Pagi-pagi sekali Jeffrey sudah terbangun karena bunyi nyaring ponselnya, bahkan matahari belum menampakkan dirinya. Ia semalam tertidur bersama Dhita di kamar belakang.
Jeffrey mengerang kesal, menyambar ponselnya yang berada di bawah bantal. Mengambil posisi duduk dan menyandar di headboard ranjang.
"Halo."
'JEFFREY! KENAPA BARU ANGKAT TELFON MAMI?!"
jeffrey menjauhkan ponselnya saat suara sang ibu berteriak di seberang sana. "Aduh mi pelan-pelan dong ngomongnya, Jef juga denger kok."
'Ck, kamu bawa pergi Dhita gak bilang-bilang mami. Kamu nginep di rumah Dhita juga gak bilang mami.'
"Jef bukan bawa pergi Dhita, tapi Jef sama Dhita emang udah ada rencana pergi ke puncak sama teman-teman yang lain."
Jeffrey mengerang frustasi, disampingnya Dhita menggeliat terganggu. Ia mengusap lembut pipi gadis itu yang kini tidur menghadapnya.
'Oke. Sekarang Dhitanya mana? Mami mau ngomong sama menantu mami.'
"Masih tidur mi."
'Bohong kamu ya?! Coba mami mau liat.' Tiffany mengubah panggilan telfon menjadi panggilan video.
'Heh buruan ganti panggilannya. Mami tau kamu tidur berdua kan sama Dhita? Mami mau mastiin kalian gak berbuat apa-apa. JEFFREY BURUAN!'
Jef berdecak kesal, ia mengalihkan panggilannya menjadi video yang otomatis terloudspeaker suaranya. Mengarahkan kamera ponsel ke arah Dhita yang masih tertidur.
'Aaa~ menantu mami lucu banget!'
"Mami kecilin suaranya bisa gak sih, nanti Dhita bangun."
Dan benar saja, kini Dhita sudah membuka matanya perlahan. Ia mendongak menatap Jeffrey.
"Maaf ya, mami emang berisik banget." Ucap Jeffrey mengusap rambut halus Dhita.
'Jef kasih ponsel kamu ke Dhita, cepetan! mami mau ngomong sama menantu cantik mami. Layar ponsel kamu tuh kenapa item sih!'
Jeffrey menatap Dhita yang masih mengumpulkan nyawa, memang ponselnya ia letakkan di kasur sehingga kameranya menjadi hitam.
Dhita bangkit dari tidurnya dengan perlahan ia ikut bersandar di headboard ranjang seperti Jeffrey."Mami mau ngomong, gapapa?" Pertanyaan Jeffrey yang mendapat anggukan kecil dari Dhita. Ia memberi ponselnya yang kini sudah beralih ke kamera depan.
'Dhitaaaa! Kamu disana baik-baik aja kan? Gak diapa-apain sama Jef?'
"Baik kok tan, Jef juga gak ngapa-ngapin aku. Maaf ya tan, Dhita baru bangun."
Dhita berucap masih dengan wajah mengantuknya. Bagaimanapun ia harus tetap berpura-pura menjadi pacar Jeffrey di depan Tiffany, tidak enak dengan orangtua itu jika ia berucap dengan jujur. Pasalnya Tiffany saat ini menampakan wajah bahagianya. Ia tidak ingin mengecewakan Tiffany dan sang ibu.
'Kamu nanti jangan jauh-jauh dari Jef ya disana. Jef juga harus jagain Dhita. Pokoknya menantu mami gak boleh lecet sedikitpun.'
Jeffrey merapatkan diri ke arah Dhita, menyanderkan kepala pada bahu gadis itu dan memeluk pinggang rampingnya. Sehingga kini wajahnya ikut terekam di layar ponsel.
"Iya mami bawel, Dhita aman kalau sama Jef."
'Aman-aman aja kamu, pokoknya nanti Dhita bilang ya sama mami kalau Jef gak benar jagain kamu. Kalau dia nakal bilang sama mami, biar mami jewer kupingnya.' Maminya diseberang sana memasang wajah merengut yang membuat Dhita terkekeh.
"Iya tante, nanti Dhita--"
'No, jangan panggil tante lagi, mulai sekarang panggil mami ya.'
"I-iya mi." Jawab Dhita dengan canggung.
'Oh iya sayang. Nanti kamu pulang dari sana langsung ke rumah mami ya, mami udah minta izin kok sama mama kamu. Kamu juga nanti nginep disini.' Tiffany di seberang sana kini sudah mengoceh tanpa peduli apa yang anaknya lakukan di seberang sana.
Dhita menepuk tangan Jeffrey dengan kencang. Pasalnya sekarang pria itu tengah menempelkan pipinya pada pipi Dhita, menekannya dengan gemas. Bahkan sesekali ia mengecup pipi dan telinganya.
"Iya mi."
'Yaudah kamu pokoknya hati-hati disana ya. Mami matiin ya, maaf ganggu kamu sama Jef hehehe. Lanjutin aja lagi kegiatan paginya.'
Tiffany disana terkekeh gemas saat melihat anaknya yang kini tengan menenggelamkan wajah di ceruk leher menantunya, sehingga kini kegiatan Jeffrey terlihat seperti sedang mencium leher Dhita. Di dukung dengan Dhita yang kini memiringkan kepala seakan memberi akses lebih untuk Jeffrey, padahal gadis itu kini sedang menahan geli.
Layar ponsel pun berubah menjadi gelap. Dhita meletakkan ponsel Jeffrey dengan kasar di kasur. Ia menjambak rambut pria itu, memukul cukup keras belakang kepala Jeffrey membuat pria itu memekik dengan keras.
"Aaa Dhit sakit astaga... Dhita rambut gue."
"Lo nyebelin, sialan, brengsek." Dhita masih menjambak rambut Jef dengan membabi buta.
"Iyaa, aduh Dhita sumpah... Gue minta maaf--aaaa." Dengan kesal Jef menarik lengan Dhita, sehingga gadis itu terjatuh tidur di kasur.
Dengan wajah memerah Jeffrey mengukung Dhita. Sesekali ia meringis karena nyeri pada kulit kepalanya.
"Lo tau gak, ini sakit banget!" Jeffrey berbicara dengan wajah menahan marah.
"I-iya tau, o-oke gue... so-rry." Dhita sebenarnya takut, badannya tidak bisa digerakkan dan kedua tangannya dicengkram dengan kuat. Jarak wajah mereka juga terbilang cukup dekat.
"Tanggung jawab." Ucap Jeffrey dengan datar.
"A-pa?" Dhita menahan napas saat Jeffrey mendekatkan wajahnya.
"Kasih gue ciuman di bibir." Jawab Jeffrey tepan di telinga Dhita.
Dhita memekik, dengan kesal ia mengigit bahu Jeffrey, membuat pria itu bangkit.
Dhita cepat beranjak keluar dari kamar, sebelumnya ia sempat menjambak lagi rambut Jeffrey dengan keras."Gue lebih suka Dhita yang mode manja dari pada galak. Bangsat sakit banget." Jeffrey mengusap bahunya, niat awal ia hanya ingin menjahili gadis itu.
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Tomorrow ✔
Fanfiction●Jaedo Kegemasan kisah Jeffrey dan Dhita yang tak pernah akur. ... Dhita yang membenci Jef di awal pertemuannya. Dan Jef yang perlahan menyukai gadis kelinci itu, dengan berbagai cara untuk meluluhkan hati Dhita. Awal pertemuan mereka adalah di acar...