Aku yang berusaha membuat jarak. Namun aku sendiri yang ingin menepis jarak.
-Rim
******
Rimba memasuki ruangan belajarnya dan menutup pintu dengan kencang. Dirinya telah diselimuti oleh amarah. Walaupun ada sedikit rasa bersalahnya karna telah berkata kasar pada Nayla. Namun, amarahnya lebih mendominasi.
Sejak kemarin fikirannya benar-benar kacau. Ada banyak masalah yang datang silih berganti. Dimulai dari tugas-tugas osis yang diberikan. Dirinya menjabat sebagai ketua osis, namun dirinya pula yang menanggung semua tugas. Yang membuat tugas dikelasnya pun menumpuk akibat terlalu sering dispen. Ia harus mengejar nilai sebelum memasuki ujian-ujian yang akan datang.
Setelah itu masalah si restaurant nya yang mendapat pesaing yang meniru gaya juga menu dari restaurant miliknya yang mau tak mau Rimba memilih untuk menambah menu dan merubah gaya sedikit gaya restaurant nya itu.
Belum berhenti disitu, kemarin sore papa nya sudah mulai memberi tugas kantor yang menurutnya berat karna ia harus mempelajarinya dulu baru bisa menyelesaikan tugasnya. Lalu, masalah yang paling berat lagi adalah saat Papa nya membicarakan tentang mama, yang ia curigai berselingkuh.
Walaupun selama ini mereka jarang berkumpul dan sibuk dengan urusan masing-masing, setidaknya Rimba tidak menginginkan perpecahan di keluarganya. Sudah cukup bahwa Mama nya itu lebih memilih untuk menjadi model dibanding mengurus dirinya saat kecil. Dan setelah ia tumbuh dewasa, Mama nya ingin memegang salah satu saham Papa. Membuat Rimba terbiasa sendiri sejak kecil.
Memikirkan masalah itu, membuat Rimba kembali menggeram frustasi. Belum saja masalah-masalahnya itu selesai dan sekarang Naylanya menciptakan masalah baru yang membuat dirinya cemburu.
Lelaki itu bersandar pada sofa coklatnya. Matanya terpejam. Dan air matanya tiba-tiba menetes namun dengan cepat ia hapus. Rimba dengan segala kegalakannya, dengan segala kekuasaannya. Itu tak menjamin dirinya selalu bahagia.
Seberapa besar kekuasaannya itu, membuat beban nya juga menjadi lebih besar. Yang suatu saat ia pasti berada di titik lelah tak bisa mengangkat beban itu sendirian.
Akhirnya, setelah beberapa jam ia tertidur di sofa pening dikepalanya mulai menghilang walau hanya sedikit. Ia bangkit dan berjalan keluar dari ruangannya menuju kamar. Tiba-tiba bayangan tentang bentakannya pada Nayla mulai muncul. Namun ia tepis dan meneruskan jalannya kedalam kamar.
Ia menatap datar pada sekeliling kamar karna tak menemukan sosok istrinya. Namun, saat mendengar suara dibalik pintu kamar mandi barulah terjawab pertanyaannya. Jika kalian menyangka bahwa marah Rimba telah hilang, itu salah. Rimba masih ingin mendiami Nayla. Membuat hukuman pada gadis itu.
Ia pun merebahkan tubuhnya di ranjang. Setelah menyimpan satu bantal di sofa, ia mulai memejamkan matanya dan terlelap.
*****
Mata Nayla mulai mengerjap. Sakit dikepalanya mulai menyerang saat dirinya baru saja membuka mata. Dinginnya hawa didalam bathub ini membuat gadis itu bertanya-tanya pukul berapa sekarang.
Badan mungilnya mulai mencoba bangkit dan menahan rasa pusing itu. Lalu menanggalkan semua pakaiannya dan mulai berganti pakaian.
Setelah itu barulah Nayla keluar dari kamar mandi yang langsung disuguhi pemandangan Rimba yang sudah memasuki alam mimpi. Matanya mulai memanas kala mengingat kejadian siang tadi.
Nayla memilih untuk berjalan keluar kamar dan memasuki dapur untuk memasak makanan karna perutnya yang sakit akibat belum makan sejak tadi siang. Dan saat dikamar ia melihat sudah pukul 7 malam. Pantas saja ia merasa lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessif Ice Boy
RomanceMenikah muda? not bad Bukan cerita tentang perjodohan dengan alasan bisnis atau persahabatan orang tua. ------------ "Nay, bibir ini milik siapa?" tanya Rimba dengan suara seraknya. "Milik imba!" jawab Nayla dengan nada imutnya. Dan Rimba tidak per...