Twenty three

2.1K 286 23
                                    

Dhita duduk menunggu dengan bosan, kedua kakinya yang menggantung digoyangkan dengan tempo lambat.
Sudah hampir tiga puluh menit ia menunggu sang kekasih menjemputnya, namun sampai saat ini belum kunjung datang.

Hari ini jadwal Dhita bertemu dengan dosbing nya, memberikan revisi skripsi. Dan sang kekasih dengan segala sikap pemaksanya ingin menjemput dirinya, berakhir dengan ia yang duduk di halte kampus seorang diri. Sialnya lagi, ponselnya mati.

Dhita berdecak dengan kesal, ia mendongakkan wajah yang sedari tadi tertunduk dan menjerit kecil saat seseorang berdiri di hadapannya.

"Eh sorry sorry, lo jadi kaget."

Dhita menetralkan degup jantungnya dan tersenyum canggung pada pria dihadapannya.

"Sorry ya, gue gak bermaksud ngagetin lo." Sesal pria itu sekali lagi.

"Gapapa kok."

Pria itu tersenyum lembut, ia mengambil duduk disamping Dhita.

"Lo masih inget gue?"

Dhita menipiskan bibir, mengingat kembali siapa pria dihadapannya kini.

"Ah, gue udah tebak pasti lo gak inget." Pria itu tersenyum kecut.

"E-eh bukan gitu-- eung g-gue." Dhita menggaruk alisnya yang tak gatal.

Pria itu tertawa pelan melihat tingkah Dhita. Tangannya terjulur untuk mengusak rambut panjang dan halus milik Dhita. "Lo lucu."

Dhita mengernyit, tangannya dengan sopan segera menepis tangan besar itu dari kepalanya dan menjauhkan duduknya dari pria asing di sampingnya.

"Sorry." Pria itu tersenyum.

Dhita kini memandang tangan yang terjulur di hadapannya. "Gue Rayvon, tapi biasa dipanggil Ray."

Tanpa membalas uluran tangan pria itu, Dhita menjawab. "Dhita."

Ray tersenyum kecut, menurunkan tangannya yang tak dibalas. "Gue yang masuk rumah sakit waktu itu-- gara-gara pacar lo." Kalimat terakhir ia ucap sedikit penuh penekanan.

Dhita membulatkan matanya. "Oh? Sorry sorry. Tangan lo udah gapapa kan?"

Ray dibuat gemas dengan wajah panik wanita itu. Jangan lupakan penampilan sederhana Dhita yang menambah kesan imut di wajahnya.

"Tangan gue udah gapapa kok, udah sehat juga."

"Syukurlah lo udah baik baik aja."

Dhita tersenyum kecil, masih ada rasa bersalah sebenarnya mengingat Jeffrey yang sudah membuat pria dihadapannya babak belur, tapi saat melihatnya sudah baik baik saja ia jadi merasa sangat lega.

"Ya." Ray mengangguk. "Ah sampai lupa. Lo ngapain disini sendiri? Udah sore gini."

"Gue nunggu Jeff jemput."

"Lo abis ketemu dosbing?" Tebak Ray.

"Iya." Jawab Dhita seadanya.

"Udah lama nunggu Jeff?"

"Lumayan."

Ray menampilkan senyum tipis. "Udah mau hujan, yakin Jeff bakalan cepet jemput lo?"

Dhita memandang langit yang memang mulai menggelap, bibirnya mengerucut. "Eum, dikit lagi Jeff kayaknya sampe." Ucapnya setelah melihat jam di tangannya.

"Gimana kalau gue anter lo pulang aja?"

Dhita menggeleng cepat. "Eh gak usah, gapapa kok, dikit lagi Jeff juga sampe."

"Tapi udah mau hujan, ayo gue anter pulang aja."

Ray menggenggam tangan Dhita namun segera ditepis oleh gadis itu. "Nggak! Gue nunggu Jeff aja." Ucap Dhita sedikit kesal.

Hello Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang