan mengubah pandangnnnya tentang agama lebih baik dari pada sebelumnya. Wanita yang akan membimbingnya, menarik tangannya menuju surga. Tempat di mana manusia mendapatkan kesenangannya di akhirat nanti.

Istri untuk Anakku (Marry an Angel of Heaven)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang