Sakit rasanya, saat kata-kata itu keluar dari mulut orang yang kita cintai.
-Nay
*******
Pak Doday menggaruk tengkuknya. Sudah beberapa kali ia membangunkan Nayla tapi gadi ini tak kunjung bangung. Sampai akhirnya panggilan dari Friska yang meneriakinya di depan pintu restaurant membuat dirinya segera berlari kesana.
"Pak dodi liat si bocah kecil Nay gak?" ucapnya ketus.
Pak Dodi mendelik tak suka. "Ada di pos saya"
Friska tampak tercengang, setelah itu ia tersenyum miring. "Ngapain dia disana? Tapi pantes juga ya disana."
"Maksud dek Friska apa?"
Friska menggeleng dan tersenyum, "Enggak, pak. Yaudah bapak bisa suruh dia ke dalam? Makanan nya sudah siap."
Setelah mengucapkan itu Friska berlalu pergi, membuat Pak Dodi mencibir. Lelaki itu kembali menuju pos nya. Dan saat ia masuk, ternyata Nayla sudah terbangun dan memakai kembali sepatunya.
"Pak Doday kok gak bangunin, udah setengah 1 lagi" dumelnya.
"Yeuh. Udah dibangunin kali Nay berapa kali, tapi Nay nya aja gak bangun"
Nayla mencebik setelah itu ia berdiri,
"Dahlah, Nay mau isi perut dulu. Marah juga butuh tenaga! Dah Pak Doday!" ucapnya sambil melambaikan tangan dan berjalan memasuki restaurant kembali.
Ia menghela nafasnya. Setidaknya rasa malu nya berkurang karna pasti pelanggan yang menyaksikan kebodohannya tadi sudah tidak ada. Well, tinggal pegawai-pegawai tak sopannya itu.
Panjang umur.
Friska si pegawai menor itu datang dengan wajah malas dan menyimpan asal tataan makanannya di depan Nayla. Membuat Nayla berdecak,"Kayaknya Nay harus aduin ke Rimba atas perlakuan Kakak menor!"
Friska melotot tajam lalu bersedekap dada, "Lo berani?aduin aja gue gak-ta-kut!" ucapnya dengan menekan akhir kata.
Nayla mencibir dan menghiraukan wanita didepannya. Ia jadi tidak mood untuk makan. Di tariknya gelas yang berisi lemon tea. Lalu ia meminumnya sedikit-sedikit dengan tatapan yang tertuju ke pintu ruangan Rimba.
"Im lama banget, sih!" gerutunya sambil memutar-mutar sedotan.
Ia menatap sate yang menggiurkan itu tanpa minat. Biasanya ia bisa menghabiskan 3 porsi sate disini. Namun karna mood nya sudah terlalu ancur, ia tidak berminat sama sekali untuk mengisi perutnya yang sebenarnya telah meminta minta untuk diisi.
Biar saja, ia akan menunggu Rimba.
Tepat setelah lemon tea nya itu tandas, pintu ruangan Rimba terbuka dan keluarlah beberapa koki dari sana lalu disusul oleh Rimba.Nayla segera mengalihkan pandangannya keluar jendela. Ia sedang marah pada Rimba saat ini. Perlakuannya tadi benar-benar membuatnya malu! Rimba memang kejam!
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessif Ice Boy
RomanceMenikah muda? not bad Bukan cerita tentang perjodohan dengan alasan bisnis atau persahabatan orang tua. ------------ "Nay, bibir ini milik siapa?" tanya Rimba dengan suara seraknya. "Milik imba!" jawab Nayla dengan nada imutnya. Dan Rimba tidak per...