Dhita menyunggingkan senyum terbaiknya. Langkah bak mondel yang terdengar begitu nyaring saat ia berjalan. Sapaan untuk dirinya dibalas dengan ramah.Delapan bulan sudah berlalu dan semua berjalan seperti apa yang Dhita inginkan. Mendapat pekerjaan di perusahaan penerbit dengan posisi yang cukup tinggi. Mendapat uang yang bisa dibilang cukup besar dari jerih payahnya selama bekerja. Ia bisa membeli satu unit mobil dari hasil kerjanya dan rela belajar mengendarai mobil agar lebih mudah berangkat kerja.
Namun, saat dirinya sampai di luar kantor, senyum itu perlahan luntur, diganti dengan helaan napas lelah.
"Dhita, belum pulang?"
Dhita terperanjat saat karyawan wanita menepuk bahunya. "Eh ini mau pulang mbak, mau pesen taxi."
"Yaudah, mbak duluan ya. Kamu hati-hati."
Dhita membalas senyum dengan lebar. "Oke mbak."
Setelahnya senyum itu menghilang lagi, diganti gerutuan dan hentakan kesal. Dhita berjalan keluar menuju post satpam dengan jemari yang terus bergulir di layar ponsel. Ia lupa kalau tadi pagi tidak membawa mobil.
"Neng, gak bawa mobil?"
Dhita membalas senyum satpam dengan canggung. "Nggak nih pak."
"Nunggu jemputan? Sini atuh duduk nunggunya."
"Gapapa pak, disini aja."
Dhita menolak dengan halus, tak lama sebuah mobil hitam berhenti di depannya.
"Neng, ini jemputannya udah dateng. Atuh ayo naik."
Dhita menggeleng ribut. "Bukan jemputan saya pak." Ia mengernyit bingung, pengemudi mobil itu keluar dengan tudung hoodie menutupi wajah. Ia mundur perlahan saat pria itu menghampirinya.
"Dhit, long time no see."
Dhita mengepalkan kedua tangannya "Mau apa lagi lo?!"
"Sorry, buat lo kaget karena kedatangan mendadak gua. Tapi, Teya mau ketemu lo."
Dhita membuang wajah saat pria itu memohon dengan suara lembut.
"Gue selalu ke rumah lo atau ke kantor lo buat nemuin lo. Tapi gak pernah ketemu, jadi tolong banget--"
"Gue gak bisa."
"Please Dhit, Teya mau minta maaf sama lo. Teya juga udah ngelahirin, lo gak mau liat bayi gue sama Teya?"
Dhita mengigit bibir gusar, melihat wajah Rayvon yang sudah putus asa dan mendengar jika bayi mereka sudah lahir, membuat ia tak tega untuk menolak.
"Tapi... Gue-- lo gak bohong atau niat jahat kan?"
"Nggak! Gua gak ada niat sama sekali buat jahatin lo." Jawab Ray dengan cepat.
"O-oke."
"Thanks Dhit." Ray tersenyum tulus, membuka pintu penumpang untuk Dhita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Tomorrow ✔
Fanfic●Jaedo Kegemasan kisah Jeffrey dan Dhita yang tak pernah akur. ... Dhita yang membenci Jef di awal pertemuannya. Dan Jef yang perlahan menyukai gadis kelinci itu, dengan berbagai cara untuk meluluhkan hati Dhita. Awal pertemuan mereka adalah di acar...